Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘85. entrepreneur’ Category

ENTREPRENEUR MENDALAMI FAKTOR KUNCI KEPEMIMPINAN DALAM STRATEGI

DAUR HIDUP ORGANISASI


PENDAHULUAN

Dalam tulisan yang terdahulu telah mengungkapkan mengenai kepemimpinan abad 21 berbasiskan paradigma profeionalisme, kreatif dan inovatif serta antisifatif untuk mendukung kekuatan kebiasaan pikiran dalam menghadapi tantangan perubahan, kompleksitas dan globalisasi.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka diungkapkan dalam kemampuan kepemimpinan dalam melaksanakan prinsip-prinsip apa yang disebut dengan profesionalisme (1.kolaborasi, 2.komitmen, 3. komunikasi) ; kretivitas dan inovasi (4.kreativitas individu, 5. kreativitas kelompok, 6. inovasi organisasi) ; antisipatif (7.analisa masa depan, 8.merespon antisipatif, 9.proses keputusan).

Dengan kemampuan melaksanakan pinsip kepemimpinan diatas, maka dalam memahami faktor kunci kepemimpinan dalam strategi daur hidup organisasi dituntut memiliki kemampuan menghadapi tantangan untuk mengorganisir kedalam bentuk suatu organisasi yang bergerak cepat, fleksibel dan mudah di kontrol, maka kemampuan peranan kemimpinan harus memiliki kekuatan apa yang disebut dengan wawasan (menggerakkan pikiran untuk mampu menyesuaikan bila diperlukan perubahan), penyelarasan ( sistem, struktur dan proses) dan pemberdayaan (menyelaraskan keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi)

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka mewujudkan peluang-peluang masa depan dengan gelombang ketidak pastian dalam seluruh aspek kehidupan untuk mempertahankan daur hidup organisasi kedalam psosisi yang prima yang harus terus diremajakan, sehingga memerlukan kepemimpinan yang mampu erperan untuk menerapkan strategi yang menempatkan kekuatan dalam kebiasaan pikiran untuk merumuskan pengintergrasian bisnis dan pengembangan manajemen.

Oleh karna itu, dalam melaksanakan pengembangan manajemen dalam hal yang menyangkut materi, organisasi dan waktu akan menentukan rencana yang sejalan dalam menanggapi atas kecepatan perubahan lingkungan yang dihadapi. Jadi menggerakkan kekuatan pikiran kedalam kekuatan wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan merupakan kunci strategis kepemimpinan untuk mempengaruhi seluruh peran dalam semua tingkatan manajemen.

KEPEMIMPINAN DALAM DIMENSI TANTANGAN BISNIS

Kepemimpinan dengan kemampuan dalam keterampilan mengelola masa kini dan sekaligus menciptakan masa depan dengan meningkatkan kebiasaan pikiran untuk mendalami dimensi tantangan bisnis yang mencakup faktor lingkungan yang bersifat kritis, pokok dan insidentil.

Dengan mengelompokkan faktor lingkungan  tersebut berarti memiliki saling mengikat dan bergantung, maka dampak lingkungan insidentil ditentukan oleh kekuatan memecahkan dari lingkungan pokok. Sedangkan dampak lingkungan pokok ditentukan oleh kekuatan memecahkan dari lingkungan kritis.

Pada lingkungan kritis yang mencakup apa yang disebut 1) Lingkungan pelangganan ; 2) Lingkungan teknologi ; 3) Lingkungan manajmen.

Sedangkan pada lingkungan pokok mencakup apa yang disebut dengan 1) Lingkungan ekonomi ; 2) Lingkungan hukum dan politik ; 3) Lingkungan sosial budaya.

Sebaliknya pada lingkungan insidentil, apa yang disebut dengan 1) Lingkungan phisik ; 2) Lingkungan pesaing ; 3) Lingkungan perusahaan.

Bertolak dari pemikiran atas kepemimpinan dalam dimensi tantangan bisnis, maka meningkatkan kebiasaan pikiran sebagai suatu kekuatan yag mampu memberikan daya dorong dalam daya kemauan untuk mendalami dari peran yang dilihat dari sisi struktur, sistem dan proses, sehingga kemampuan dalam memanfaatkan pikiran yang terkait dengan wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan dapat diwujudkan kedalam pemikiran :

Dilihat dari sisi struktur dalam tantangan bisnis :

Dari sisi struktur, bagaimana sesuatu dibangun yang terkait dari kekuatan apa yang disebut dengan mutu, pasar dan pelanggan yang secara ingkat dapat diungkapkan sebagai berikut :

Mutu, dalam hal ini bertindak dan brperilaku untuk memenangkan dan memelihara pelanggan masa kini dan masa depan dengan menciptakan suatu organisasi yang sadar akan mutu menjadi tantangan bisnis untuk meraih peluang-peluang masa depan dalam situasi dengan ketidakpastian.

Oleh karena itu, semua anggota organisasi berpikir dalam kebiasaan untuk meningkatkan mutu secara berkelanjutan sebagai upaya memenangkan, melayani dan memelihara pelanggan, melalui kekuatan apa yang disebut dengan 1) komitmen dari CEO ; 2) evaluasi sistem ; 3) mengkomunikasikan secara terus menerus yang terkait dengan keputusan strategik ; 4) pemberdayaan manusia ; 5) melaksanakan peningkatan,perencanaan, pengendalian (p3) mutu ; 6) kejelasan wewenang dan ganjar ; 7) melaksanakan TQM ; 8) melaksanakan benchmarking.

