Feeds:
Posts
Comments

Archive for October, 2008

PENDAHULUAN

Perjalan hidup manusia, sangat ditentukan oleh pembentuan kebiasaan-kebiasaan yang dijalankannya dari masa anak- anak, ke masa muda, ke masa dewasa, ke masa tua dan akhirnya ia akan melewati masa ketuannya. Dalam masa-masa perjalan hidup tersebut, manusia berusaha untuk mewujudkan visi hidup mereka misalkan mereka hidup untuk menuju perjalanan hidup yang abadi. Untuk itu ia meletakkan landasan agar potensi yang ada pada diinnya harus dapat dikelola dengan baik.yang mencakup baik potensi positip maupun potensi negatip yang ada pada diri manusia.

Sarana untuk mengelola potensi positip dan negatip pada diri manusia, ia berusaha dari masa muda menggariskan arah persfektif hidupnya kedalam komponen apa yang disebut dengan “berpikir, bekerja, belajar dan berdoa.”

Keempat komponen tersebut yang akan menuntun dalam bersikap dan berperilaku. Wujud sikap dan perilaku sangat bergantung kepada tingkat kedewaan manusia yang dapat tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan potensi manusia. Bila tingkat kedewasaannya sejalan dengan kepercayaan dan keyakinan yang dianutnya, maka potensi postip akan selalu dapat menuntun hal-hal yang ditimbulkan oleh yang negatip.

Bertolak dari pemikiran diatas, bagaimana manusia dapat mengelola seluruh aktivitas hidup setelah masa muda sampai dengan ke masa ketuaan, dalam usaha menuju perjalanan hidup yang abadi, terletak dari dari kebiasaan-kebiasaan yang produktip untuk memperkuat daya kemauan berdasarkan arah persfektip visi hidupnya untuk terus diaktualisasikan kedalam „berpikir, bekerja, belajar dan berdoa“

Untuk dapat melaksanakannya kedalam kebiasaan yang produktip serta menjadi penuntun dalam sikap dan perilaku sehingga membentuk keperibadian dengan jati diri sendiri, maka secara berkelanjutan manusia harus meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosi dan intelektual. Dengan kedewasaan tersebut manusia akan mampu menghadapi kerusakan sikap dan perilaku dalam memahami azab Tuhan karena di tangan yang rusak dalam abad jahiliyah modern. Oleh karena itu, pemimpin masa depan harus mampu berperan kedalam sikap dan perilaku yang memiliki keperibadian sebagai manusia Indonesia yang utuh.artinya akan selalu berpegang ke jalan Ilahi. .

Sikap dan perilaku membentuk kepribadian, yang menjadi masalah kita apakah keperibadian manusia Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam sudah sejalan dengan tuntunan Ilahi. Kenyataan telah menunjukkan dituntun dengan pola pikir yang menjurus tidak memiliki jati diri sendiri karena pola hidup sangat dipengaruhi oleh feodalisme, liberalisme dan kapitalisme dalam abad jahiliyah modern.

Jadi sikap dan perilaku sebagai wujud „tingkah laku manusia Indonesia“ yang sangat mengagungkan kehidupan dunia semata dan oleh karena itu tidak heran manusia Indonesia menjadi materialisme yang ditunjukkan oleh pemimpin masa kini. Jadi sikap dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh kekuatan pikiran yang digerakkan oleh kesadaran inderawi.

Dengan demikian tingkah laku indonesia tumbuh dan berkembang dengan jiwa „munafik, segan dan enggan bertanggung jawab, feodal, percaya takhyul, watak yang lemah, tidak hemat dan tidak mau bekerja keras dan sebagainya“ Ciri-ciri tersebut yang terus dikumandangkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan untuk mempertahankan hidup hari ini adalah kepentingan dunia semata, maka itu tidak heran berkembang apa yang disebut dengan „mistik“.

