96. KEBIASAAN PIKIRAN MENJELAJAH SUARA ATR
DALAM BERTAWAKAL UNTUK BERBAIK SANGKA
KEPADA ALLAH
1.PENDAHULUAN
Tawakal dari kamus bahasa Indonesia berarti berserah kepada kehendak Allah, percaya dengan sepenuh hati kepada Allah. Kata tawakkal adakalanya diungkapkan dalam bentuk tunggal, bentuk jamak, bentuk masa lalu, benuk masa datang an bentuk perintah yang semuanya dapat kita ketemukan dalam Al Qur’an, Seperti yang tercantum dalam surat dan ayat dibawah ini :
QS.7 : 89“Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.
QS. 8 : 49“ (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mu’min) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
QS.10 : 85“Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim,
QS.11 : 56“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”
QS. 14 : 12“Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.
Allah menyukai orang yang bertawakal kepadaNya QS.3 : 159“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Bertawakal kepada Allah QS. 9 : 129“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung”. ; 10 : 85“Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim,
2. BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH
Belajar dari ungkapan yang termuat dalam surat dan ayat diatas, mengingatkan kepada pikiran kita bahwa tawakal merupakan suatu kedudukan yang tata letaknya jatuh kembali kepada Allah (inabah). Dikatakan demikian karena dalam meraih tujuannya seseorang dianjukan untuk bertawakal (berusaha keras dengan penuh kepasrahan kepada Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedudukan tawakal sama halnya dengan sarana , sedang kedudukan inabah adalah tujuannya. Oleh karena itu renungkanlah ungkapan seperti „Terimalah dengan ikhlas apa yang tidak mungkin dielakkan. Kalau kita mengetahui bahwa suatu keadaan itu di luar kekuasaan dan kemampuan kita untuk mengobah dan memperbaikinya, berkatalah pada diri sendiri. Memang sudah mustinya begitu tak dapat lain“
Dengan memperhatikan apa-apa yang kita utarakan diatas, maka berbaik sangka kepada Allah Swt. Dan berharap ibarat dua saudara sekandung. Keduanya mensyaratkan seorang hamba berkomitmen taat kepada Allah Swt, yakni senantiasa menunaikan kewajiban serta menjauhi maksiat dan dosa besar. Dengan demikian, berharap merupakan salah satu dari tingkatan amalan hati.
Jalan menuju Allah Swt. ditunjukkan harapan menjadi unsur penting untuk kita gerakkan dalam pikiran sebagai suatu ketaatan yang baik. Renungkan QS. 2 : 218“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“
Sejalan dengan kita utarakan diatas, maka harapan dapat berbentuk apa yang disebut dengan : 1) Harapan seseorang yang taat kepada Allah karena mendapatkan cahaya Allah Swt ; 2) Harapan seseorang yang berbuat dosa kemudian bertobat ; 3) Harapan yang terlena dalam kelalaian dan kesalahan.
Pada bentuk yang ketiga diatas, perlu ada daya kemauan yang kuat untuk menjadi keinginan agar tidak terperosok yang berbahaya, apa yang disebut 1) Dia diliputi putus asa berkepanjangan sehingga meninggalkan ibadah ; 2) Dia diliputi ketakutan yang berlebihan melampaui batas kewajaran sehingga membutuhkan keseimbangan antara harapan dan rasa takut.
Bertolak dari pikiran diatas, maka orang yang konsisten dengan harapan pasti akan memetik manfaat seperti yang disebut dengan : 1) Harapan mendorong kesungguhan untuk beramal saleh dan memperbanyak ibadah sunnah ; 2) Harapan membimbing pemliknya menuju Allah wt ; 3) Harapan mengantarkan seseorang hamba ke daun pintu cinta dan memasukkannya ke lorong cinta ; 4) Harapan mengangkat seorang kedalam bersyukur yang menjadi intisari penghambaan ; 5) Harapan menambah makrifat kepada Allah ; 6) Harapan membrikan kesempatan untuk menunggu dan menambakan karunia Allah Swt
Dengan demikian perlu kita renungkan agar kita dapat meningkatkan tingkatan harapan tertinggi dari satu titik ke titik lainya yang kita sebut kedalam tingkatan harapan yaitu : 1) Menuju tempat yang tinggi ini dengan sungguh-sungguh dan menjejakkan kaki di anak tangga perjuangan pertama dalam ibadah dan ketaatan ; 2) Zuhud terhadap apa yang ada pada manuia tetapi tamak dan mengharapkan apa yang ada disisi Allah ; 3) Merasa nikmat dalam beribadah dan melaksanakan ketaatan, seraya melatih hati untuk mengerjakan amalan aleh dengan rasa cinta dan penuh dedikasi ; 4) Bersegera melakukan ketaatan dengan semangat dan sunguh-sungguh sehingga hati dan anggota tubuh menjadi terbiasa beramal saleh tanpa terlambat atau malas.
