Feeds:
Posts
Comments

Archive for April, 2010

62. ENTREPRENEUR

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF ENTREPRENEUR DALAM KEDEWASAAN INTELEKTUAL

PENDAHULUAN

Kebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia entrepreneur percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu, maka dengan kemampuan intelektualnya ia harus dapat membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru itu sehingga dengan kedewasaan intlektual dapat melaksanakan kekuatan 7M sebagai suatu pendekatan dalam mencari jawaban tidak ada gunanya menangisi yang telah berlalu, maka disitulah terletak wujud dari kedewasaan intelektuannya.

Dengan pondasi kedewasaan rohaniah yang kokok, yang menopang kedewasaan dalam sosial dan emosional, maka kekuatan daya kemauan akan menuntun kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat kedalam kebiasaan pikiran dalam mengamalkan firah manusia.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kekuatan kebiasaan pikiran dibentuk oleh kemampuan kekuatan berpikir, oleh karena itu gunakan pikiran positif untuk mengubah hidup anda sehingga hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri. Jadi untuk mengungkit potensi dan bakat yang ada pada diri sangat bergantung atas memperkuat daya kemauan untuk mengungkit daya ingat melalui pemahaman atas intelektual.

Intelektual adalah kekuatan berpikir dari mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Sesuatu yang belum diketahui adalah apa yang disebut dengan kebenaran. Jadi kedewasaan inteletual menjadi satu kekuatan pikiran yang menggambarkan potensi dan bakat manusia yang dapat digerakkan oleh kemampuan berpikir baik yang disadari maupun tidak disadari.

Berpikir disadari artinya berpikir secara metodis( disadari) yang digerakkan oleh dua kekuatan yaitu otak dan hati, sedangkan tidak metodis (tidak disadari) digerakkan oleh kekuatan hati artinya disebut juga intuisi.

Jadi dengan tingkat kedewasaan intelektual akan mampu menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran kedalam sifat berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat dan theologis. Dengan demikian, usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual akan terletak dari kebiasaan yang produktif dari kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi sehingga diperlukan kemampuan untuk mendalami hal-hal yang terkait dalam kebiasaan pikiran.

KEBIASAAN PIKIRAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan pikiran yang produktif hanya dapat tumbuh dan meningkat akan bergantung pemahaman yang mendalami mengenai ilmu pengetahuan dan daya kemauan.

Ilmu dapat dipahami secara mendalam dari informasi yang bersendi akan pengetahuan, sehingga pengetahuan adalah tangga pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Orang ketahui dahulu sesuatu masalah, barulah orang memikirkan perhubungan sebab dan akibatnya, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „apa yang harus dilakukan dan mengapa ?“

Sebaliknya pengetahuan yang didapat dari pada pengalaman disebut pengetahuan pengalaman atau disingkat dengan pengetahuan artinya bersendikan dari pengalaman yang biasanya disebut dengan „keterampilan“, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „bagaimana melakukannya ?“

Daya kemauan disebut keinginan yang bersendikan dari niat yang akan menentukan dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „mau melakukannya ?“

Jadi kekuatan pikiran menjadi kebiasaan yang produktif merupakan prinsip dan pola sikap serta perilaku yang dihayati, bila setiap orang mampu mendalami dan mengintergrasikan dalam prosen berpikir dengan kekuatan untuk memanfaatkan informasi (ilmu), pengalaman (keterampilan) dan niat (daya kemauan menjadi keinginan), akan menjadi suatu kekuatan untuk mampu mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi, sehingga apa yang disebut kebiasaan pikiran adalah kehidupan hati dan jiwa yang mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan sebagai kekuatan pikiran yang memimpin amal perbuatan.

KEBIASAAN PIKIRAN DALAM PEMBERDAYAAN OTAK

Mendalami perberdayaan otak berarti anda ingin belajar mengenai keterkaitannya dalam memori, naluri, emosi, berpikir, sikap, perilaku, kepribadian, dengan perencanaan, mengorganisir, menggerakkan, kontrol dan aplikasi manajemen pemberdayaan otak, sebagai suatu usaha-usaha dalam meningkatkan kedewasaan intelektual.

Sejalan dengan ungkapan diatas, maka berpikir berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari masalah dalam berpikir.

Jadi bila anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin. Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Dengan demikian hikmah berpikir harus dapat diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan di akhirat

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan memecahkannya.dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.

Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima bentuk yaitu:

(1)  BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.

(2)  BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).

(3)  BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

(4)  BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.

(5)  BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.

Bentuk berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERSAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.

Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “

Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu. Dalam Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.

Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang didalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:

(1)  Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;

(2)  Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;

(3)  Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;

(4)  Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;

(5)  Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.

LANGKAH MENINGKATKAN KEDEWASAAN INTELEKTUAL

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan diatas, maka usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual terletak pada pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang mampu mendorong untuk memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan  sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik intelegesi kita, kebijakan intuisi dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, maka kebiasaan pikiran haruslah kita tuangkan dalam satu kerangka kerja seperti yang diuraikan dibawah ini :

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Inteletual menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA dalam kemampuan kebiasaan pikiran yang produktif dan pemberdayaan otak dean  BUDAYA yang mampu mendorong kesalehan intelektual dengan ARAH memkuat daya kemauan dengan  TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan dalam kebersihan jiwa dan hati“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Intelektual menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

„MEMPERHATIKAN kekuatan kebiasaan pikiran sebagai jalan keselamatan perjalanan hidup dalam usaha untuk  MEMBIMBING kemungkinan pikiran menuju kebahagian , maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS memberikan sesuatu yang sangat menentukan dalam usaha menjaga hati nurani secara EKSPRESIF  mendorong kekuatan kebiasaan dengan tafakur“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam meningkatkan kedewasaan intelektal adalah:

Rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan intelektual dalam pemikiran jangka panjang adalah :

  • Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah.
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti takut kepada Allah
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti menghidupkan hati
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti amal perbuatan
  • Meningkatkan kdewasaan inteletual berarti kebaikan di dunia
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berati keyakinan
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti kepercayaan
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti membuka hakikat

Sasaran-sasaran dalam meningkatkan kedewasaan intelektual adalah :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif baik dalam pemikiran jangka panjang maupun pendek, oleh karena itu sasaran  tersebut dirumuskan kembali secara berurut dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Misalkan sasaran yang hendak dicapai dari tujuan „Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah“ maka rumusannya haruslah dibuat secara kuantitatif sebagai sasaran yang hendak direalisir,