Sikap dan perilaku manusia Indonesia tersebut beranggapan bahwa dengan pikiran itu mereka akan mampu membendung sifat serakahnya, bukti bagaimana kehancuran dibawah masa orde baru, tidak ada satupun yang mampu mempengaruhi pola kesesatan pikiran manusia Indonesia dan terus berlanjut kedalam orde reformasi, tidak ada keinginan untuk berubah ke jalan yang lurus karena sangat mengagungkan pentingnya menumbuh kembangkan „kesadaran inderawi“ agar mereka bisa hidup terus hidup dalam zaman jahiliyah modern untuk tetap memegang kekuasaan dari penderitaan manusia lainnya. Dan begitu seringkan diperlihatkan azab Tuhan di hadapan mereka, apa yang terjadi bagi pemimpin masa kini, peristiwa itu biasa saja ditanggapinya, tidak sama sekali tersentuh untuk menggugan dengan kedalam berpikir. (more…)

Read Full Post »

PENDAHULUAN

Hiruk pikuk pemimpin partai dan indipenden menjelang Pemilu 2009, disana sini orang sibuk memikirkan bagaimana merebut pemimpin nasional. Yang terpikirkan oleh mereka hanya bagaimana merebut kekuasaan, tapi terbayangkah dalam pikiran mereka bahwa dalam perjalanan hidup mereka seberapa jauh ia telah menanam kebiasaan yang produktif untuk memahami mengenai manusia (siapa, darimana dan kemana). Pernahkah mereka yang mengaku beragama Islam berkeinginan menjadi pemimpin nasional dalam merebut kekuasaan dengan niat ingin mengadakan perubahan pola pikir secara radikal untuk melaksanakan perubahan yang sangat mendasar dalam hidupnya.

Adakah pintu hatinya terbuka untuk memahmi azab Tuhan yang telah diperlihatkan di mata bangsa Indonesia sebagai suatu Negara yang telah di anugerahi sumber kekayaan alam dengan penduduk islam yang mayoritas. Bayangkan kekuatan pikiran dari para pelaku Negara Indonesia tidak pernah berubah, bahkan mereka hanyut dalam dunia yang hina ini akibat hasil pemikiran mereka. Coba bayangkan sejak tahun 1970 sampai saat ini azab yang telah berulang kali menunjukkan kerusakan pola pikir mereka yang sangat mengagungkan hidup semata untuk dunia, membawa dampak daur hidub Negara dan berbangsa berada di jurang penyakit yang sangat kronis dan komplek adanya.

Peran pelaku Negara telah mempengaruhi pola pikir yang mengungkapkan agama adalah perasaan pribadi orang- seorang, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata karena agama merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dengan pola pemikiran tersebut telah mendorong kerusakan keyakinan dan kepercayaan dari tuntunan Ilahi. Perhatikan azab yang ditunjukkan dengan krisis keuangan dunia bagi kehidupan berbangsa dan Negara Indonesia yang dijamah oleh tangan-tangan manusia yang rusak, karena peran pelaku Negara mendorong untuk menyeleweng di bidang akidah (kepercayaan). Jika pengarahan itu sejak awal menuju ke jalan yang rusak, maka pasti rusaklah segala-galanya dan mereka lari dari tanggung jawabnya.

Masih adakah pemimpin masa depan untuk memikirkan umat manusia dibawah bayang-bayang azab Tuhan untuk berkorban dan selalu siap untuk menjalankan jalan lurus sesuai dengan tuntunan Ilahi dalam mendapatkan hidayah Allah.
Bila niat itu terus dikomunikasikan dengan membina rohani dan menempa jiwa, maka disitu akan terbuka mata hati dalam mengobarkan kembali jiwa yang bersemangat agar kita lepas dari pikiran jahiliyah modern, maka terbukalah bahwa hidayah milik Allah yang sangat berharga itu yang tidak dapat dinilai dengan materi apapun di dunia ini.

