PENDAHULUAN
Perjalan hidup manusia, sangat ditentukan oleh pembentuan kebiasaan-kebiasaan yang dijalankannya dari masa anak- anak, ke masa muda, ke masa dewasa, ke masa tua dan akhirnya ia akan melewati masa ketuannya. Dalam masa-masa perjalan hidup tersebut, manusia berusaha untuk mewujudkan visi hidup mereka misalkan mereka hidup untuk menuju perjalanan hidup yang abadi. Untuk itu ia meletakkan landasan agar potensi yang ada pada diinnya harus dapat dikelola dengan baik.yang mencakup baik potensi positip maupun potensi negatip yang ada pada diri manusia.
Sarana untuk mengelola potensi positip dan negatip pada diri manusia, ia berusaha dari masa muda menggariskan arah persfektif hidupnya kedalam komponen apa yang disebut dengan “berpikir, bekerja, belajar dan berdoa.”
Keempat komponen tersebut yang akan menuntun dalam bersikap dan berperilaku. Wujud sikap dan perilaku sangat bergantung kepada tingkat kedewaan manusia yang dapat tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan potensi manusia. Bila tingkat kedewasaannya sejalan dengan kepercayaan dan keyakinan yang dianutnya, maka potensi postip akan selalu dapat menuntun hal-hal yang ditimbulkan oleh yang negatip.
Bertolak dari pemikiran diatas, bagaimana manusia dapat mengelola seluruh aktivitas hidup setelah masa muda sampai dengan ke masa ketuaan, dalam usaha menuju perjalanan hidup yang abadi, terletak dari dari kebiasaan-kebiasaan yang produktip untuk memperkuat daya kemauan berdasarkan arah persfektip visi hidupnya untuk terus diaktualisasikan kedalam „berpikir, bekerja, belajar dan berdoa“
Untuk dapat melaksanakannya kedalam kebiasaan yang produktip serta menjadi penuntun dalam sikap dan perilaku sehingga membentuk keperibadian dengan jati diri sendiri, maka secara berkelanjutan manusia harus meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosi dan intelektual. Dengan kedewasaan tersebut manusia akan mampu menghadapi kerusakan sikap dan perilaku dalam memahami azab Tuhan karena di tangan yang rusak dalam abad jahiliyah modern. Oleh karena itu, pemimpin masa depan harus mampu berperan kedalam sikap dan perilaku yang memiliki keperibadian sebagai manusia Indonesia yang utuh.artinya akan selalu berpegang ke jalan Ilahi. .
Sikap dan perilaku membentuk kepribadian, yang menjadi masalah kita apakah keperibadian manusia Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam sudah sejalan dengan tuntunan Ilahi. Kenyataan telah menunjukkan dituntun dengan pola pikir yang menjurus tidak memiliki jati diri sendiri karena pola hidup sangat dipengaruhi oleh feodalisme, liberalisme dan kapitalisme dalam abad jahiliyah modern.
Jadi sikap dan perilaku sebagai wujud „tingkah laku manusia Indonesia“ yang sangat mengagungkan kehidupan dunia semata dan oleh karena itu tidak heran manusia Indonesia menjadi materialisme yang ditunjukkan oleh pemimpin masa kini. Jadi sikap dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh kekuatan pikiran yang digerakkan oleh kesadaran inderawi.
Dengan demikian tingkah laku indonesia tumbuh dan berkembang dengan jiwa „munafik, segan dan enggan bertanggung jawab, feodal, percaya takhyul, watak yang lemah, tidak hemat dan tidak mau bekerja keras dan sebagainya“ Ciri-ciri tersebut yang terus dikumandangkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan untuk mempertahankan hidup hari ini adalah kepentingan dunia semata, maka itu tidak heran berkembang apa yang disebut dengan „mistik“.
Sikap dan perilaku manusia Indonesia tersebut beranggapan bahwa dengan pikiran itu mereka akan mampu membendung sifat serakahnya, bukti bagaimana kehancuran dibawah masa orde baru, tidak ada satupun yang mampu mempengaruhi pola kesesatan pikiran manusia Indonesia dan terus berlanjut kedalam orde reformasi, tidak ada keinginan untuk berubah ke jalan yang lurus karena sangat mengagungkan pentingnya menumbuh kembangkan „kesadaran inderawi“ agar mereka bisa hidup terus hidup dalam zaman jahiliyah modern untuk tetap memegang kekuasaan dari penderitaan manusia lainnya. Dan begitu seringkan diperlihatkan azab Tuhan di hadapan mereka, apa yang terjadi bagi pemimpin masa kini, peristiwa itu biasa saja ditanggapinya, tidak sama sekali tersentuh untuk menggugan dengan kedalam berpikir. (more…)