Pasar, dalam tantangan bisnis akan menyangkut strategi produk atau jasa yang dihadapkan pada pasar. Jadi struktur pasar dalam memasuki pasar lokal atau global, dimana hasil pengembangannya ditentukan oleh 1) Kegiatan pemasaran yang meliputi keputusan produksi, harga, tempat, promosi dan riset ; 2) Proses manajemen pemasaran memfokuskan sumber dan tujuan suatu organisasi pada peluang dalam lingkungan bisnis ; 3) Prinsip-prinsip pemasaran yang meliputi menciptakan nilai bagi pelanggan, mendapatkan keunggulan kompetitif atau diferensial.

Cara terbaik untuk memperolh peluang ialah dengan tidak membiarkan kerutinan dalam manajemen mulai menguasai dirinya. Kerutinan merupakan kebiasaan yang akan mengarahkan kita untuk mencapai hasil yang sudah dibayangkan saja, kerutinan merupakan kebalikan dari cara berikir para usahawa.

Pelanggan, dalam menilai pelanggan, kita dihadapkan kepada kemampuan manajerial uantuk menaggapi bahwa yang membuat pelanggan membeli dan kembali untuk membeli bukanlah kualitas pelayanan yang diberikan.

Dengan demikian bahwa struktur pelanggan dalam dimensi tantangan bisnis dapat terungkap dari pertanyaan seperti 1) Sberapa baiknya dalam memenuhi apa yang dijanjikan ? 2) Seberapa cepatnya kami dalam menanggapi permohonan atas pelayanan ? 3) Seberapa jauh anda bisa memahami kami ? 4) Seberapa jauh kami mendengar anda ? 5) Seberapa jauh kepercayaan anda terhadap produk atau jasa kami ? 6) Seberapa kerapnya melakukan hal-hal yang tepat pada waktunya ? 7) Seberapa jauh pemahaman kami terhadap anda dan upaya memenuhi kebutuhan khusus atau permintaan anda ?  8) Secara keseluruhan bagaimana penilaian anda terhadap penampilan fasilitas, produk, komunikasi dan orang-orang kami ?  dan seterusnya dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan.

Apa yang diungkapkan diatas, maka jelaslah bahwa tantangan bisnis yang dihadapi masa depan bagi setiap kopetitor agar berusaha untuk mewujudkan setiap pelanggan menjadi mitra seumur hidup, melalui kebrsamaan dan komitmen semua pihak dalam melayani kepentingan dari pelanggan.

Dilihat dari sisi sistem dalam tantangan bisnis :

Dari sisi sistem, bagaimana sesuatu dibangun yang terkait dari kekuatan apa yang disebut dengan teknologi, inovasi, belajar sebagai unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas dan sebagainya yang secara ingkat dapat diungkapkan sebagai berikut :

Teknologi, dapat mendorong kearah persaingan, perubahan struktur dan dapat juga menjadi faktor penyeimbang diantara penguasaan teknologi. Oleh karena itu, teknologi sebagai sebagai suatu unsur dari sistem dalam demensi tantangan bisnis dalam abad 21, sudah dapat diramalkan adanya suatu peningkatan terhadap evolusi teknologi yang berkesinambungan untuk merebut peluang-peluang masa depan.

Evolusi teknologi berkesinambungan telah mendorong pelaksanaan manajemen dalam masyarakat jaringan, perlu secara dini diantisipasi dengan perubahan yang cepat atas teknologi informasi. ISTA internasional society of technologi assesment) merumuskan bahwa teknologi informasi adalah pengetahuan dan keterampilan menyeluruh di bidang pengumpulan, pengolahan dan penyebaran infomasi dengan tjuan yang telah ditentukan yakni merubah lingkungan manusia (dan secara tak langsung manusianya sendiri).

Inovatif, tidak heran ada ungkapan seperti „inovasi tumbuh karena pengorbanan semangat, namun akan mati dengan rutinitas, peraturan dan birokrasi“ sejalan dengan diperlukan „sang inovator membuat semua yang makmur di bawah tatanan lama menjadi musuh dan mendapat sedikit dukungan dari mereka yang akan makmur di bawah yang baru“, inilah suatu kenyataan yang dihadapi pada sistem inovasi dalam dimesi tantangan bisnis.

Dengan demikian, bagi suatu organisasi untuk menjadi inovatif dan mndapatkan yang terbaik dari pegawainya, perlu mengenali hambatannya dan menghilangkan atau paling tidak meminimumkan pengaruhnya. Pemahaman atas hambatan, perlu mendapatkan perhatian bagi sang inovasi organisasi yaitu yang berkaitan dengan 1) Berpikir kreatif dalam berbisnis ; 2) Standarisasi ; 3) Spesialisasi ; 4) organisasi.

Bagaimana melompati rintangan dalam mewujudkan inovatif, akan terletak dari peran CEO yang tergerak dengan adanya gelombang revolusi perubahan untuk bertindak sebagai inovator dalam memberikan daya dorong untuk berpikir kreatif dalam bisnis.

Belajar, menempatkan daur hidup pada posisi yang PRIMA mengandung makna organisasi memiliki kompetensi untuk meremajakan terus menerus untuk tidak terjebak ke arah PENUAAN artinya memiliki kompetensi yang menurun dalam menghadapi masalah.

Oleh karena itu, dalam menanggapi perubahan lingkungan yang terus berubah dan perubahan itu sendiri mengandung ketidakpastian yang harus dihadapi, maka organisasi yang belajar dan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk mengelola masa kini dan sekaligus menciptakan masa depan berusaha terus menerus menaruh pusat perhatian terhadap aspek-aspek karyawan, organisasi, modal, manajemen, pelanggan.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka harus menempatkan kekuatan suatu organisasi yang belajar berkelanjutan mampu menempatkan kekuatan terhadap kebiasaan pikiran yang terkait dengan apa yang disebut 1) system thinking ; 2) personal mastery ; 3) mental models ; 4) shared vision ; 5) team learning.

