Feeds:
Posts
Comments

Archive for May, 2010

OPERASI BERBASIS PRODUKTIVITAS DALAM PENGELOLAAN O.B.P.

PENDAHULUAN

Manajemen operasi / produksi secara konseptual membicarakan hal-hal yang terkait dengan produk, sarana dan prasarana, proses, program dan manusia. Oleh karena itu perilaku fungsi transformasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mengelola operasi / produksi.

Keberhasilan dan kesinambungan operasi akan mencakup hal-hal yang terkait dengan kualitas, keterandalan, penyerahan, biaya dan arus kas organisasi, sehingga diperlukan keserasian dalam merumuskan kebijakan operasi dengan kebijakan organisasi secara menyeluruh dengan mempertimbangkan fungsi transformasi secara jelas.

Dalam kerangka merumuskan fungsi transformasi kedalam manajemen operasi / produksi dapat kita lihat dari :

1) Pabrik, menunjukkan peluang dimana dengan bantuan komputer kita dapat merumuskan hal-hal yang terkait dengan daya guna secara berarti ;

2) Proses menunjukkan kekuatan dimana setiap proses dapat dirumuskan yang terkait dengan tujuannya ;

3) Program, menunjukkan kelemahan dimana bahwa setiap metode pengawasan dan pengendalian tidak begitu mudah dikomputerisasikan ; 4) Manusia, menunjukkan hambat-an dimana dapat menimbulkan penolakan untuk setiap perubahan bila harus dilakukan.

Jadi segala sesuatu dapat kita susun kedalam daftar yang kita sebut dengan mengaudit fungsi MPO (manajemen produksi / operasi), sehingga dapat dirumuskan segala pemikiran yang terkait dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kebiasaan pikiran baru dalam mengelola perubahan kedalam O.B.P.

Bertitik tolak  pemikiran diatas, maka operasi berbasiskan produktivitas dengan pendekatan sistem dapat digambarkan dan dijelaskan :

Produktivitas

Teknologi

Operasi

Sumber daya manusia

Produktivitas, adalah sistem penerapan produktivitas yang merumuskan hal-hal yang terkait dengan  suatu kebijakan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen baik yang terwujud maupun tidak dari pemanfaatan sistem teknologi kedalam operasi / produksi berdasarkan alokasi sumber daya sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan produktivitas.

Teknologi, adalah sistem penerapan strategi teknologi  yang merumuskan hal-hal terkait dengan pemanfaatan dari pengetahuan- pengetahuan yang teratur untuk tugas-tugas yang praktis. Sejalan dengan itu, maka menimbulkan konskwensi yang kita kenal dengan :

1) Jangka waktu antara awal dan akhir pelaksanaan tugas ;

2) Peningkatan kebutuhan investasi untuk produksi dan proses ;

3) Tingkat kerumitanteknologi yang diterapkan ;

4) Penetrapan tekno-logi menuntut tersedianya tenaga spesialis ;

5) Mengorganisir tenaga spesialistis kedalam organisasi ;

6) Diperlukan adanya perencanaan untuk melaksanakan sejalan dengan pilihan teknologi.

Operasi, adalah sistem penerapan strategi operasi yang merumus-kan  yang terkait dengan :

1) Perfekstif yang  mengarahkan hal-hal perencanaan, pengawasan dan pengendalian, anggaran, sistem pengkodean ;

2) Produk yang mengarahkan hal-hal kualitas, keterandalan, perancangan produk, pengendalian nilai dan variasi ;

3) Pabrik,  adalah sistem yang mengarahkan hal-hal lokasi dan desain pabrik, tataletak pabrik, pemilihan peralatan, pemeliharaan pabrik ;

4) Proses adalah sistem penerapan yang mengarahkan hal-hal tugas, kelompok, arus (dalam jenis produksi), teknologi kelompok, telaah metode, pengukuran kerja, pengawasan dan pengendalian mutu ; 5)Program yang mengarahkan hal-hal peramalan, penjadwalan, perintah kerja, pengelolaan bahan, pengadaan bahan.

Sumber Daya Manusia, adalah sistem penerapan strategi sumber daya manusia yang merumuskan hal-hal yang terkait dengan manajemen sistem informasi yang dapat menuntun ke arah kemampuan memenangkan persaingan dan memaksimumkan peluang-peluang yang terbuka melalui peningkatan kompetensi.

HUBUNGAN OPERASI DENGAN LINGKUNGAN

Pendekatan sistem dalam penerapan manajemen oprasi terletak dari pada pemahaman yang mendalam atas makna transformasi dari input menjadi autput, oleh karena itu hubungan dengan lingkungan menjadi penting untuk dikelola untuk menangkap perubahan-perubahan yang dikehendaki sehingga bila diperlukan diadakan perbaikan atas sistem yang sedang berjalan.

