Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘ENTREPRENEUR 61’ Category

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF ENTREPRENEUR DALAM KEDEWASAAN ROHANIAH

PENDAHULUAN

Bertitik tolak dari pemahaman “kebiasaan”, maka ada dua unsur huruf yang menentukan langkah untuk membangun kebiasaan yaitu pertama unsur (K)esadaran sebagai unsur jiwa untuk mengungkit kekuatan pikiran dan kedua unsur (N)iyat. Dari kedua kata tersebut diharapkan menjadi daya dorong yang kuat sebagai inspirasi untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah.

Kedewasaan rohaniah haruslah dipahami dalam arti suatu kekuatan apa yang disebut dengan kebiasaan pikiran dalam usaha manusia secara berkelanjutan untuk melakukan perubahan kesadaran inderawi menjadi rasional dan ilimiah menuju ke spiritual, dengan begitu manusia akan mampu mengetuk dinding jiwa dalam membangun kebersihan ruhani, kelurusan aqidah, kelembutan rasa, ketegasan sikap.

Sejalan dengan pokok pikiran diatas, maka kebiasaan pikiran haruslah dapat digerakkan secara mndalam dalam rangka menemukan cara-cara untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah yang ditopang oleh kekuatan kesadaran dan niyat untuk mendorong daya kemauan untuk memikirkan dari yang tidak tahu menjadi tahu baik dalam kerangka berpikir yang disadari maupun yang tidak disadari.

Jadi entrepreneur yang memperkuat daya kemauan dalam membangun kebiasaan yang produktif berarti juga ada kesadaran dan niyat dalam usaha membetuk watak dimana kebiasaan-kebiasaan merupakan dasar kehidupan kita, oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang dan atau sebagai entrepreneur ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya.

Dengan pemahaman pemikiran tersebut, maka manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati, berarti ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan-nya di hadadapan Allah, namun saying sudah terlambat.

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN ROHANIAH

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

Visi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA untuk menjadikan pribadi yang dicintai dengan BUDAYA yang berlandaskan agama islam dengan ARAH membentuk akhlak yang terpuji dalam usaha mewujudkan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan keteladanan”

Jadi pada pernyataan visi, terdapat empat unsure yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

Misi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :

“Kemampuan manusia memanfaatkan kekuatan alat pikir dalam kesadran, kecerdasan, akal sebagai unsur jiwa untuk MEMPERHATIKAN  sikap dan perilaku dalam mengkomunikasikan kehangatan serta MEMBIMBING dalam meningkatkan kedewasaan rohaniah dengan ANALITIS STRATEGIS berdasakan kebiasaan pikiran yang menghayati dengan pikiran intuisi melihat masa depan dari sudut pandang yang EKSPRESIF”

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :

  • Menemukan jati diri tanpa topeng kepalsuan
  • Membangun akhlak berdasarkan tuntunan ajaran agama
  • Meningkatkan kesadaran inderawwi ke rasional ke spiritual
  • Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif.
  • Mendalami unsur kata yang bermakna dalam kebiasaan pikiran

Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb.

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :

  • AMANAH, AMPUNAN, ANIAYA, ANGKUH
  • BERKATA BENAR DAN JUJUR, BERZINA, BOROS, BENCI, BERBANTAH- BANTAHAN, BUNUH DIRI, BALAS DENDAM
  • CEMBURU,  CITA-CITA
  • DENGKI, DUSTA
  • EJEKAN / OLOKAN, ENGGAN
  • FAKIR MISKIN
  • HIRAUAN, HATI
  • IRI HATI
  • JIWA KEDAMAIAN, JUDI
  • KEBAIKAN, KESUKSESAN, KASIH, KEBAJIKAN,KERAMAH TAMAHAN DAN KEBAJIKAN
  • KESEMPURNAN DAN KEBAJIKAN, KEHORMATAN / KESUCIAN DIRI, KELAKUAN BAIK, KASIH SAYANG, KESEPAKATAN, KEADILAN, KESIAPSIAGAAN KETENANGAN HATI DAN KEBENARAN NIAT, KEPENTINGAN, KEJUJURAN, KEBERSIHAN, KHUSU’,  KESAKSIAN, KEBENARAN, KELEBIHAN, KEBAKHILAN, KEBOHONGAN, KELALIMAN, KEHIDUPAN DUNIA TIPUAN BELAKA, KEHIDUPAN, KEMULIAAN
  • MENAHAN DIRI, MERENDAHKAN DIRI, MUSIBAH, MARAH, MENCELA / MEMAKI, MELEBIHI YANG PATUT, MABUK, MUBADZIR / ROYAL, MEMELACURKAN, MEMBERI GELAR, MENCURI, MASA TUA
  • NAFSU SEKSUIL
  • PERWALIAN, PERTENTANGAN PENDAPAT,  PERMUSUHAN  PERSAUDARAAN PERINTAH BERLAKU ADIL, PEMBUNUHAN, PERZINAAN, PENDURHAKAAN PENDAPAT LEMAH, PENGECUT, PRASANGKA PERBUATAN KEJI
  • REDAH HATI DAN KHUSYU, RENDAH BUDI, RIJA’, RIBA
  • SALEH, SALING MEMAAFKAN, SABAR, SUCI, SYUKUR, SUMPAH, SOMBONG, SYAHWAT
  • TOLONG MENOLONG, TAMU, TIMBANGAN / TAKARAN, TAAT, TABAH, TANGGUNG JAWAB BERSAMA, TIPU/CURANG, TIDAK TERIMA KASIH, TAKABUR
  • UTANG PIUTANG, UMPAT
  • ZUHUD

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak / moral yang menuntun kehidupannya.