Misalkan gambaran kuantitatifnya dapat dituangkan kedalam target waktu, kegiatan mendalami makna ibadah (agama islam, syahadat, iman, hukum, istinja’, najis, air, mandi wajib, wudhu dsb)

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Sebagai kerangka pikir untuk merealisasikan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan strategi untuk melaksanakan kebiasaan pikiran yang dapat menuntun pelaksanaannya sebagai berikut :

  • Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat
  • Kemampuan mengetuk dinding jiwa
  • Kemampuan meningkatkan wawasan menuju kesalehan intelektual

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai ilusrasi, maka rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :

  • Kemampuan mendalami makna otak atas dan bawah sadar.
  • Kemampuan mendalami makna dan kapasitas ingatan
  • Kemampuan meningkatkan daya ingat.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG

DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan intelektual bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelancutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas serta memperhatikan usaha-usaha meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai pondasi yang kuat untuk menopang kedewasaan sosial dan emosional, maka akan membuka suatu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa dalam usaha meningkatkan kedewasaan intelektual.

Oleh karena itu, maka kekuatan dari daya  kemauan bukanlah sesuatu yang mustahil tidak dapat direalisasikan kecuali yang bersangkutan tidak ada usaha memanfaatkan kekuatan pikiran untuk menuntun kesiapan menemukan jati diri sendiri, sebaliknya bagi anda yang membayangkan adanya daya kemauan untuk meningkatnkan kedewasaan intelektual akan mampu bersikap dan berperilaku bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini sebagai wujud dari kekuatan pikiran anda sendiri.

Jadi pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia, karena disitu terletak keyakinan dan kepercayaan anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.

Jadi ingatlah bahwa fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri dalam meningkatkan kedewasaan intlektual yang anda impikan untuk diwujudkan.

Bertitik tolak apa yang telah kita utarakan diatas, maka pilihlah keyakinan dan kepercayaan bukan suatu keraguan yang diciptakan oleh pikiran anda sendiri, oleh karena itu kuatkan dalam kebiasaan pikiran untuk hidup dari kebiasaan jiwa tanpa topeng kepalsuan, maka jalan menjadi terang sejalan dengan kemampuan anda dalam pemanfaatan pemberdayaan otak menuju kesolehan intelektual dengan kebiasaan pikiran yang produktif.

Read Full Post »

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF ENTREPRENEUR DALAM KEDEWASAAN SOSIAL

PENDAHULUAN

Menjadi pribadi yang dicinta diperlukan tingkat kedewasaan berpikir sehingga merasakan kedamaian dengan ruhani yang hidup, oleh karena itu kedewasaan sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang kedalam kehidupan manusia sebagai suatu keluarga besar dalam kehidupan kebersamaan yang harus didukung oleh kekuatan dari kedewasaan rohaniah sebagai pondasi.

Dengan pemikiran tersebut diatas, marilah kita memulai dari sudut kekuatan kedewasaan sosial dalam keluarga, yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku dalam usaha mewujudkan apa yang disebut dengan keharmonisan.

Jadi keharmonisan menjadi sumber kekuatan dalam kehiduan sosial dan keluarga, oleh karena itu sebagai wujud dari keharmonisan ditunjukkan oleh sikap dan perilaku kasih sayang, oleh karena itu dengan prinsip kasih sayang maka akan melahirkan sifat hubungan keluarga anatara suami isteri, ayah dan anak, anak dan orang tua, kemenakan, paman dsb, begitu juga usaha-usaha manusia hidup di tengah masyarakat.

Dengan demikian dalam meningkatkan kedewasaan sosial, juga berarti untuk mengangkat kekuatan berpikir berdasarkan kedewasaan rohaniah, maka setiap situasi hadapilah manusia itu sesuai dengan keadaan mereka. Maklumi apa yang tidak sengaja mereka lakukan. Ketahuilah, bahwa ini merupakan sunnatullah pada manusia dan kehidupan itu sendiri.

Oleh karena itu, bangkitkan kekuatan kebiasaan pikiran bahwa ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai pengalaman, keinginan sebagai niyat jauh lebih baik daripada tumpukan harta, karena mencintai harta benda adalah sifat binatang dan senang dengan kebiasaan pikiran adalah sifat manusia.

Jadi dengan meningkat kedewasaan sosial diharapkan menjadi wujud, jadilah seorang pemberani, berhati teguh dan berjiwa kuat serta memiliki semangat dan tekad. Janganlah anda sampai tertipu dengan cerita bohong, sehingga belajarlah dari pengalaman yang menggambarkan „adakah surga di rumahmu ?, maka disitu terletak gambaran mengenai tingkat kedewasaan sehingga renungkan pula makna „ ibu engkau begitu mulia“, dengan demikian ia dapat menjadi daya dorong dalam perjalanan hidup ini untuk menghindari kebisingan dan hiruk pikuk di dalam rumah dan tempat kerja anda, sehingga di antara tanda kebahagian adalah ketenangan, ketentraman dan keteraturan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan anda.

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN SOSIAL

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Sosial  menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA dalam usaha menumbuh kembangkan keharmonisan dalam lingkungan sosial dengan BUDAYA yang berlandaskan dengan akhlak beragama dengan ARAH membentuk kasih sayang sebagai kekuatan untuk menggerakkan kebiasaan pikiran dengan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan keteladanan dalam hidup“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Sosial menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

„MEMPERHATIKAN kekuatan keharmonisan dalam menuntun sikap dalam mengkomunikasikan suara hati untuk MEMBIMBING dalam berperilaku yang sejalan dengan wujud kasih sayang, maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS sangat menentukan makna kebersamaan dalam pola pikir akan menjadi pendorong agar EKSPRESIF menjadi sudut pandangan dalam kehidupan lingkungan soisal“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan sosial dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :

  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial di sisi Allah
  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan manusia
  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan keluarga
  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam mewujudkan usaha mengkomunikasikan kebersamaan dalam pandangan.
  • Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan dalam meningkatan kedewasaan sosial.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif dalam amalan lahir.

Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb.

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :

  • Keharmonisan
  • Keluwesan
  • Kasih sayang
  • Kebersamaan
  • Kecintaan
  • Kesilaturahmi

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan sosial hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik- baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak / moral yang menuntun kehidupannya.

