Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘ENTREPRENEUR 60’ Category

MEMBANGUN KERANGKA PIKIR DALAM MENINGKATKAN KEDEWASAAN  ENTREPRENEUR

DALAM KEBIASAAN YANG PROUKTIF

PENDAHULUAN

Memikirkan sesuatu kebiasaan yang baik, bukanlah sesuatu yang mudah tapi sebaliknya kebiasaan yang buruk tidak perlu dipikirkan dimana kebiasaan pikirannya yang digerakkan oleh kekuatan pikiran yang negatif dengan secara otomatis bergerak dengan sendirinya.

Banyak orang tidak berhasil dalam hidup ini yang sejalan dengan kebiasaan yang prodktif, bukan disebabkan karena mereka kurang kemampuan dalam menggerakkan kekuatan pikiran akan tetapi kurangnya “daya kemauan” untuk secara berkelanjutan menggerakkkan kekuatan pikiran positip untuk membangun kebiasaan yang produktif seperti apa yang dipkirkan kedalam suatu pikiran yang terang dan jelas.

Oleh karena itu, untuk memperkuat daya kemauan, ingatlah selalu kedalam pikiran anda untuk meningkatkan kemampuan memiliki ilmu dari informasi, pengetahuan dari pengalaman menjadi keterampilan dan keinginan yang selalu ditopang oleh niyat. Jadi ketinga tonggak berupa ilmu, pengetahuan dan keinginan haruslah menjadi “kebiasaan pikiran”, maka disitu akan terletak menemukan cara-cara untuk menjaga hati nurani anda tetap jernih, mengendalikan pemikiran anda, mampu membuat pilihan bijaksana, agar secara berlangsung kekuatan-kekuatan untk melepaskan diri dari belenggu dari jiwa dengan topeng kepalsuan.

Dengan membangun “kebiasaan pikiran” berarti ilmu, pengetahuan dan keinginan merupakan imannya segala amal, sehingga menjadi kewajiban orang tua mendorong anaknya dimulai sejak dalam buaian ibu hingga akhir hayat untuk membangun kebiasaan pikiran, dengan begitu akan terbangun jiwa tanpa topeng kepalsuan dalam perjalanan hidup anda.

Apa yang kita pikirkan diatas, mengenai membangun “kebiasaan pikiran” untuk mendorong kekuatan untuk memperkuat daya kemauan yang didorong oleh kekuatan komitmen yang datang dari diri sendiri, bukan sekedar ikut-ikutan tanpa anda mampu menelola alat pikiran anda.

Jadi meretas jalan menjadi diri sendiri haruslah dituangkan dari penguasaan “kebiasaan pikiran” anda sendiri. Pikirkanlah ungkapan seperti “Jangan tunggu besinya panas baru ditempa, jadikanlah besi itu panas dengan menempanya”, oleh karena itu dengan kebiasaan pikiran anda, maka yang bisa memanfaatkan ke salahan itu asalkan tujuannya benar dan baik.

Sejalan dengan kekuatan “kebiasaan pikiran” diatas, maka anda merasakan tidaklah cukup baik kecuali anda mengetahui di mana yang terbaik itu dan yakin bahwa anda telah menyentuhnya dan merasa kuasanya di dalam diri anda. Oleh karena itu, sebagai inspirasi, apa yang dituangkan disini mungkin dapat anda gunakan sebagai rencana, peta jalan dan keberanian untuk maju terus menuju tujuan anda.

KERANGKA PIKIR DALAM MEMBANGUN KEBIASAAN

Membangun kebiasaan pikiran yang sehat, memang tidak gampang, maka cobalah anda bayangkan ungkapan seperti “kesalahan orang lain terletak di mata anda, kesalahan sendiri terletak di punggung anda, oleh karena itu bila anda ingin menumbuh-kembangkan kebiasaan yang produktif, maka dalam membangun kebiasaan yang kuat dalam diri anda, diperlukan suatu kerangka pikir untuk menuntun sikap dan perilaku anda dalam menyesuaikan diri yang sejalan dengan tuntutan perubahan yang diniyatkan sebagai berikut :

Pertama, rumuskan secara jelas rencana kedalam pemikiran jangka panjang yang memberikan arah persfektif dalam membangun “kebiasaan pikiran yang sehat” dengan membuat rencana yang bertolak dari kekuatan intuisisi

yang mencakup visi, misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan ; Selanjutnya rencana tersebut dituangkan kedalam rencana jangka menengah yang menggambarkan keberhasilan dalam kebiasaan pikiran masa kini. Jadi rencana tersebut akan menuntun langkah-langkah tindakan anda dalam membangun „kebiasaan yang produktif“. Untuk itu anda harus memiliki komitmen yang kuat dalam merealisasikannya.

Kedua, rumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya.

Ketiga, renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Keempat, rumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini.