Oleh karena itu, bila pemimpin Indonesia masa depan selalu ada keinginan mau belajar dari alam dan zaman, maka ia akan berusaha meningkatkan kebiasaan yang produktif (ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai pengalaman, keinginan sebagai niat) untuk membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan, maka hidayah Allah akan diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Jadi perubahan pola pikir sangat mendasar untuk melaksanakan perubahan dengan ikhlas dalam memahmi secara mendalam mengapa azab Tuhan yang diberikan secara beruntun, masih saja pemimpin masa depan tidak mampu meretas jalan dalam menemukan tentang diri sendiri melalui kemampuan untuk menumbuh kembangkan makna manfaat dari hikmah berpikir untuk masa kini dan masa depan.

Mampukah pemimpin masa depan yang juga mengaku sebagai manusia yang memiliki keyakinan dan kepercayaan atas kebesaran Allah Swt untuk merubah kebiasaan dengan pola pikir yang sudah dijajah oleh materialisme dengan mengagungkan kebesaran feodalisme dan kapitalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia dengan merubah kesadaran inderawi menuju ke sadaran rasional dan rohaniah untuk meletakkan landasan yang kuat untuk bangsa ini agar dapat berubah menuju ke jalan yang lurus. Untuk itu diperlukan kesiapan diri melakukan perubahan pola pikir secara radikal agar perubahan itu dapat dituntun dengan kebiasaan yang produktif.

Sejalan dengan ungkapan pikiran diatas, maka dibutuhkan kesedian secara ikhlas agar terdorong keinginan yang kuat dalam mengembangkan kemampuan berpikir secara mendalam. Cobalah renungkan surat dan ayat yang tercantum dalam QS. 38 : 29 “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.

Dari surat diatas, dengan kekuatan pikiran mendorong manusia agar dapat mendalami makna alam dan zaman, maka bila Allah menghendakinya hidayah datang padamu sejalan denan usaha dan doamu kepadaNya. Untuk itu jangan lupa kamu merenungkan lebih lanjut surat dan ayat yang tercantum dalam :

QS. 7 : 205 “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

QS. 19 : 39” Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.

Dengan mengingat-ingat apa yang terungkap dalam surat dan ayat diatas, maka manusia memanfaatkan kekuatan berpikir baik secara sadar (otak dan hati) maupun tidak sadar yang disebut dengan intuisi artinya menghayati (hati) untuk menuntun manusia menjadikan takut kepada Allah. Oelh karena itu janganlah kamu melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Sejalan dengan pikiran tersebut renungkan apa yang tercantum dalam surat dan ayat dibawah ini :

QS. 23 : 84-90” (84” Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” (85” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” (86” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?” (87” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” (88” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?” (89” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (90“ Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.

Dengan merenungi surat dan ayat diatas, janganlah manusia Indonesia, khususnya pemimpin masa depan termasuk golongan yang tidak mau memanfaatkan kekuatan pikiran untuk mendalami lebih dalam mengenai alam dan zaman untuk dapat berusaha melakukan peruban pola pikir ummat secara berencana. (more…)

Read Full Post »

PENDAHULUAN

Pandangan “kejahiliyahan” yang beranggapan bahwa teori materialime historis dimana dengan pembangunan ekonomi yang mencetak manusia apabila ekonomi menjadi baik, inilah suatu kesalahan pola pikir “manusia jahiliyah” yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan karena kebodohannya juga ia tidak mengetahui bahwa yang rusak itu sesungguhnya adalah manusia-manuianya dan oleh karena itu manusianya yang perlu diperbaiki. Manusia tidak akan menjadi baik kecuali ia menempuh kehidupan lurus berdasarkan tuntunan ilahi, barulah ia mengenal hakikat dirinya yang berkaitan dengan “manusia siapa, darimana dan kemana”?.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka tidak heran paham feodalisme dan kapitalisme mendorong untuk tidak mengenai isi kejiwaan, keterpaduannya dengan kehidupan dan alam, serta tidak mengenal saling hubungannya dengan sesama manusia. Walaupun pentingnya peranan ekonomi, tapi ia tidak lebih sebagian saja dari kehidupan manusia tetapi seluruh kehidupannya dan ekonomi bukan unsur satu-satunya yang dapat mempengaruhi kehidupan. Jadi tidak heran mereka mengumandangkan apa yang disebut “hukum keharusan sejarah” dan “hukum keharusan ekonomi”