Jadi untuk menempatkan posisi organisasi pada daur hidup yang selalu PRIMA, maka organisasi terus diremajakan agar tidak memasuki kearah ketuaan, sehingga diperlukan langkah untuk belajar yang berkesinambungan.

Dilihat dari sisi proses dalam dimnsi tantangan bisnis :

Dari sisi proses, bagaimana sesuatu dibangun yang terkait dari kekuatan apa yang disebut dengan perubahan, keanekaan, berpikir sebagai unsur dalam demensi tantangan bisnis dimaksudkan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan secara konseptual dan sistimatis merealisir keputusan strategik, dengan menguraikan secara singkat sebagai berikut :

Perubahan, proses melaksanakan perubahan tidak terlepas dari demensi struktur dan sistem dalam tantangan binis yang memberikan arah dalam peningkatan kompetensi, oleh karena itu diperlukan langkah-langkah sbb.:

Pertama, mengidentifikasi situasi dan merumuskan dalam menyadari perlunya perubahan melalui suatu proses 1) identifikasi dan membuat suatu daftar pntingnya situasi ; 2) memilah-milah pentingnya situasi ; 3) menetapkan prioritas ; 4) memilih keterampilan berpikir.

Kedua, merumuskan masalah mana yang normal dan tidak normal yang mencakup 1) merumuskan masalah (kritis, pokok, insidentil) ; 2) analisa penyebabnya ; 3) identifikasi terhadap kunci yang menentukan yang terkait dengan perbedaan dan perubahan ; 4) mengklarifikasikan atas rumusan yang dibuat.

Ketiga, membuat keputusan yang terkait dengan 1) menetapkan potensi pemecahan ; 2) menetapkan maksud tujuan keputusan ; 3) menetapkan kreteria pemilihan rekomendasi ; 4) menetapkan alternative dalam pemecahan ; 5) menetapkan dampak dan faktor diluar cakupan.

Keempat, strategi implementasi melalui proses yang mencakup 1) menilai ulang apakah pemilihan alternatip cukup jelas ; 2) menetapkan sasaran rencana ; 3) menetapkan monitor dan evaluasi ; 4) mengembangkan pencegahan atau tindakan mengamankan bila terjadi penyimpangan yang tidak diketahui sebelumnya.

Kelima, mengembangkan gagasan baru dalam pemecahan yang lebih baik yang belum terungkap melalui kreativitas individu dan kelompok serta mengubah menjadi inovasi organisasi melalui proses 1) rumukan sasaran inovasi ; 2) mengembangkan kreteria yang terkait dengan pembatas-pmbatas yang dihadapi ; 3) mengembangkan gagasan baru ; 4) mengembangkan solusi potensial.

Keanekaan, dalam dimensi tantangan bisnis mengandung makna organisasi dihadapkan kemampuan peran kepemimpinan untuk menangkap situasi tentang iklim kerja karena anda akan merasakan seberapa jauh dapat menghayati dan memaksimumkan manfaat dari keanekaan keberadaan individu dan kelompok dalam organisasi.

Dalam kenyataan bahwa iklim kerja yang menyejukkan dan harmonis diantara para anggota krang dapat diwujudkan sehingga keanekaan yang dilahirkan oleh sikap dan perilaku dapat setiap saat menimbulkan konflik yang dapat menimbulkan suatu konflik antar pihak. Konflik-konflik dapat terjadi, apa yang disebut dengan 1) Konflik instrumental (terkait dengan cara, struktur dan prosedur dalam mencapai tujuan yang tidak jelas, kurang komunikasi dsb) ; 2) Konflik-konflik sosial-emosional ( muncul jika identitas sendiri menjadi masalah) ; 3) Konflik-konflik kepentingan (muncul bertalian dengan penyelamatan atau kekuatan posisi sendiri).

Dengan kepemimpinan yang dapat menghayati makna keanekaan dalam iklim kerja atau lingkngan berarti ia memiliki benih kearifan dengan mencari jawaban kearah kejujuran melalui 1) apakah ini benar ; 2) apakah ini yang menurut saya harus saya lakukan ; 3) apakah yang saya katakan konsisten dengan apa yang saya lakukan.

Berpikir, dalam proses dimensi tantangan binis mengandung makna berpikir yang metodis merupakan kerja dari dua unsur organ yang disebut otak dan hati. Jadi berpikir adalah seluruh kisaran proses mental yang sadar.

Oleh karena itu, berpikir metodis merujuk kepada „berpikir secara akurat“ dengan kemampuan melaksanakan kekuatan dalam berpikir yang disebut berpikir logis, ilimiah, filsafat dan theologis.

Walaupun akhirnya perlu kita ingat bahwa berpikir mengandung resiko, setiap keputusan mngandung kesempatan untuk berbuat kesalahan, tetapi tidak berbuat apa-apa hampir selalu lebih buruk dari pada tindakan yang salah. Sebelum membuat keputusan kumpulkan seluruh informasi yan diperlukan dan dengarkan pendapat para ahli, barulah membuat keputusan berdasarkan informasi yang dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman anda.

KEPEMIMPINAN DALAM DIMENSI PEMIMPIN

Kepemimpinan dalam dimensi pemimpin mengandung unsur kejelasan fungsi, peran dan jabatan yang dapat dilihat dari sudut yang disebut tingkatan dalam struktur organisasi (puncak, menengah, bawah, supervisi).

Selain itu juga dapat dilihat dari sudut yang disebut dengan lingkup kegiatan organisasi yang ada dibawah tanggung jawab yang biasanya disebut manajer fungsional.