Kelima, rumuskan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Keenam, dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

KEKUATAN KEDEWASAAN YANG SALING TERKAIT

Bertitik tolak dari kerangka pikiran yang diungkakan diatas, maka kebiasaan kedewasaan  memiliki saling terkaitan antara satu dengan yang lain sehingga dengan kedewasaan itu mampu menuntun perjalanan hidup yang abadi, itu berarti anda mampu menyingkapi makna keberadaan anda sebagai manusia yang berusaha untuk meningkatkan kebiasaan pikiran dalam menemukan jati diri yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, meningkatkan kedewasaan berpikir merupakan kunci untuk membangun kebiasaan yang produktif yang bertolak dari usaha-usaha untuk meningkatkan daya kemauan untuk meningkat perubahan tingkat kesadaran. Sejalan dengan itu, maka diperlukan landasan untuk memperkuat kekuatan pikiran dengan memahami makna kekuatan kedewasaan rohaniah, sosial, emoional dan intelektual yang memiliki unsur yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga dalam berbuat perlu perhitungan yang matang dari aspek rohaniah, sosial, emosional dan intelektual karena apabila salah berbuat sesuatu, akibatnya sering merugikan diri sendiri. Jadi ubahlah cara berpikir anda, maka dunia anda akan berubah sejalan dengan usaha anda untuk merubah kebiasaan dari tingkat kesadaran anda.

Aspek Unsur Kedewasaan Rohaniah :

Merupakan landasan utama untuk menegakkan kekuatan pikiran sebagai sumber kekuatan kedewasaan lainnya. Dengan bertolak dari keyakinan dan kepecayaan memberikan daya dorong dalam hubungan dengan Allah Swt yang kita sebut dengan „HAKIKAT“

Hakikat ialah apa jua amalan batin yang diperintahkan oleh Allah Swt, sehingga amalan batin (hakikat) baik akhlak dengan manusia maupun akhlak dengan tuhan tidaklah mudah, ditambah lagi bila amalan syariat (lahir hab-lumminallah dan hablumminannas) haruslah dijalankan serentak dan seiring. Kita menyadari bahwa tidak mudah melaksanakannya seperti yang difirmankan Allah S.W.T dalam QS : 2 : 45-46:

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (45) dan “ (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (46)“.

Bentuk bentuk hubungan dengan Allah seperti Usaha untuk mengenal Allah ; Merasa senantiasa diawasi oleh Allah; Merasa kebesaran Allah; Mensyukuri nikmat-nikmat peberian Allah; Tawakal kepada Allah dan sebagainya. Sedangkan bentukbentuk akhlak kepada manusia seperti mengasihinya sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri, pemurah padanya, bertolak ansur dengannya, baik sangka terhadap orang islam, tawadhuk dengan manusia, memaaafkan kesalahannya dan sanggup meminta maaf atas kesalahan padanya dan sebagainya.

Jadi Yang harus difahami terlebih dahulu, bukannya rasa berat untuk mengamalkannya seperti yang terungkap dalam surat Al Baqarah diatas, melainkan kemampuan kita haruslah didasarkan kepada tahapan kita menjalankan ibadah secara khusuk, oleh karena itu dari ayat itupun telah menunjukkan kepada kita dimulai dengan memberatkan amalan batin (hakikat) untuk kita laksanakan. Dengan penebalan atas pemahaman itu diharapkan kita dapat memanfaatkan otak dalam fungsi memori, emosi dan naluri kearah jalan yang diridhoi oleh Allah S.W.T.

Aspek Unsur Kedewasaan Sosial, Emosional dan Intelektual :

Tekanan dalam kedewasaan ini adalah menyangkut hal-hal yang terkait dengan amalan „SYARIAT“ ialah apa saja amalan-amalan lahir yang diperintahkan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan, mana hal-hal yang bersifat wajib atau sunat, yang termasuk kedalam hablumminallah dan hablumminannas.

Unsur kedewasaan akan meningkat sejalan dengan kemampuan untuk apa-apa yang harus dijalankan kedalam hablmminallah yaitu seluruh kegiatan syariat yang menyangkut amlan-amlan yang termasuk persoalan ibadah, sedangkan yang terkait dalam hablumminannas yang menyangkut amalan-amalan lahir kita yang termasuk dalam bidang-bidang kerja-kerja yang ada kait mengkait dengan masyarakat. Jadi kekuatan dalam kedewasaan ini haruslah sejalan dengan kemampuan manusia untuk menjalankan keseimbangan dalam amalan lahir dan batin yang akan mampu menuntun manusia kedalam kebiasaan-kebiasan yang produktif.

PENUTUP

Dengan merumuskan kerangka berpikir yang telah kita ungkapkan diatas, maka usaha-usaha untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan inteletual akan lebih terfokuskan kedalam kebiasaan untuk menungkit kekuatan pikiran yang bersifat positip.

Kebiasaan yang produktif haruslah didukung oleh kekuatan pikiran yan positip, dengan demikian maka tingkat kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual akan membentuk sifat kepribadian positip, dengan dmikian kita sadar bahwa ada dua hal yang menyebabkan orang segan melakukan perbuatan yang tercela yakni karena agama dan rasa harga diri, yang dibimbing oleh kekuatan amalan syariat dan hakikat yang dipahaminya.

Oleh karena itu dengan kepribadian positip akan membentuk kekuatan pikiran kedalam hal-hal yang terkait dengan :

1) beriman kepada Allah swt ;

2) memiliki nilai diri yan tinggi ;

3) berpandangan jernih ;

4) optimis dan antisipatif ;

5) fokus solusi ketika menghadapi persoalan ;

6) mampu menarik manfaat dari kesulitan ;

7) mampu menghadapi kesulitan dan tantangan mengganggu stabilitas setiap sendi  hidupnya ;

8) siap melakukan perubahan yang bersifat membangun ;

9) hidup dengan harapan, perjuangan dan kesabaran ;

10) kemampuan bergaul dan membantu sesama manusia.


Read Full Post »