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :

  • Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir
  • Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran
  • Kemampuan melaksanakan komitmen

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :

  • Meletakkan landasan berpikir yang bersifat konsisten.
  • Meletakkan landasan berpikir yang bersifat berkesinambungan.

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah kjujuran“, merupakan langkah-langkah kebiasaan pikiran yang dapat mendukung pelaksanaan kebijaksaan, apa yang disebut :

  • Melaksanakan kekuatan makna mempunyai rasa malu.
  • Melaksanakan kekuatan makna memupuk rasa beryukur

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kemampuan melaksanakan komitmen“ maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua da masa usia lanjut.
  • Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.
  • Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.
  • Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan sosial bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelancutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam yang mampu mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas buatlah impian untuk menumbuh kembangkan kedewasaan sosial melalui kekuatan pikiran yang menyangkut :

  • Merajut ikatan keluarga dan sosial dalam suatu keharmonisan
  • Doronglah kedamaian dan kehangatan kedalam kekuatan silaturahmi.
  • Wujudkan usaha dalam kesamaan pandangan,

Bahwa impian bukanlah sesuatu yang mustahil, oleh karena itu pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia.

Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.

Read Full Post »

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF ENTREPRENEUR DALAM KEDEWASAAN ROHANIAH

PENDAHULUAN

Bertitik tolak dari pemahaman “kebiasaan”, maka ada dua unsur huruf yang menentukan langkah untuk membangun kebiasaan yaitu pertama unsur (K)esadaran sebagai unsur jiwa untuk mengungkit kekuatan pikiran dan kedua unsur (N)iyat. Dari kedua kata tersebut diharapkan menjadi daya dorong yang kuat sebagai inspirasi untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah.

Kedewasaan rohaniah haruslah dipahami dalam arti suatu kekuatan apa yang disebut dengan kebiasaan pikiran dalam usaha manusia secara berkelanjutan untuk melakukan perubahan kesadaran inderawi menjadi rasional dan ilimiah menuju ke spiritual, dengan begitu manusia akan mampu mengetuk dinding jiwa dalam membangun kebersihan ruhani, kelurusan aqidah, kelembutan rasa, ketegasan sikap.

Sejalan dengan pokok pikiran diatas, maka kebiasaan pikiran haruslah dapat digerakkan secara mndalam dalam rangka menemukan cara-cara untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah yang ditopang oleh kekuatan kesadaran dan niyat untuk mendorong daya kemauan untuk memikirkan dari yang tidak tahu menjadi tahu baik dalam kerangka berpikir yang disadari maupun yang tidak disadari.

Jadi entrepreneur yang memperkuat daya kemauan dalam membangun kebiasaan yang produktif berarti juga ada kesadaran dan niyat dalam usaha membetuk watak dimana kebiasaan-kebiasaan merupakan dasar kehidupan kita, oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang dan atau sebagai entrepreneur ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya.

Dengan pemahaman pemikiran tersebut, maka manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati, berarti ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan-nya di hadadapan Allah, namun saying sudah terlambat.

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN ROHANIAH

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

Visi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA untuk menjadikan pribadi yang dicintai dengan BUDAYA yang berlandaskan agama islam dengan ARAH membentuk akhlak yang terpuji dalam usaha mewujudkan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan keteladanan”

Jadi pada pernyataan visi, terdapat empat unsure yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

Misi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :

“Kemampuan manusia memanfaatkan kekuatan alat pikir dalam kesadran, kecerdasan, akal sebagai unsur jiwa untuk MEMPERHATIKAN  sikap dan perilaku dalam mengkomunikasikan kehangatan serta MEMBIMBING dalam meningkatkan kedewasaan rohaniah dengan ANALITIS STRATEGIS berdasakan kebiasaan pikiran yang menghayati dengan pikiran intuisi melihat masa depan dari sudut pandang yang EKSPRESIF”

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :

  • Menemukan jati diri tanpa topeng kepalsuan
  • Membangun akhlak berdasarkan tuntunan ajaran agama
  • Meningkatkan kesadaran inderawwi ke rasional ke spiritual
  • Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif.
  • Mendalami unsur kata yang bermakna dalam kebiasaan pikiran

Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb.

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :

  • AMANAH, AMPUNAN, ANIAYA, ANGKUH
  • BERKATA BENAR DAN JUJUR, BERZINA, BOROS, BENCI, BERBANTAH- BANTAHAN, BUNUH DIRI, BALAS DENDAM
  • CEMBURU,  CITA-CITA
  • DENGKI, DUSTA
  • EJEKAN / OLOKAN, ENGGAN
  • FAKIR MISKIN
  • HIRAUAN, HATI
  • IRI HATI
  • JIWA KEDAMAIAN, JUDI
  • KEBAIKAN, KESUKSESAN, KASIH, KEBAJIKAN,KERAMAH TAMAHAN DAN KEBAJIKAN
  • KESEMPURNAN DAN KEBAJIKAN, KEHORMATAN / KESUCIAN DIRI, KELAKUAN BAIK, KASIH SAYANG, KESEPAKATAN, KEADILAN, KESIAPSIAGAAN KETENANGAN HATI DAN KEBENARAN NIAT, KEPENTINGAN, KEJUJURAN, KEBERSIHAN, KHUSU’,  KESAKSIAN, KEBENARAN, KELEBIHAN, KEBAKHILAN, KEBOHONGAN, KELALIMAN, KEHIDUPAN DUNIA TIPUAN BELAKA, KEHIDUPAN, KEMULIAAN
  • MENAHAN DIRI, MERENDAHKAN DIRI, MUSIBAH, MARAH, MENCELA / MEMAKI, MELEBIHI YANG PATUT, MABUK, MUBADZIR / ROYAL, MEMELACURKAN, MEMBERI GELAR, MENCURI, MASA TUA
  • NAFSU SEKSUIL
  • PERWALIAN, PERTENTANGAN PENDAPAT,  PERMUSUHAN  PERSAUDARAAN PERINTAH BERLAKU ADIL, PEMBUNUHAN, PERZINAAN, PENDURHAKAAN PENDAPAT LEMAH, PENGECUT, PRASANGKA PERBUATAN KEJI
  • REDAH HATI DAN KHUSYU, RENDAH BUDI, RIJA’, RIBA
  • SALEH, SALING MEMAAFKAN, SABAR, SUCI, SYUKUR, SUMPAH, SOMBONG, SYAHWAT
  • TOLONG MENOLONG, TAMU, TIMBANGAN / TAKARAN, TAAT, TABAH, TANGGUNG JAWAB BERSAMA, TIPU/CURANG, TIDAK TERIMA KASIH, TAKABUR
  • UTANG PIUTANG, UMPAT
  • ZUHUD

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak / moral yang menuntun kehidupannya.