Mengelola sistem transformasi termasuk didalam yang terkait dalam memonitor terus menerus dari sistem dan lingkungan. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan manajemen mengubah input, output, sistem kontrol atau sistem transformasinya sendiri. Sebagai contoh, adanya perubahan kondisi ekonomi, menyebabkan  manajer operasi memperbaiki proyeksi permintaan yang berdampak bertambah orang dan kapasitas yang diperluas.

Dengan demikian operasi sistem transformasi dapat terjadi perubahan sejalan dengan tuntutan perubahan lingkungan atas pemasok, masyarakat, lingkungan eksternal, pelanggan, pesaing, pemerintah yang mendorong untuk melakukan penyesuaian kedalam sumber daya manusia, kerekayasaan, pemasaran, manajemen informasi sistem, keuangan, akuntansi.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas, maka hubungannya dalam keputusan-keputusan operasi pada dasarnya terdapat lima kunci utama yang terkait dengan tanggung jawab operasi adalah kualitas, proses, kapasitas, persediaan dan angkatan kerja.

Jadi dengan pemahaman atas fungsi operasi, strategi operasi dan disain produk, maka keputusan operasi yang terkait didalamnya untuk

Kualitas adalah hal-hal yang menyangkut :

1) mengelola kualitas,

2) kontrol dan perbaikan kualitas ;

Disain Proses adalah

3) seleksi proses,

4) Disain operasi pelayanan,

5) pemilihan teknologi,

6) analisis alur proses,

7) tata letak fasilitas ;

Perencanaan dan penjadwalan kapasitas adalah

8) proyeksi,

9) keputusan fasilitas,

10) perencanaan bersama,

11) penjadwalan operasi,

12) Perencanaan proyek ;

Manajemen persediaan adalah

13) permintaan yang bebas,

14) perencanaan kebutuhan ma-terial,

15) pabrikasi tepat waktu ;

Manajemen angkatan kerja adalah

16) mengelola angkatan kerja,

17) disain pekerjaan,

18) perbaikan dan pengukuran performansi.

PERNYATAAN EFEKTIF DALAM OPERASI

DARI SISI ADMINISTRASI

  • Memperlihatkan satu tingkat kompeten yang tinggi.
  • Secara konstan memeriksa keefektifan administrasi dan mencari prosedur-prosedur yang lebih baik.
  • Mendorong efesiensi dan kefektifan administrasi.
  • Meraih hasil administrasi yang tinggi.
  • Menghindan pembebanan manajemen dengan perincian adm.
  • Secara efektif memakai laporan pengecualian untuk terus mem-beritahukan manajemen.
  • Secara jelas membentuk peraturan2 dan kebiasaan.
  • Menghitung dan menetapkan prosedur2  mengimplemtasikan dalam kebijakan tertulis.
  • Mengembangkan kebijakan2 dan prosedur untuk perbaikan de-partemen.
  • Meningkatkan sistem dukungan administrasi.
  • Menyediakan dukungan playanan2 penting.
  • Mengembangkan strategi2 administrasi yang sukses.
  • Unggul dalam mensederhanakan sistem2 dan mereduksi tugas kantor.
  • Unggul di dalam menghapus tugas kantor yang tidak penting.
  • Secara efektif mengawasi tugas kantor.
  • Mengelola tugas kantor secara efesien dan efektif.
  • Meningkatkan efisiensi2 administrasi melalui penggunaan formu-lir yang efektif.
  • Membentuk sistem2 efektif untuk penyimpanan dukumen resmi.
  • Menyimpan dukumen2 resmi yang singkat dengan duplikat yang sedikit.
  • Menangani beban informasi dengan efektif.
  • Membentuk sistem2 yang efektif untuk pencarian keterangan.
  • Memahami dan menerapkan metoda2 dasar statistik.
  • Memakai secara efektif aplikasi statistik.
  • Memakai teknik2 pengawasan statistik yang sehat.
  • Mengawasai dengan tepat pengedaran informasi yang cocok.
  • Menghormati informasi rahasia.
  • Memelihara kerahasian yang menyeluruh.
  • Sebar luaskan teknologi2 baru di dalam otomisasi kantor.
  • Memanfaatkan teknologi yang meningkat untuk dukungan adm.
  • Menggunakan perlengkapan kantor secara efektif.