Yang penting pemimpin pada semua lapisan dalam organisasi, harus mampu menunjukkan gambaran pemimpin yang seharusnya sebagai pemimpin masa kini dan masa depan artinya ia memiliki kualitas tingkat kedewasaan intelektual, emosional, sosial dan rohaniah. Dengan kekuatan kedewasaan tersebut berarti pemimpin memiliki percaya diri sebagai sumber sukses dan kemandirian

Bertolak dari pemikiran diatas, maka dalam menggerakkan kekuatan pikiran dalam kepemimpinan dalam demensi pemimpin dapat diuraikan lebih lanjut seperti yang terungkap dalam kekuatan tiga dimensi yang disebut sikap, motivasi dan komunikasi dengan penjelasan sebagai berikut :

SIKAP dalam dimensi pemimpin :

Sikap adalah cara anda mengkomunikasikan suasana hati anda kepada orang lain. Oleh karena itu sikap terbentuk dari tiga komponen apa yang disebut dengan Konatif (tindakan), Kognitif (kepercayaan) dan Afektif (emosional/perasaan).

Konatif dalam sikap dimensi pemimpin :

Komponen konatip dalam sikap menunjukkan bagaimana proses suara hati itu digerakkan oleh pikiran melalui otak dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Konatip yang berubah dalam diri seseorang dalam bentuk berperilaku karena dorongan dari kognatip (kepercayaan) dan apektif (emosional) yang mempengaruhinya.

Dengan demikian kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan emosional (perasaan) membentuk sikap individual  shingga secara logis (otak kiri) untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dapat dicrminkannya dalam bentuk perilaku terhadap objek.

Kognitif dalam sikap dimensi pemimpin :

Komponen konatip dalam sikap menunjukkan bagaimana proses suara hati itu digerakkan oleh pikiran melalui otak dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kognitif yang berubah dalam diri seseorang dalam bentuk kepercayaan karena dorongan dari konatip (kepercayaan) dan apektif (emosional) yang mempengaruhinya.

Dengan demikian kecenderungan kognitif (kepercayaan) secara konsisten selaras dengan konatif (tindakan) dan afektif (emosional) untuk mengharapkan bahwa skap seseorang akan dapat dicerminkannya dalam bentuk keprcayaan terhadap objek.

Afektif dalam sikap dimensi pemimpin :

Komponen afektif  dalam sikap menunjukkan bagaimana proses suara hati itu digerakkan oleh pikiran melalui otak dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Afektif yang berubah dalam diri seseorang dalam bentuk emosional atau perasaan karena dorongan dari konatip (tindakan) dan kognitif (kepercayaan) yang mempengaruhinya.

Dengan demikian kecenderungan afektif (emosional) secara konsisten selaras dengan konatif (tindakan) dan kognitif (kepercayaan) membentuk sikap individual secara suasana hati (otak bawah) untuk mengharapkan bahwa skap seseorang akan dapat dicerminkannya dalam bentuk emosional terhadap objek. Komponen yang sangat mempengaruhi terentuknya emosional adalah komponen kognitip.

MOTIVASI dalam dimensi pemimpin :

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada dii seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu disatu sisi dan disisi lain mrupakan usaha-usaha yang dapat mnyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dengan perbuatannya, oleh karena itu terdapat komponen yang disebut dengan Keberhasilan, Afiliasi, dan kekuasaan sebagai kekuatan dalam kebiasaan pikiran dengan pengunkapan sebagai berikut :

Keberhasilan dalam motivasi dimensi pemimpin:

Sebagai rujukan keberhasilan melaksanakan prinsip-prinsip kepastian tujuan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Pertma, merumuskan secara singkat da jelas keinginan yang hendak dicapai untuk kepentingan individu, kelompok dan organisasi.

Kedua, merumuskan rencana untuk mencapainya secara jelas, singkat dan terarah agar lebih dapat memvokuskan masalah-masalah yang dihadapi.

Ketiga, merumuskan jadwal yang jlas dan pasti kapan tujuan dapat dicapai. Sejalan dengan itu dirumuskan langkah-langkah dalam penyelesaiannya.

Keempat, meyakinkan kembali kepada semua pihak atas komitmen mereka melalui proses peningkatan kepercayaan diri dengan tingkah laku yang meyakini kepada kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelsaikan tugas-tugas bagi semua pihak yang terlibat ; emosi yang meyakini kpada adanya kepercayaan diri untuk mengendalikan sisi emosi ; sosial yang meyakini kepada adanya kepercayaan diri untuk memahami lingkungannya ; rohani yang meyakini kepada adanya kepercayaan diri atas kebesaran sang pencipta.

Afiliasi dalam motivasi dimensi pemimpin

Afiliasi dalam dimensi motivasi merupakan sisi yang sangat dominan dalam mewujudkan kepercayaan diri melalui suatu proses kerjasama bahwa sukses dan kemandirian itu dapat diterima oleh orang lain. Wujud afiliasi yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adalah meyakinkan pntingnya melaksanakan prinsip „synergi intelektual“.

Percaya diri bagi seorang pemimpin, memandang sisi afiliasi akan terlihat dari salah satu keterampilan dari kemampuannya dalam memahami motif dan kinginan orang lain, tanpa memandang apa yang dikatakan atau dilakukan saat itu. Jadi kebtuhan akan afiliasi (untuk diterima orang lain) digabungkan dengan pemahaman terhadap diri sendiri melalui suatu proses penggabungan dengan kepercayaan diri dan keinginan akan kekuasaan dapat menghasilkan seorang pemimpin yang mampu mndamaikan motifnya dengan motif orang lain untuk mencapai pemecahan suatu masalah yang dihadapi.