Tidak disadari bahwa “pasar modal di Indonesia merupakan aktualisasi jahiliyah abad modern”, itulah kapitalisme yang berkuasa. Atas nama kemajuan dan perdagangan bebas, ia mulai mengangkangi Negara. Dengan dalih pertumbuhan ekonomi, ia mulai menyiasati demokrasi, lalu muncullah makhluk lama dengan baju baru yang kita sebut dengan „neoliberalisme“ yang sekarang dikenal sebagai sarana mengusung satu proyeka besar dunia yang kita sebut „globalisasi“

Sejalan dengan pikiran diatas, maka kebijakan dan lembaga internasional seperti World Bank, IMF dan WTO, praktis mengalami perubahan untuk mendukung paham globalisasi, sehingga negara maju dan sejumlah korporasina untuk memberi tekanan pada negara miskin agar mematuhi doktrin khas neoliberal, yang disebut dengan „liberalisasi, privatisasi, deregulasi“

Dengan membangun „pasar modal di Indonesia“ dimaksudkan 1) mempercpat proses perluasan pengikusertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan, 2) pemerataan pendapatan masyarakat, 3) menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
Pemikiran tersebut dibayangkan sejalan dengan materi yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Pelaksanaannya dikeluarkan PP. No. 25 Tahun 1976 tentang Penyertaan modal Negara R.I. untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) „Danareksa“ sebagai bagian kebijakan dalam merekonstruksi sistem bernegara, berbangsa dan bermasyarakat menuju masa depan Indonesia yang lebih baik.

Apa yang terjadi, lahirlah manusia Indonesia yang memiliki jiwa dengan topeng kepalsuan, dimana telah melahirkan pemikiran yang telah tumbuh dan berkembang sebagai manusia dengan sikap dan perilaku yang menerabas yang menunjukkan tanda-tanda kejahiliyahan modern dimana manusia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Pertama, manusia dengan kejahiliyahan berarti tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah, itulah yang ditunjukkan kejahiliyahan timbul dari tidak adanya keyakinan mutlak bahwa Allah adalah Dzat Tunggal yang berhak menentukan hukum.

Kedua, manusia dengan kejahiliyan berarti ia menuruti hawa nafsu berarti tidak berusaha melaksanakan hukum apa yang telah diturunkan oleh Allah.

Ketiga, manusia dengan kejahiliyan mendorong agar manusia tidak beribadah dan taat kepada Allah serta menolak hukum syariatnya, mereka hanya percaya kepada hukum berdasarkan hawa nafsunya.

Keempat, manusia dengan kejahiliyan tidak sejalan dengan fitrah manusia sendiri karena tumbuh dari sikap yang menjauhkan diri dari agama Allah sehingga mengarah pada nafsu syahwat.

Dengan keempat kepribadian tersebut, kita dapat membayangkan apa yang terjadi di „Bursa Efek Indonesia“ sebagai sarana yang menumbuh kembangkan kebiasaan kejahiliyahan modern yang akan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dan itulah yang dikehendaki Amerika Serikat dengan pengikutnya, agar Negara Indonesia tidak boleh bangkit dengan jumlah penduduk ummat Islam yang moyoritas.

Oleh karena itu, tidak heran disana sini tumbuh para pelaku yang mendukung sarana jahiliyah modern untuk menghancurkan bangsa ini dan itu pula yang tidak disadari oleh pemimpin bangsa Indonesia karena mereka tidak bisa berubah dari tingkat kesaradaran inderawinya.

Mampukah bangsa Indonesia keluar dari jahiliyah modern, sangat bergantung kepada keinginan meretas jalan menjadi bangsa yang mampu menemukan jati diri sendiri, oleh karena itu manusia Indonesia harus mmiliki kepercayaan dan keyakinan atas jalan lurus yang harus ditempuhnya. (more…)

Read Full Post »