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :

  • Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu.
  • Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok.
  • Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup.
  • Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan.

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu“, oleh karena itu, maka usaha-usaha meretas jalan menjadi diri sendiri diperlukan suatu kebijakan dalam sikap dan perilaku untuk memerangi tujuh perkara yang merugikan dengan tingkat kedewasaan rohaniah yeng berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Mengendalikan nafsu melalui perubahan makna kesadaran dalam hidup yang bersifat inderawi yang menganut paham materialistis.
  • Mengendalikan marah kerena ia dituntun oleh kehedak setan.
  • Mengendalikan diri dalam kehidupan dunia.
  • Mengendalikan tantangan hawa nafsu
  • Mengendalikan kekuatan nafsu syahwat (seksualitas)
  • Mengendalikan dalam keutamaan mengekang hawa nafsu (seks)
  • Menuntun perkawinan untuk mendapatkan keturunan.

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok“, oleh karena itu, maka usaha-usaha untuk mengetuk dinding jiwa agar dapat mengarah kepada kebaikan karena jiwa selalu bergerak mengalami perubahan yang sejalan kualitas kebiasaan dari kedewasaan manusia dengan mendalami hal-hal yang terkait dengan pemahaman atas :

  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari substansinya bahwa jiwa memilki kualitas dzatnya yang dapat berubah sedangkan ruh memiliki kualitas yang selalu baik dan suci.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari pada fungsinya, dimana jiwa berfungsi bertanggung jawab atas kebiasaan pikiran sedangkan ruh sebagai kekuatan penuntun kedalam pikiran yang postif.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari sifatnya bahwa jiwa memiliki sifat yang dinamis sejalan dengan kebiasaan pikiran sedangkan ruh memiliki sifat yang statis dengan pikiran yang positif.

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup“, oleh karena itu, maka usaha-usaha dalam menempuh perjalanan hidup yang abadi ditentukan oleh kemampuan manusia mengenal hatinya, niscaya ia akan mengenal dirinya dan apabila ia mengenal dirinya niscaya ia mengenal Tuhannya, maka melaksanakan itu diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap ha-hal yang berkaitan dengan :

  • Cobalah renungkan untuk mendalami kecenderungan hidup manusia dalam kebiasaan pikiran baik yan bersifat negatif dan atau positif.
  • Mandalami dari sisi amalan lahir dan batin mengenai fitrah manusia.

  • Memahami wujud dari watak manusia dalam kerangka menjalani hidup berdasarkan kekuatan hati dalam meraih cinta ilahi dengan mengamalkan makna „OTAK“ (Orang, Tawakal, Amanah, Kerja) kedalam makna „HIDUP“ (Hijrah, Insyaf, Durhaka, Usaha, Pahala) dan „MATI“ (Malaikat, Ajal, Takdir, Illahi)

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan“, oleh karena itu, maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua da masa usia lanjut.
  • Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.
  • Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.
  • Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan rohaniah, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan rohaniah ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP

Menemukan jati diri, bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha denga ketekunan untuk secara berkelancutan untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas, maka pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih.

Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.

Manusia menurut fitrahnya beragama tauhid, yang termuat dalam Q.S. 30 : 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Selanjutnya cobalah renungkan pula bahwa jadi dengan kekuatan fitrah dan bakat, maka ingatlah selalu Nabi Muhammmad saw, bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, fitrah. Orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai orang Nasrani atau Yahudi. Keimanan orang tua dan pola pikir mereka akan mempengaruhi pikran anak yang memang masih mudah terkena pengaruh”

Bertolak dengan pendekatan 7M, manusia bergerak menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri untuk membangun moral / akhlak yang terpuji dengan menyadari pemahaman yang mendalam mengenai sebab-sebab kejahatan dan belajar adakah manusia terlahir sebagai penjahat, oleh karena itu renungkan mengenai manusia siapa, darimana dan kemana ?

Sebagai langkah untuk terus mengingat hal-hal yang diungkapkan diatas diperlukan apa yang disebut dengan pedoman untuk pikiran, pedoman untuk organ tubuh, pedoman untuk jiwa., melalui daya dorong dengan pemahaman yang mendalam tentang moral / akhlak.

Jadi kunci meraih tingkat kedewasaan rohaniah ditentukan oleh keberhasilan meraih cinta ilahi sejalan dengan kebiasaa pikiran dalam meraih hidup bahagia dunia dan akhirat yang berlandaskan oleh kekuatan akhlak.

Read Full Post »

MEMBANGUN KERANGKA PIKIR DALAM MENINGKATKAN KEDEWASAAN  ENTREPRENEUR

DALAM KEBIASAAN YANG PROUKTIF

PENDAHULUAN

Memikirkan sesuatu kebiasaan yang baik, bukanlah sesuatu yang mudah tapi sebaliknya kebiasaan yang buruk tidak perlu dipikirkan dimana kebiasaan pikirannya yang digerakkan oleh kekuatan pikiran yang negatif dengan secara otomatis bergerak dengan sendirinya.

Banyak orang tidak berhasil dalam hidup ini yang sejalan dengan kebiasaan yang prodktif, bukan disebabkan karena mereka kurang kemampuan dalam menggerakkan kekuatan pikiran akan tetapi kurangnya “daya kemauan” untuk secara berkelanjutan menggerakkkan kekuatan pikiran positip untuk membangun kebiasaan yang produktif seperti apa yang dipkirkan kedalam suatu pikiran yang terang dan jelas.

Oleh karena itu, untuk memperkuat daya kemauan, ingatlah selalu kedalam pikiran anda untuk meningkatkan kemampuan memiliki ilmu dari informasi, pengetahuan dari pengalaman menjadi keterampilan dan keinginan yang selalu ditopang oleh niyat. Jadi ketinga tonggak berupa ilmu, pengetahuan dan keinginan haruslah menjadi “kebiasaan pikiran”, maka disitu akan terletak menemukan cara-cara untuk menjaga hati nurani anda tetap jernih, mengendalikan pemikiran anda, mampu membuat pilihan bijaksana, agar secara berlangsung kekuatan-kekuatan untk melepaskan diri dari belenggu dari jiwa dengan topeng kepalsuan.