Kekuasaan dalam motivasi dimensi pemimpin

Kekuasaan dalam dimensi motvasi harslah dipahami oleh seorang pemimpin dalam arti ketergantungan, sehingga ia dapat memahami bahwa keberhasilan dan afliasi dapat terwujud seperti yang seharusnya, bergantung pula dari kepemimpinan yang memiliki percaya diri untuk mempergunakan kekuasaan yang efektif dengan tidak mempergunakan kemutlakan kehendak diri sendiri.

Me nyadari bahwa kekuasaan sebagai sumber esensi bagi pemimpn yang memilik kepemimpinan, namun kekuasaan dan kepemipinan merupakan dua konsep yang terpisah tapi memiliki sifat saling ketergantungan. Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tjuan, maka kekuasaan merupakan suatu sarana untuk merealisasikan tujuan.

Sumber kekuasaan terjadi karena paksaan, imbalan, posisi struktural, pakar dan rujukan yang akan mempengaruhi  seorang pemimpin untuk menjalankan fungsi, peran dan jabatannya, dalam usahanya untuk mempengaruhi orang lain.

Kebutuhan akan kekuasaan dalam memotivasi sangat diperlukan, bagaimana cara mempergunakan kekuasaan yang mengandung makna memiliki pengendalian dan pengaruh atas orang lain akan sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan dengan menerapkan dari proses-proses kekuasaan melalui apa apa yang disebut dengan tanggung jawab, wewenang, standard profesinal, pelatihan dan pengembangan, pengetahuan dan iformasi, mpan balik, pengakuan, kepercayaan, izin dan penghargaan.

KOMUNIKASI dalam dimensi pemimpin :

Komunikasi adalah pengiriman dan penrimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga hal-hal yang terkait dengan saluran komunikasi, kerjasama, komunikasi terbuka, maka diperlukan suatu kebiasaan pikiran untuk memanfaatkan pemahaman mengenai antar orang, kelompok dan organisasi dngan penjelasan singkat sebagai berikut :

Antar orang dalam komunikasi dimensi pemimpin :

Bagaimana caranya agar sikap antar orang membentuk kebersamaan persepsi terhadap objek yang dihadapinya. Oleh karena itu, proses atas pembentukan persepsi itu melalui penilaian antar orang dalam diminsi kmunikasi itu, dalam hal ini dapat menunjukkan sikap positip, sikap negatip dan dalam kenyataan bahwa tidak ada sepenuhnya positip atau negatip.

Konsep diri negatip diperlihatkan dalam wujud 1) cenderung menghindari dialog yang terbuka ; 2) responsip sekali terhadap ujian ; 3) bersikap hiperkritis ; 4) cenderung tidak disenangi orang ; 5)bersikap pesimis.

Konsep diri positip diperlihatkan dalam wujud 1) yakin akan kemampuannya untuk berbuat terbaik dalam menyelesaikan masalah ; 2) ia merasa setara dengan orang lain ; 3) menerima pujian tanpa malu ; 4) ia menyadari perasaan, keinginan dan perilaku yang berlawanan ; 5) menyadari untuk memperbaiki diri.

Sedangkan bagi kepemimpinan yang mampu menggerakkan kebiasaan pikiran sebagai kekuatan kedalam daya kemauan untuk berusaha terus menerus membangun konsep diri positip dengan 1) meyakini nilai-nilai dan prinip tertentu yang baik ; 2) bertindak berdasarkan nilai-nilai yang baik ; 3) menghargai arti waktu ; 4) memiliki kemampuan mngatasi masalah ; 5) ia merasa sama dengan orang lain ; 6) ia menghargai pandangan orang lain mengenai dirinya ; 7) ia menerima pujian tanpa berpura-pura ; 8) ia menolak bila ada yang mendominasinya ; 9) ia sangat menghargai orang lain ; 10) percaya diri mengenai segala hal ; 11) ia memilik kepekaan terhadap apa saja.

Kelompok dalam komunikasi dimensi pemipin :

Hubungan komunikasi dalam kelompok terdapat ada yang sangat aktip berkomunikasi dan kurang berkomunikasi, sehingga dapat diperoleh adanya gambaran strktur komunikasi mengenai 1) terdapat kelompok primer yang banyak berkomunikasi satu sama lain dalam kelompok yang beranggotakan 5-8 orang ; 2) setiap ada kelompok terdapat perangkat penghubung dan ia paling tinggi mengadakan komunikasi dalam dan antar klompok ; 3) penghubung tidak selalu sebagai orang yang telah ditentukan ; 4) kelompok bukan primer terisuler dari sumber informasi ; 5) kelompok primer dapat berbentuk formal dan tidak formal.

Seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi adanya tekanan kelompok dalam komunikasi agar ia mampu mengadakan penyesuaian dengan keyakinan kelompok karena 1) adanya tekanan untuk menyesuaikan ; 2) jumlah komunikasi ; 3) jumlah perubahan pendapat ; 4) kecenderungan menolak anggota.

Organisasi dalam komunikasi dimensi pemimpin :

Organisasi dalam dimensi komunikasi, bagi seorang pemimpin harus dilihat dari segi kepentingan adanya kejelasan atas perumusan kebijakan perusahaan, agar semua orang dalam organisasi dapat memahaminya

Secara terbuka setiap anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan adanya kebijakan perusahaan seperti adanya kejelasan mengenai 1) perekrutan tenaga kerja ; 2) perumusan tanggung jawab ; 3) delegasi wewenang ; 4) sasaran prestasi ; 5) umapan balik ; 6) penilaian prestasi (karya) ; 7) skema pengumpulan saran dan kebijakan „pintu terbuka“ 8) melaksanakan manajemen berdasarkan sasaran ; 9) pendidikan dan pelatihan ; dsb.