3. BERTAWAKAL KEPADA ALLAH
Tawakal merupakan salah satu amalan hati yang agung. Ia merupakan sifat yanh melekat dalam diri hamba yang beriman. Renungkanlah apa yang tertuang dalam QS. 64 : 13“(Dia-lah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mu’min bertawakal kepada Allah saja“
Penyertaan perintah Allah untuk bertawakal dan penjelasan bahwa Rasulullah Saw. Berada diatas kebenaran yang nyta menunjukkan bahwa berucap, beramal, berkeyakinan dan berniat dengan benar ; 2) Hendaknya dia bertawakal mempercayai Allah.
Renungkan apa yang terungkap dalam QS. 14 : 12“Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu beserah diri“
Sejalan dengan apa yang kita utarakan diatas, maka sifat tawakal dikaitkan oleh Allah Swt dengan berbagai hal, diantaranya mencakup hal-hal yang terungkap dalam : 1) Maqam ibadah ; 2) Maqam dakwah ; 3) Maqam berhukum
Oleh karena itu, terdapat tingkatan dan maqam tawakal apa yang disebut dengan 1) Mengetahui Allah Swt., kekuasaan-Nya dan semua asma dan sifatnya ; 2) Memperhatikan ebab dan musabab ; 3) Hati kokoh dalam maqam tauhid ; 4) Hati bersandar kepada Allah Swt. dalam segala urusan dan merasa tenang dengan_Nya ; 5) Berprasangka baik kepada Allah Swt, merupakan tingkatan penghambaan tertinggi ; 6) Mengandung makna artinya aku bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah Swt.
Dengan memperhatikan hal-hal yang diungkapkan diatas, maka dalam pikiran menumbuhkan atas pemahaman yang mendalam mengenai faedah tawakal yaitu 1) Rida merupakan faedah tawakal terbesar ; 2) Menghadirkan kecintaan Allah Swt ; 3) Tambah mempercayai Allah Swt. berarti hamba akan semakin yakin bahwa segala yang ada disisi Allah itu baik dan abadi ; 4) Hilang ketrgantungan kepada manusia dan sangat merindukan sesuatu yang ada di isi Allah Swt. ; 5) Tawakal merupakan sebab paling dominan dalam mendatangkan manfaat dan mencegah bahaya ; 6) Memberikan kekuatan, keberanian, keteguhan dan ketegaran di hati dalam menghadapi musuh ; 7) Terpelihara diri dari setan dan biisikannya ; 8) Tawakal merupakan sebab utama memasuki surga dan mendapatkan keridaan Allah Swt. ; 9) Tawakal mengejawantahkan makna berprasangka baik kepada Allah Swt.
4. PENUTUP
Berbaik sangka kepada Allah juga termasuk berbuat baik itu sendiri. Oleh karena itu seorang hamba bisa melakukan perbuatan dengan baik karena adanya prangka baik terhadap Tuhannya yang akan membalas amal perbuatannya. Hendaknya orang yang berprasangka baik kepada Allah juga berprasangka baik kepada saudaranya seiman.
Prasangka baik merupakan sifat terpuji yang harus menghiasi setiap orang yang mengimani Allah sebagai Tuhan, islam sebagai agama dan Muhammad saw, ebagai nabi dan rasul.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka Tawakal kepada Allah Swt., menggabungkan ilmu dan amalan hati. Hedaknya seorang hamba meyakini bahwa Allah Swt adalah penentu dan pengurus segala sesuatu.