Dengan membangun “kebiasaan pikiran” berarti ilmu, pengetahuan dan keinginan merupakan imannya segala amal, sehingga menjadi kewajiban orang tua mendorong anaknya dimulai sejak dalam buaian ibu hingga akhir hayat untuk membangun kebiasaan pikiran, dengan begitu akan terbangun jiwa tanpa topeng kepalsuan dalam perjalanan hidup anda.

Apa yang kita pikirkan diatas, mengenai membangun “kebiasaan pikiran” untuk mendorong kekuatan untuk memperkuat daya kemauan yang didorong oleh kekuatan komitmen yang datang dari diri sendiri, bukan sekedar ikut-ikutan tanpa anda mampu menelola alat pikiran anda.

Jadi meretas jalan menjadi diri sendiri haruslah dituangkan dari penguasaan “kebiasaan pikiran” anda sendiri. Pikirkanlah ungkapan seperti “Jangan tunggu besinya panas baru ditempa, jadikanlah besi itu panas dengan menempanya”, oleh karena itu dengan kebiasaan pikiran anda, maka yang bisa memanfaatkan ke salahan itu asalkan tujuannya benar dan baik.

Sejalan dengan kekuatan “kebiasaan pikiran” diatas, maka anda merasakan tidaklah cukup baik kecuali anda mengetahui di mana yang terbaik itu dan yakin bahwa anda telah menyentuhnya dan merasa kuasanya di dalam diri anda. Oleh karena itu, sebagai inspirasi, apa yang dituangkan disini mungkin dapat anda gunakan sebagai rencana, peta jalan dan keberanian untuk maju terus menuju tujuan anda.

KERANGKA PIKIR DALAM MEMBANGUN KEBIASAAN

Membangun kebiasaan pikiran yang sehat, memang tidak gampang, maka cobalah anda bayangkan ungkapan seperti “kesalahan orang lain terletak di mata anda, kesalahan sendiri terletak di punggung anda, oleh karena itu bila anda ingin menumbuh-kembangkan kebiasaan yang produktif, maka dalam membangun kebiasaan yang kuat dalam diri anda, diperlukan suatu kerangka pikir untuk menuntun sikap dan perilaku anda dalam menyesuaikan diri yang sejalan dengan tuntutan perubahan yang diniyatkan sebagai berikut :

Pertama, rumuskan secara jelas rencana kedalam pemikiran jangka panjang yang memberikan arah persfektif dalam membangun “kebiasaan pikiran yang sehat” dengan membuat rencana yang bertolak dari kekuatan intuisisi

yang mencakup visi, misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan ; Selanjutnya rencana tersebut dituangkan kedalam rencana jangka menengah yang menggambarkan keberhasilan dalam kebiasaan pikiran masa kini. Jadi rencana tersebut akan menuntun langkah-langkah tindakan anda dalam membangun „kebiasaan yang produktif“. Untuk itu anda harus memiliki komitmen yang kuat dalam merealisasikannya.

Kedua, rumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya.

Ketiga, renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Keempat, rumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini.

Kelima, rumuskan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Keenam, dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

KEKUATAN KEDEWASAAN YANG SALING TERKAIT

Bertitik tolak dari kerangka pikiran yang diungkakan diatas, maka kebiasaan kedewasaan  memiliki saling terkaitan antara satu dengan yang lain sehingga dengan kedewasaan itu mampu menuntun perjalanan hidup yang abadi, itu berarti anda mampu menyingkapi makna keberadaan anda sebagai manusia yang berusaha untuk meningkatkan kebiasaan pikiran dalam menemukan jati diri yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, meningkatkan kedewasaan berpikir merupakan kunci untuk membangun kebiasaan yang produktif yang bertolak dari usaha-usaha untuk meningkatkan daya kemauan untuk meningkat perubahan tingkat kesadaran. Sejalan dengan itu, maka diperlukan landasan untuk memperkuat kekuatan pikiran dengan memahami makna kekuatan kedewasaan rohaniah, sosial, emoional dan intelektual yang memiliki unsur yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga dalam berbuat perlu perhitungan yang matang dari aspek rohaniah, sosial, emosional dan intelektual karena apabila salah berbuat sesuatu, akibatnya sering merugikan diri sendiri. Jadi ubahlah cara berpikir anda, maka dunia anda akan berubah sejalan dengan usaha anda untuk merubah kebiasaan dari tingkat kesadaran anda.

Aspek Unsur Kedewasaan Rohaniah :

Merupakan landasan utama untuk menegakkan kekuatan pikiran sebagai sumber kekuatan kedewasaan lainnya. Dengan bertolak dari keyakinan dan kepecayaan memberikan daya dorong dalam hubungan dengan Allah Swt yang kita sebut dengan „HAKIKAT“

Hakikat ialah apa jua amalan batin yang diperintahkan oleh Allah Swt, sehingga amalan batin (hakikat) baik akhlak dengan manusia maupun akhlak dengan tuhan tidaklah mudah, ditambah lagi bila amalan syariat (lahir hab-lumminallah dan hablumminannas) haruslah dijalankan serentak dan seiring. Kita menyadari bahwa tidak mudah melaksanakannya seperti yang difirmankan Allah S.W.T dalam QS : 2 : 45-46:

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (45) dan “ (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (46)“.

Bentuk bentuk hubungan dengan Allah seperti Usaha untuk mengenal Allah ; Merasa senantiasa diawasi oleh Allah; Merasa kebesaran Allah; Mensyukuri nikmat-nikmat peberian Allah; Tawakal kepada Allah dan sebagainya. Sedangkan bentukbentuk akhlak kepada manusia seperti mengasihinya sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri, pemurah padanya, bertolak ansur dengannya, baik sangka terhadap orang islam, tawadhuk dengan manusia, memaaafkan kesalahannya dan sanggup meminta maaf atas kesalahan padanya dan sebagainya.

Jadi Yang harus difahami terlebih dahulu, bukannya rasa berat untuk mengamalkannya seperti yang terungkap dalam surat Al Baqarah diatas, melainkan kemampuan kita haruslah didasarkan kepada tahapan kita menjalankan ibadah secara khusuk, oleh karena itu dari ayat itupun telah menunjukkan kepada kita dimulai dengan memberatkan amalan batin (hakikat) untuk kita laksanakan. Dengan penebalan atas pemahaman itu diharapkan kita dapat memanfaatkan otak dalam fungsi memori, emosi dan naluri kearah jalan yang diridhoi oleh Allah S.W.T.