KEPEMIMPINAN DALAM DEMENSI EFEKTIVITAS PRIBADI

Kepemimpinan yang memiliki efektivitas pribadi positip, dibayangkan oleh anda yang sedang berpikir untuk memanfaatkan otak atas dan otak bawah sadar dalam mengaktualisasikan pribadi sebagai corak hidup ideal yang mampu menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan 1) mengamati realitas secara efisien ; 2) penerimaan atas diri sendiri, orang lain dan kodrat ; 3) spontan, sederhana dan wajar ; 4) terpusat pada masalah ; 5) pemisahan diri dan kebutuhan privasi ; 6) kesegaran dan apresiasi ; 7) pengalaman puncak ; 8) minat sosial ; 9) hubungan antar pribadi ; 10) berkrakter demokratis ; 11) perbedaan antara cara dan tujuan ; 12) rasa humor yang filosofis ; 13) kreativitas ; 14) penolakan enkulturasi.

Sejalan dengan pikiran diatas, maka kerangka untuk membangun konsep diri yang berkelanjutan melalui suatu proses pemberdayaan pribadi dalam usaha untuk menempatkan pada posisi daur hidup yang PRIMA untuk mencapai keunggulan, keseimbangan dan embaharuan.

Sejalan dengan hal-hal yang diutarakan diatas, maka efektivitas pribadi positip merupakan suatu tantangan yang harus dapat diwujudkan mengenai profesional, keseimbangan dan pengembangan yang berkelanjutan. Untuk mencapainya perlu kita membangun KREDIBILITAS, KEBIASAAN, DAN PROAKTIF. Kedalam Efektivitas pribadi, dengan penjelasan sbb.:

KREDIBILITAS  kedalam efektivitas pribadi pemimpin :

Kredibilitas adalah tentang bagaimana para pemimpin mendapatkan kepercayaan dan keyakinan dari stakeholders. Kredibilitas dalam deminsi efektivitas pribadi, merupakan pondasi utama untuk membangun reputasi.

Oleh karena itu, untuk memperoleh kredibilitas bukanlah sesuatu yang gampang diraih oleh individu, kelompok dan organisasimelainkan melalui suatu proses yang berkelanjutan dengan mengungkit kekuatan pikiran kedalam Intensitas, Kejelasan dan Kesatuan dengan gambaran sbb.:

Intensitas dalam dimensi kredibilitas :

Intensitas dalam dimensi kredibilitas merupakan unsur utama dalam pikirin untuk mmahami, meyakini dan menyepakati tujuan dan aspirasi yang berkembang sebagai perekat bagi roses memperkuat kredibilitas. Dengan intensitas yang tinggi dari pemimpin akan menunjukkan efektivitas pribadi positip berarti sangat mengagungkan budaya perusahaan.

Dengan demikian, maka intensitas akan ada dan bersemi sangat tergantung pada budaya yang dapat menyatukan kedalam sikap positip yang dirasakan sangat mendalam sejalan dengan kualitas kedewasaan intelektual, emosional sosial dan rohaniah. Jadi budaya perusahaan yang kuat, dirasakan secara intensif, maka aka ada konsistensi yang lebih besar anatara kata-kata dan perbuatan, dengan begitu akan tumbuh dan bersemi kepercayaan diri sebagai sumber sukses dan kemandirian.

Kejelasan dalam dimensi kredibilitas :

Kejelasan dalam demensi kredibilitas merupakan unsur pendukung dalam proses pembentukan kredibilitas melalui adanya kejelasan-kejelasan mngenai konsep diri dalam memandang keinginan dan kebutuhan, keseimbangan kepentingan, aspirasi yang berkembang dari pemimpin dan pengikut.

Dengan adanya kejelasan, berarti mampu memberikan arah kepada individu, kelompok, dan organisasi dalam merealisasikan cita-cita yang diharapkan bersama. Jadi dengan adanya kejelasan, maka anda akan dibimbing kearah kemampuan anda untuk berjalan, tidak lagi berpura-pura yakin berlebihan artinya anda harus jujur pada cara anda mengesampingkan kegelisahan diri.

Dari uraian diatas, maka kejelasan dapat melahirkan percaya diri melalui proses keyakinan atas kewibawaan anda sendiri serta membentuk komitmen pribadi untuk bekerja keras dalam meraih yang anda idam-idamkan. Proses ini mungkin saja anda tidak tahu, atau merasa tidak pasti bagaimana mendapatkannya. Tetapi bila anda tahu dan yakin maka anda akan berbuat walaupun banyak kesalahan dan bahkan rasa takut yang mendalam, sebenarnya anda telah memiliki percaya diri. Rasa percaya diri tidak tumbuh begitu saja,tapi melalui suatu proses dari keyakinan diri pada kemampuan anda melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan.

Kesatuan dalam demensi kredibilitas :

Kesatuan dalam demensi kredibilitas mrupakan unsur dalam proses untuk dapat menyatukan kesamaan persepsi dalam mewujudkan kebersamaan bertindak.

Dengan percaya diri, maka mereka menyadari sepenuhnya bahwa kredibilitas dapat terbentuk dengan dukungan kesatuan untuk perjuangan bersama. Kesatuan dalam arah kemana akan pergi dan mengapa kemana serta landasan apa yang akan diterapkan.

Jadi efektivitas pribadi positip yang dimainkan oleh kepemimpinan dengan percaya diri akan mendorong terbentuknya kesatuan, dimana semua pihak secara sadar dapat memahmi, meyakini dan menyetujui atas semua gagasan yang terkait untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, kesatuan memiliki sifat saling terikat dengan intensitas dan kejelasan dalam mewujudkan kredibilitas, sehingga dapat dikemukakan dengan kata lain bahwa kesatuan merupakan landasan yang kuat untuk menumbuhkan budaya kebersamaan dalam bertindak.