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :

  • Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu.
  • Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok.
  • Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup.
  • Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan.

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu“, oleh karena itu, maka usaha-usaha meretas jalan menjadi diri sendiri diperlukan suatu kebijakan dalam sikap dan perilaku untuk memerangi tujuh perkara yang merugikan dengan tingkat kedewasaan rohaniah yeng berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Mengendalikan nafsu melalui perubahan makna kesadaran dalam hidup yang bersifat inderawi yang menganut paham materialistis.
  • Mengendalikan marah kerena ia dituntun oleh kehedak setan.
  • Mengendalikan diri dalam kehidupan dunia.
  • Mengendalikan tantangan hawa nafsu
  • Mengendalikan kekuatan nafsu syahwat (seksualitas)
  • Mengendalikan dalam keutamaan mengekang hawa nafsu (seks)
  • Menuntun perkawinan untuk mendapatkan keturunan.

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok“, oleh karena itu, maka usaha-usaha untuk mengetuk dinding jiwa agar dapat mengarah kepada kebaikan karena jiwa selalu bergerak mengalami perubahan yang sejalan kualitas kebiasaan dari kedewasaan manusia dengan mendalami hal-hal yang terkait dengan pemahaman atas :

  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari substansinya bahwa jiwa memilki kualitas dzatnya yang dapat berubah sedangkan ruh memiliki kualitas yang selalu baik dan suci.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari pada fungsinya, dimana jiwa berfungsi bertanggung jawab atas kebiasaan pikiran sedangkan ruh sebagai kekuatan penuntun kedalam pikiran yang postif.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari sifatnya bahwa jiwa memiliki sifat yang dinamis sejalan dengan kebiasaan pikiran sedangkan ruh memiliki sifat yang statis dengan pikiran yang positif.

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup“, oleh karena itu, maka usaha-usaha dalam menempuh perjalanan hidup yang abadi ditentukan oleh kemampuan manusia mengenal hatinya, niscaya ia akan mengenal dirinya dan apabila ia mengenal dirinya niscaya ia mengenal Tuhannya, maka melaksanakan itu diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap ha-hal yang berkaitan dengan :

  • Cobalah renungkan untuk mendalami kecenderungan hidup manusia dalam kebiasaan pikiran baik yan bersifat negatif dan atau positif.
  • Mandalami dari sisi amalan lahir dan batin mengenai fitrah manusia.

  • Memahami wujud dari watak manusia dalam kerangka menjalani hidup berdasarkan kekuatan hati dalam meraih cinta ilahi dengan mengamalkan makna „OTAK“ (Orang, Tawakal, Amanah, Kerja) kedalam makna „HIDUP“ (Hijrah, Insyaf, Durhaka, Usaha, Pahala) dan „MATI“ (Malaikat, Ajal, Takdir, Illahi)

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan“, oleh karena itu, maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua da masa usia lanjut.
  • Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.
  • Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.
  • Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan rohaniah, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan rohaniah ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP

Menemukan jati diri, bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha denga ketekunan untuk secara berkelancutan untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas, maka pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih.

Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.

Manusia menurut fitrahnya beragama tauhid, yang termuat dalam Q.S. 30 : 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Selanjutnya cobalah renungkan pula bahwa jadi dengan kekuatan fitrah dan bakat, maka ingatlah selalu Nabi Muhammmad saw, bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, fitrah. Orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai orang Nasrani atau Yahudi. Keimanan orang tua dan pola pikir mereka akan mempengaruhi pikran anak yang memang masih mudah terkena pengaruh”

Bertolak dengan pendekatan 7M, manusia bergerak menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri untuk membangun moral / akhlak yang terpuji dengan menyadari pemahaman yang mendalam mengenai sebab-sebab kejahatan dan belajar adakah manusia terlahir sebagai penjahat, oleh karena itu renungkan mengenai manusia siapa, darimana dan kemana ?

Sebagai langkah untuk terus mengingat hal-hal yang diungkapkan diatas diperlukan apa yang disebut dengan pedoman untuk pikiran, pedoman untuk organ tubuh, pedoman untuk jiwa., melalui daya dorong dengan pemahaman yang mendalam tentang moral / akhlak.

Jadi kunci meraih tingkat kedewasaan rohaniah ditentukan oleh keberhasilan meraih cinta ilahi sejalan dengan kebiasaa pikiran dalam meraih hidup bahagia dunia dan akhirat yang berlandaskan oleh kekuatan akhlak.

Read Full Post »