Aspek Unsur Kedewasaan Sosial, Emosional dan Intelektual :

Tekanan dalam kedewasaan ini adalah menyangkut hal-hal yang terkait dengan amalan „SYARIAT“ ialah apa saja amalan-amalan lahir yang diperintahkan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan, mana hal-hal yang bersifat wajib atau sunat, yang termasuk kedalam hablumminallah dan hablumminannas.

Unsur kedewasaan akan meningkat sejalan dengan kemampuan untuk apa-apa yang harus dijalankan kedalam hablmminallah yaitu seluruh kegiatan syariat yang menyangkut amlan-amlan yang termasuk persoalan ibadah, sedangkan yang terkait dalam hablumminannas yang menyangkut amalan-amalan lahir kita yang termasuk dalam bidang-bidang kerja-kerja yang ada kait mengkait dengan masyarakat. Jadi kekuatan dalam kedewasaan ini haruslah sejalan dengan kemampuan manusia untuk menjalankan keseimbangan dalam amalan lahir dan batin yang akan mampu menuntun manusia kedalam kebiasaan-kebiasan yang produktif.

PENUTUP

Dengan merumuskan kerangka berpikir yang telah kita ungkapkan diatas, maka usaha-usaha untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan inteletual akan lebih terfokuskan kedalam kebiasaan untuk menungkit kekuatan pikiran yang bersifat positip.

Kebiasaan yang produktif haruslah didukung oleh kekuatan pikiran yan positip, dengan demikian maka tingkat kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual akan membentuk sifat kepribadian positip, dengan dmikian kita sadar bahwa ada dua hal yang menyebabkan orang segan melakukan perbuatan yang tercela yakni karena agama dan rasa harga diri, yang dibimbing oleh kekuatan amalan syariat dan hakikat yang dipahaminya.

Oleh karena itu dengan kepribadian positip akan membentuk kekuatan pikiran kedalam hal-hal yang terkait dengan :

1) beriman kepada Allah swt ;

2) memiliki nilai diri yan tinggi ;

3) berpandangan jernih ;

4) optimis dan antisipatif ;

5) fokus solusi ketika menghadapi persoalan ;

6) mampu menarik manfaat dari kesulitan ;

7) mampu menghadapi kesulitan dan tantangan mengganggu stabilitas setiap sendi  hidupnya ;

8) siap melakukan perubahan yang bersifat membangun ;

9) hidup dengan harapan, perjuangan dan kesabaran ;

10) kemampuan bergaul dan membantu sesama manusia.


Read Full Post »


PENDAHULUAN

Dalam seluruh aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat, maka salah satu kunci yang menggambarkan kredibilitas anda sebagai entrepreneur yang sejati adalah menunjukkan gambaran pemahaman anda dalam bersikap dan berperilaku yang sejalan dengan peran-peran yang anda jalankan.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka kekuatan kebiasan pikiran diharapkan anda dapat memahami arti keberadaan anda dalam dunia bisnis yang dituntut dalam kemampuan anda untuk menjalankan etika dalam berbisnis. Kuncinya terletak dalam kekuatan akhlak yang telah anda bangun sepanjang perjalanan hidup anda, maka disitu terletak kemampuan anda untuk menjalankan bisnis yang beretika.

Seandainya kita mengatakan bahwa kebangkitan suatu bangsa terletak pada pilar kehidupan ekonomi dan bisnis sebagai suatu kekuatan yang sangat menentukan, maka kekuatan ekonomi dan bisnis haruslah dijalankan oleh setiap peran-peran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang memiliki akhlak yang mulia.

Dengan akhlak yang mulia dan disertai kemampuan menjalankan etika bisnis, maka kekuatan kebiasaan pikiran dapat menjadi pendorong dalam mengungkit kekuatan daya kemauan untuk berbuat baik dan terpuji.

Sebagai suatu pendekatan untuk memahami makna „etika bisnis“, dibawah ini diuraikan unsur kata menjadi untaian kalimat yang bermakna „Apa itu etika bisnis?“ yang mencakup unsur kata yaitu :

E menjadi kata Emosional

T menjadi kata Tindakan

I menjadi kata Ikhlas

K menjadi kata Kearifan

A menjadi kata Amanah

Bila dari unsur kata tersebut dirumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna maka ETIKA adalah kemampuan dari pemain peran untuk memanfaatkan kekuatan (E)mosional untuk mengendalikan (T)indakan yang sejalan dengan kekuatan jiwa dan hati secara (I)khlas dalam sikap dan perilaku yang memiliki (K)earifan dalam mengamalkan (A)manah.

B menjadi kata Berusaha

I menjadi kata intergrasi

S menjadi kata Sumber Daya

N menjadi kata Nisbah

I menjadi kata Individu

S menjadi kata Sosial

Berdasarkan pemahaman unsur kata, maka difinisi bisnis dalam untaian kata yang bermakna menjadi, BISNIS adalah seluruh kegiatan dalam (B)erusaha yang terkait dengan proses (I)ntergrasi dalam pemanfaatan (S)umber-daya yang tersedia untuk mengubah menjadi (N)isbah untuk kepentingan (I)ndividu dan (S)osial.

Dengan menyatukan dua kata tersebut menjadi untaian kalimat yang bermakna, maka dapat dirumuskan bahwa ETIKA BISNIS adalah memanfaatkan kekuatan (E)mosional dalam (T)indakan secara (I)khlas dengan (K)earifan menjalankan (A)manah dalam (B)erusaha melalui peng (I)ntergrasian (S)umber daya menjadi (N)isbah bagi kepentingan (I)ndividu dan S)osial.

Jadi dengan memperhatikan makna kata tersebut diatas, maka sebagai wawasan entrepreneur dalam etika bisnis, menjadi suatu pemahaman ETIKA merupakan pemahaman, penghayatan dan pengamalan dari kekuatan akhlak yang harus ditumbuh kembangkan kedalam kebiasan pikiran. Sedangkan BISNIS merupakan salah satu jenis manusia mencari uang.