KEBIASAAN  kedalam efektivitas pribadi pemimpin :

Kebiasaan adalah mendewasakan intelektual, emosional, sosial dan rohaniah untuk mencoba menari arti dalam hidup ini dan mengkomunikannya hasil guna yang dicapai kepada orang lain secara prakmatis.

Oleh karena itu, kebiasaan itu bekerja dan kebiasaan itu dapat dipelajari oleh siapapun yang mau berusaha. Dengan demikian melaksanakan kebiasaan sukses dan kemandirian yang sederhana dari hari ke hari merupakan satu-satunya cara meraih kemenangan jangka panjang, sehingga kebiasaan harus dibangun atas kekuatan keinginan, pengetahuan dan keterampilan.

Keinginan dalam dimensi kebiasaan :

Keinginan dalam dmensi kebiasaan merupakan penggerak bagi pemimpin dalam mewujudkan efektivitas pribadi positip. Kepemmpinan yang dapat menyatukan kebersamaan dalam keinginan berarti ia mampu bersikap sebagi komunkator dan percaya diri untuk mengungkapkan apa, mengapa, bilamana, siapa dimana untuk mau melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan.

Keinginan menjadi suatu kenyataan atau terwujud, diperlukan sebagai suatu proses dalam mentransformasikan dari daya guna menjadi hasil guna sesuai dengan harapan-harapan yang dittapkan bersama. Bila proses itu merupakan suatu kinginan yang sepihak, maka sudah dapat dipasikan perilaku tidak akan sejalan dengan harapan dalam perbuatan.

Dengan demikian, keinginan merupakan faktor penentu untuk mewujudkan kebiasaan yang harus diaktualisasikan secara konsisten dan berprinsip yang sejalan dengan budaya yang dapat diterima oleh semua pihak. Kebiasaan dalam arti mau melakukan seperti apa yang diharapkan, pada akhirnya ditentukan oleh efektifitas pribadi dengan mental yang positip dimana tingkat emosional dapat dikendalikan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk memenuhi sikap dalam kebersamaan.

Pengetahuan dalam dimensi kebiasaan :

Pengetahuan dalam dimensi kebiasaan merupakan faktor penggerak bagi pemimpin dalam usaha untuk mewujudkan efektifitas pribadi postip. Pemimpin dengan kepemimpinan yang memiliki prngetahuan dalam kualitas kedewasaan intelektual akan mampu utuk memberikan jawaban terhadap keinginan melalui proses pengetahuan tentang apa, mengapa, bilamana, siapa dan dimana.

Dengan seperangkat pengetahuan, kepemimpinan memiliki kebiasaan yang efektif sebagai suatu proses untuk mengelola masa kini dan mewujudkan masa depan. Dengan pengetahuan ia mampu memaksimumkan otak atas (kiri dan kanan) dan otak bawah yang berjalan seimbang untuk menumbuhkan percaya diri sebagai sumber sukses dan mandiri.

Keterampilan dalam dimensi kebiasaan :

Keterampilan dalam dimensi kebiasaan, merupakan penentu untuk mewujudkan kebiasaan yang efektif dengan prinsip dan pola perilaku yang dihayati. Dengan keterampilan akan menunjukkan bagaimana melakukannya.

Bagaimana melakukannya ntuk mampu mengelola masa kini dan masa depan sangat ditentukan oleh efektivitas pribadi. Dengan meningkatkan keterampilan dalam kualitas intelektual secara berkelanjutan akan menuntun aktualisasi dengan sikap mental positip.

Dengan keterampilan pula akan menentukan sukses dan kemandirian. Dengan kata lain, maka keterampilan pula akan membuat ketidakpastian berhasil.

Oleh karena itu, dalam aktualisasi dari efektivitas pribadi, maka keterampilan harus sejalan dengan budaya perusahaan yang kuat, sehingga akan terwujud kepemimpinan dengan pribadi yang disenangi menjadi suatu kenyataan, sekaligus mengandung makna bahwa mengelola pada masa-masa yang tidak menentu dibutuhkan adanya keterampilan yang tinggi, khususnya keterampilan yang dapat menunjang sukses dan kemandirian melalui proses pemanfaatan teknologi informasi yang terus berkembang.

Jadi kepemimpinan dalam mempersiapkan masa depan cerah tidak dapat dielakkan dari teknologi informasi. Teknologi informasi sangat membantu efektivitas keterampilan dengan memakai komputer dengan mempercepat proses berpikir untuk memanfaatkan otak atas kiri yang berfungsi a.l. logis,analitis fakta, bahasa, matematika.

PROAKTIVITAS  kedalam efektivitas pribadi pemimpin :

Proaktivitas adalah kemampuan menganalisis dan diagnosis terhadap persoalan potensial untuk mnghindari masalah dan mengidentifikasi peluang. Dengan demikian proaktivitas merujuk kepada sikap antisipatip.

Kemampuan berpikir dengan memaksimumkan otak kiri (logis) dan otak kanan (kreatif) berarti berpikir benar-benar inovatif yang menjurus kepada sifat antisifatif dan partisipatif. Hal ini akan akan mengantisifasi masalah sebelum masalah itu timbul dan bekerja samadalam menyelesaikan persoalan terkait dengan Inisiatif, Tanggung jawab dan Komitmen dengan penjelasan sebagai berikut :

Inisiatif dalam dimensi proaktivitas :

Inisiatip dalam dimensi proaktivitas merupakan unsur yang sangat menentukan terhadap aktualisasi dalam efektivitas pribadi yang akan mencerminkan adanya terobosan cara berpikir kepemimpinan yang memiliki rasa percaya diri sebagai pionir pembaharuan.