Dengan demikian peran seorang entrepreneur yang memiliki kepribadian harus mampu melaksanakan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan) dalam etika bisnis, sebagai kekuatan kebiasaan pikiran untuk menuntun kekuatan akhlak manusia dalam mencari uang. Sikap dan perilakunya tidak terpengaruh oleh pemain peran dalam legislatif, yudikatif dan eksekutif yang memberikan peluang untuk tidak menjalankan etika bisnis karena mengharapkan untung yang besar dengan mengorbankan semua kepentingan steakholders.

Oleh karena itu, budaya KKN, yang sangat merusak dalam berbangsa dan bernegara merupakan masalah abnormal yang sulit untuk dapat dipecahkan kecuali setiap manusia Indonesia sebagai pemain peran dalam ekonomi dan bisnis mampu merubah kesadran inderawi menjadi kesadaran rasional dalam menjalankan pola pikir berbudaya dalam berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini kita tidak boleh menutup mata dengan kenyataan bahwa Indonesia di pandang oleh bangsa luar negeri merupakan salah satu negara yang paling korup di dunia.

Mampukah entrepreneur memainkan peran untuk tidak terlibat memanfaatkan peluang, hanya serakah mengejar keuntungan yang besar dengan mengorbankan kepentingan steakholders. Gap yang paling besar dari perubahan pola pikir cara lama ke pola pikir baru diperlukan perubahan secara radikal.

ENTREPRENEUR MELURUSKAN PEMAHAMAN ETIKA BISNIS

Ada pemikiran yang diungkapkan oleh para ahli mengatakan bahwa etika bisnis bukanlah pengetahuan yang dapat ditumbuh kembangkan sebagai suatu alat pemikiran yang mampu menyelesaikan pandangan atas permasalahan yang dapat diaplikasikan dalam proses berpikir karena ia sangat bersifat tidak dapat diterima oleh pihk-pihak yang mempunyai kepentingan.

Sebaliknya seorang entrepreneur yang memiliki pandangan yang memberikan arah persfektif harus mampu menunjukkan gambaran dari pemikiran bahwa apa yang diungkapkannya tidak terlpas dari suatu kenyataan yang menyangkut :

  1. Hal ketaatan.
  2. Hal kemaksiatan.
  3. Sifat-sifat yang merusakkan
  4. Sifat-sifat yang menyelamatkan.

Dengan pemikiran itu seorang entrepreneur yang utuh, akan mampu berpikir dalam pemahaman etika bisnis merupakan suatu kebutuhan dalam setiap aspek kehidupan, tanpa pemikiran itu berate pada setiap pengelolaan tindakan dalam seluruh aspek kehidupan dapat menimbulkan dampak yang tak terpikirkan.

Oleh karena itu, etika bisnis bukanlah sesuatu pengetahuan baru dari pengalaman yang membuat diskriminasi dengan pengetahuan lainnya, melainkan ia menjadi suatu keterampilan dalam abad baru, selain pemikiran mengenai fokus, sensitivitas, visi, wawasan kreativitas dan sebagainya.

Seorang entrepreneur sejati, harus mampu meluruskan dan mengamalkan etika bisnis sebagai suatu kebutuhan dalam setiap tindakan dalam berbisnis, ia harus mampu melepasklan diri dari pandangan para ahli yang tidak sependapat dengan tujuan menerapkan etika bisnis, yang dibayangkan tidak dapat membuat usaha-usaha pertumbuhan berkelanjutan, dan bahkan takut melakukan kesalahan dan ragu apakah akan berhasil atau tidak ?

Untuk dapat melawan sikap-sikap tersebut dan bahkan terbawa dalam arus menyesuaikan dengan lingkungan yang berdampak menyuburkan KKN, dalam hal demikian diperlukan kekuatan kebiasaan pikiran untuk mengungkit daya ingat dalam menuntun sikap dan perilaku kedalam kekuatan yang terkait dengan :

  1. Kemampuan dalam mengendalikan pikiran yang bersifat negatif, yang didorong oleh sifat berburuk sangka, bohong, fitnah, jahil, iri dan sebagagainya, kenalilah diri agar anda dengan dengan Allah swt.
  2. Kembangkan kekuatan pikiran yang bersifat positif, yang dapat mendorong kekuatan daya kemauan dengan tindakan yang positif.
  3. Sering menggerahkan kekuatan kebiasaan pikiran yang produktif sehingga alat pikiran (kesadaran, kecerdasan dan akal) dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi.

Seperangkat kekuatan jiwa yang dapat mendorong kemauan yang kuat untuk dapat berperan entrepreneur meluruskan dalam pengamalan atas etika bisnis adalah kekuatan apa yang disebut dengan keyakinan dan kepercayaan atas :

  1. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “kejujuran” dalam semua tindakan dalam berusaha.
  2. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “bertaqwa” pada  semua kegiatan usaha kehadapan Allah swt.
  3. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “niat yang lurus” dalam usaha mewujudkan keinginan.
  4. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “kemauan keras” untuk tidak pernah menyerah atas godaan apapun yang dapat memotivasi menjadi manusia yang cepat berputus asa. Dengan kemauan yang keras mampu memberikan daya dorong melahirkan ide, gagasan dalam menumbuhkan kekuatan kreativitas yang sebelumnya tidak terpikirkan.
  5. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “istiqamah” dalam setiap tindakan pekerjaan dalam usaha yang penuh tantangan dengan harapan disitu terletak pintu untuk anda menemukan diri yang jauh dari kecemasan.
  6. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “kekuatan bangun lebih pagi” yang memberi kekuatan daya dorong dalam menyambut rizki Rab-mu karena Allah membagi rizki manusia antara terbitnya fajar menjelang terbitnya matahari.
  7. Meletakkan landasan yang kuat atas makna “tawakal”, bahwa dengan niat telah lurus, bertaqwa, kejujuran dalam usaha mewujudkan kebenaran, bila keberhasilan belum dianugrahkan, disitulah letak pintu bertawakal agar semuanya kita berserah diri kepada Allah swt.

KEBERHASILAN ENTREPRENEUR MENGAMALKAN ETIKA BISNIS

Bertolak dari pemikiran yang terkait dengan rumusan mengnai “etika bisnis“ adalah memanfaatkan kekuatan (E)mosional dalam (T)indakan secara (I)khlas dengan (K)earifan menjalankan (A)manah dalam (B)erusaha melalui peng (I)ntergrasian (S)umber daya menjadi (N)isbah bagi kepentingan (I)ndividu dan S)osial.