Peran kepemimpinan yang berinisitip yang selalu siap untuk mempersiapkan masa depan cerah melalui cara mengembangkan rasa percaya diri yang ditandai dengan ciri orang-orang kreatif seperti 1) optimis tentang masa depan ; 2) ketidakpuasan konstruktif tentang status quo ; 3) sangat ingin tahu dan suka memperhatikan ; 4) terbuka terhadap alternatip-alternatip ; 5) kemampuan untuk mengenali dan meninggalkan kebiasaan buruk ; 6) pemikir bebas 7) dan sebagainya.

Tanggung jawab dalam dimensi proaktivitas :

Tanggung jawab dalam dimensi proaktivitas, harus dilihat dari sisi efektivitas pribadi  yang memiliki peran pemimpin. Dalam hal ini harus dibedakan antara tanggung jawab, wewenang dan tanggung gugat.

Wewenang akan melekat pada kekuasaan yang dimiliki oleh pemegang suat peran dalam jabatan selaku pemimpin yang ditetakan dalam stuktur organisasi formal karena ia dapat membuat eputusan, sedangkan tanggung-gugat adalah pensyaratan bagi para pemimpin untuk memperanggung jawabkan segala keputusan yang dibuat baik keberhasilan maupun kegagalan.

Tangung jawab mencakup hal-hal yang lebih luas. Bertanggung jawab artinya seorang pemimpin sanggup memiliki beban yang dipikulnya dan menanggung konskuensi atas tindakan yang diambil, oleh karena itu tanggung jawab merupakan masalah yang berkaitan dengan kesadaran. Kesadarnlah yang mengingatkan kita kepada arah perbuatan kita yang harus bertanggung jawab, makanya jika masa lalu telah dapat mengajarkan kita sesuatu itu ialah bahwa tiap sebab membawa akibat, tiap tindakan ada akibatnya.

Komitmen dalam dimensi proaktivitas :

Komitmen dalam dimensi proaktivitas merupakan kunci untuk mewujudkan ide tentang ketidakpastian berhasil.. Komitmen tidak menjamin sukses tetapi dengan kurangnya komitmen menjamin kegagalan.

Kepemimpin yang mengelola masa kini sekaligus menciptakan masa depan atas dasar kemampuan mengelola berdasarkan budaya perusahaan yang kuat, akan memberikan keteladanan untuk menjadi seorang pribadi yang disukai, maka tidak menghrankan orang lain bersedia berkorban untuk menyelesikan komitmen dari pimpinannya, jadi seorang pemimpin itu mempunyai komitmen, merupakan langkah awal untuk mencapai kunci keberhasilan.

Dengan demikian kepemimpinan yang secara terbuka mengungkapkan komitmen untuk memotori efektivitas pribadi menjadi penting untuk mempengaruhi sikap dalam mewujudkan kebersamaan. Wujud omitmen dapat berbentuk mengubah keadaan, pemikir bsar, etika pakar, peka, komunikator mengambil keputusan, bijaksana, mengambil resiko, berani bertanggung jawab.

PENUTUP

Faktor kunci kepemimpinan dalam strategi daur hidup organisasi, adanya yang mengungkapkan bahwa pentingnya GAYA kepemimpinan membangun kekuatan kebiasaan pikiran yang mampu memberikan daya kemauan yang kuat untuk mendorong dalam wujud PERILAKU yang karekteristik didukung oleh gambaran peran yang bersifat otoriter, kekeluargaan, informatif, penasehat, kooperatif, partisipatif, demokratis.

Dalam kehidupan nyata bahwa mempertahankan daur hidup prima tidak cukup mendalami gaya kepemimpinan dalam perilaku, tetapi juga mendalami makna dimensi pemimpin kedalam kekuatan yang disebut SIKAP yang digerakkan oleh kekuatan apa yang disebut dengan konatif/tindakan, kognitif/kepercayaan, afektif/emosional, MOTIVASI yang digerakkan oleh kekuatan apa yang disebut dengan kebrhasilan, afiliasi, kekuasaan, dan KOMUNIKASI yang digerakkan oleh kekuatan apa yang disebut dengan antar orang, kelompok, dan organisasi.

Bertolak dari kekuatan pemahaman atas demensi pemimpin akan menuntun anda dalam mendalami kekuatan-kekuatan efektivitas pribadi dalam demensi pemimpin yang mampu mengungkapkan kemampuan untuk mengelola daur hidup organisasi masa kini dan masa depan.

Oleh karena itu, kekuatan memadukan perilaku sebagai gaya dan sikap sebagai mengkomunikasikan suara hati merupakan kekuatan-kekuatan untuk membangun kebiasaan pikiran yang mampu memberikan daya dorong dalam usaha mewujudkan KREDIBILITAS, KEBIASAAN, PROAKTIVITAS dalam dimensi pemimpin sebagai kunci keberhasilan dan kemandirian.

Dengan demikian kekuatan efektivitas pribadi dalam dimensi pemimpin memainkan peran dalam menentukan adanya aspek-aspek yang mampu mendorong daya kemauan yang kuat untuk menuntun kebiasaan pikiran dalam mengelola daur hidup dalam posisi yang prima yang berkelanjutan pada masa kini dan masa depan.

Pada KREDIBILITAS dalam dimensi efektivitas pribadi pemimpin, ditentukan oleh kekuatan apa yang disebut dengan intensitas, kejelasan dan kesatuan yang mampu membangun KEBIASAAN yang ditopang oleh kekuatan pikiran dengan apa yang disebut keinginan, pengetahuan dan keterampilan. Untuk mendukung dan mewujudkan kredibilitan dan kebiasaan diperlukan wujud kekuatan PROAKTIVITAS yang digerakkan oleh kekuatan apa yang disebut dengan inisiatif, tanggung jawab dan komitmen.

Read Full Post »