Dengan memperhatikan ungkapan diatas, maka keberhasilan entreprneur dalam mengamalkan etika bisnis akan tergambarkan usaha-usaha mereka untuk dapat mewujudkan kebenaran, keindahan, kebaikan dan keutuhan sebagai suatu usaha kedalam penguatan kebiasaan pikiran.

Wujud etika bisnis dalam kebenaran :

Salah satu peran entrepreneur dalam tindakan bisnis adalah seberapa jauh  keyakinan dan kepercayaan yang disebutkan 7 kekuatan kebiasaan pikiran (kejujuran, taqwa, niat yan lurus, kemauan keras, istiqamah, kekuatan bangun lebih pagi, tawakal) diharapkan mampu menuntun sikap dan perbuatan dalam tindakan yang sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan kebenaran.

Dengan kekuatan kedewasaan berpikir anda dalam rohaniah, sosial, emosional dan intelektual, maka wujud kebenaran dalam etikan bisnis, merupakan satu kekuatan kebiasaan pikiran yang harus ditumbuh kembangkan oleh peran-peran entrepreneur yang memiliki tanggung jawab moral untuk melepaskan diri dari kehidupan jiwa tanpa topeng kepalsuan.

Bertolak dari kekuatan kebiasaan pikiran diatas, diharapkan menjadi pendorong untuk membangun kemauan yang kuat untuk mewujudkan kebenaran dalam atopeng kepalsuan dalam sikap dan perilaku yang mendorong berbohong dalam tindakan sehingga motivasi sebagai daya dorong menjadi keunggulan sejati..

Wujud etika bisnis dalam keindahan :

Keindahan dari sudut pandang seorang entrepreneur sejati dapat memberikan daya dorong dalam kekuatan kebiasaan pikiran yang akan menumbuh keyakinan dan kepercayaan bahwa untuk mengungkit keharmonisan kepemimpinan dalam kolaborasi dibutuhkan keindahan di tempat kerja, struktur dan sistem sehingga dapat membangun seni bekerja yang sejalan dengan etika bisnis.

Jadi dengan wujud keindahan, maka estitika dalam binis dapat mendorong ide-ide baru atau kreativitas dalam bisnis sebagai suatu kekuatan tindakan usaha yang manusiawi sehingga anda mampu menghindari hal-hal bujukan yang dapat merusak gaya hidup anda.

Wujud etika bisnis dalam kebaikan :

Kebaikan dari sudut pandang seorang entrepreneur sejati dapat memberikan daya dorong dalam kekuatan kebiasaan pikiran yang akan menumbuh keyakinan dan kepercayaan bahwa dengan memahami akhlak atau moral sebagai faktor yang mampu mendorong entrepreneur bekerja berlandaskan etika dan berbuat baik sehingga dapat menuntun sikap dan perilaku dalam membangun hubungan kepada stakeholders dengan kekuatan berbuat kebaikan baik untuk semua kepentingan.

Dengan ungkapan pemikiran diatas, maka kewajiban mewujudkan kebaikan dalam kebiasaan pikiran mnjadi satu kekuatan yang mampu menuntun usaha-usaha entrepreneur dalam menghadapi tantangan etika bisnis dalam tindakan, sehingga seluruh proses pengambilan keputusan berdasarkan aturan dan etika yang mampu mendorong sikap dan perilaku yang bijak dan arif sebagai kekuatan dalam tindakan bisnis.

Wujud etika bisnis dalam keutuhan :

Keutuhan dari sudut pandang seorang entrepreneur sejati dapat memberikan daya dorong dalam kekuatan kebiasaan pikiran yang akan menumbuh keyakinan dan kepercayaan bahwa dengan memahami kebersamaan diharapkan menjadi daya kekuatan untuk membangun daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan apa yang disebut keunikan dan keutuhan.

Dengan ungkapan pemikiran diatas, maka faktor kedewasaan berpikir rohaniah, sosial, emosi dan intelektual menjadi satu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa agar kelembutan rasa, kekuatan kata, ketegasan sikap dan ketajaman mata hati untuk meningkatkan pemahaman dan memberi manfaat kedalam seluruh sistem agar keutuhan mampu memberi daya dorong kedalam budaya organisasi yang dapat diterima oleh semua pihak dalam organisasi.

Jadi untuk membangun kekuatan keberhasilan entrepreneur dalam mengamalkan etika bisnis sangat bergantung atas pemahaman wujud kebenaran, keindahan, kebaikan dan keutuhan sebagai kekuatan dalam membangun kebiasaan pikiran agar semua kepentingan stakeholders dapat terpenuhi.

PENUTUP

Keberhasilan dalam berbisnis diperlukan komitmen dan konsisten dalam usaha-usaha membangun kekuatan kebiasaan pikiran sebagai seorang entreprneur sejati yang mampu mengamalkan etika bisnis sebagai kekuatan yang mampu menuntun sikap dan perilaku dalam tindakan usaha dalam membangun keseimbangan kepentingan steakholders.

Setiap pemain peran entrepreneur harus mampu mengendalikan diri sehingga tidak mudah menjadi pemain peran dengan topeng kepalsuan,  yang mendorong peran-lainnya dalam legislatif, eksekutif, legislatif dan para pelaku ekonomi yang tidak pernah memahami makna daripada etika bisnis sebagai suatu kekuatan yang mampu mendobrak KKN yang sangat merusak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka dalam mengamalkan etika bisnis sebagai satu kekuatan keterampilan abad baru, yang harus ditumbuhkan kembangkan. Oleh karena itu komunitas entrepreneur harus mampu mempertahankan kekuatan kebiasaan pikiran yang mampu memberi daya dorong kedalam daya kemauan yang kuat untuk tidak terpengaruh oleh pandangan para ahli yang mendorong bahwa etika bisnis bukanlah suatu kebutuhan melainkan alat konspirasi untuk memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ikutilah keteladanan William Soeryadjaya  orang yang selalu pegang erat etika bisnis dalam mengelola bisnis dalam grup astra, yang mampu bertahan dalam daur hidup pada posisi prima yang terus tumbuh dan berkembang dalam situasi ekonomi yang penuh ketidak pastian.

Jadi komunitas entrepreneur harus benar-benar memahami, menghayati dan mengamalkan makna etika bisnis sebagai suatu kekuatan untuk menyatukan dan meluruskan pandangan yang berbeda dalam mewujudkan kebenaran, keindahan, kebaikan dan keutuhan dalam etika bisnis.

Read Full Post »