DARI SISI KUALITAS PERFORMANSI UMUM

  • Membuktikan prestasi yang gemilang secara konsisten.
  • Membangkitkan sukses yang lebih besar di dalam situasi yang sangat rumit
  • .Melampaui secara konsisten harapan2 prestasi.
  • Secara teratur performansi melampaui kebutuhan2 pekerjaan.
  • Menyediakan satu sisi kompetitip.
  • Unggul di dalam mengatasi kebingungan.
  • Merubah situasi resiko menjadi peluang2
  • .Merubah gerak hati yang kompetitip ke dalam jalur2 yang paling konstruktip.
  • Memperagakan rasa rajin, ketelitian dan ketekunan didalam me-laksanakan tugas.
  • Memiliki semua ciri khas yang ada kaitan dengan yang istimewa.
  • Unggul didalam penelitian yang hambar.
  • Mengakui dan menerima kewajiban dan aktiva personal.
  • Memperagakan kemampuan2 persepsi diri yang cermat.
  • Membangkitkan semangat.
  • Sangat banyak akal.
  • Mengenal peluang2.
  • Membuktikan kebiasaan2 bekerja yang luar biasa.
  • Memperagakan nilai kerja yang kuat.
  • Bekerja dengan rajin.
  • Memperagakan potnsi energi yang tinggi.
  • Memperagakan ketegasan bekerja keras.
  • Memperagakan keuletan yang kuat
  • .Memepragakan atensi yang gigih tentang pekerjaan.
  • Sangat tepat dan efisien.
  • Memperagakan usaha terkonsentrasi.
  • Memperagakan kehalusan budi, karekter dan obyektivitas.
  • Memperagakan keyakinan dan kepercayaan.
  • Membuktikan rasa kepercayaan.
  • Menghadapi konflik dengan keyakinan.
  • Brsaing dengan kepercayaan.
  • Sangat percaya diri.
  • Memancarkan percaya diri.
  • Membuktikan konsep2 diri yang positip.
  • Unggul di dalam disiplin diri.
  • Mendukung penuh pada bakat.
  • Mendukung kekuatan2 dasar.
  • Menerapkan keterampilan secara efektif.
  • Memekihara tingkat keterlibatan yang tinggi.
  • Mengembangkan pendekatan2 yang berorientasikan sukses.
  • Memperagakan pendekatan2 positip.
  • Merubah yang negatip menjadi positip.
  • Memperagakan perilaku positip ke arah pekerjaan dll.
  • Memperagakan animo dan kesenangan pada kerja.
  • Memelihara satu pandangan optimis di saat dihadapkan dengan kesulitan2.
  • Unggul di dalam menangani situasi keras.
  • Mengembangkan harapan2 positip.
  • Mengembangkan harapan2 realistis.
  • Menerapkan standar2 tinggi performansi pribadi.
  • Menerima dan melaksanakan tugas dengan sikap kerjasama.
  • Membagi bersama ide dan teknik.
  • Menjadi penyebab penting terhadap keberhasilan departemen.
  • Memproyeksikan onyektivitas
  • .Menghindari konflik2 pribadi  dari pengurangan produktivitas
  • .Tanggap cepat terhadap umpanbalik.

PENUTUP

Pengelolaan operasi berbasis produktivitas haruslah dijalankan dalam kebiasaan pikiran yang kuat artinya adanya kemauan untuk setiap pemain peran mampu menjalankan peningkatan produktivitas dalam semua aspek kegiatan operasi.

Produktivitas merupakan kunci meninkatkan nilai tambah sebagai akibat dari kemampuan meningkatkan efesiensi, efektivitas dan kualitas dari setiap pelaksanaan operasi dan oleh karena itu tidak dapat dilepaskan dari aspek lingkungan yang terkait dengan kapasitas, proses, persedian, tenaga kerja.

Bertolak dengan pikiran diatas, maka membangun kekuatan kebiasaan pikiran haruslah sejalan dengan kemampuan mengelola aspek sumber daya manusia, operasi dan teknologi dalam rangka pengelolaan O.B. P. agar dapat diwujudkan kualitas kinerja secara menyeluruh dan kekuatan administasi dalam arti luas.


Read Full Post »

R & D BERBASIS KEBUTUHAN PELANGGAN DALAM PENGLOLAAN O.B.P.

PENDAHULUAN

Usaha untuk menciptakan organisasi yang dapat mendukung dalam memenangkan dan memelihara pelanggan dalam dunia tanpa batas dimana  persaingan seharusnya dipandang sebagai daya dorong untuk merebut peluang-peluang dimasa depan.

CEO haruslah memainkan peran untuk menciptakan adanya dorongan-dorongan dimana kreativitas individu dan kelompok serta inovasi organisasi menjadi kunci sukses ke masa depan. Oleh karena itu fungsi penelitian dan pengembangan dalam suatu organisasi berdasarkan pengalaman masih menunjukkan kurang mendapatkan perhatian yang sesungguhnya.

Dengan demikian fungsi penelitian dan pengembangan adalah sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran yang dilahirkan adanya individu yang kreatif menjadi kreatif kelompok dan dikelola menjadi inovatip oleh organisasi yang terkait dengan penempatan produk ke pasar, perubahan teknologi baru dan proses.

Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka penelitian dan pengem-bangan berbasis pelanggan sebagai suatu pendekatan sistem dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepuasan pelanggan

Kreativitas dan inovasi

Produktivitas

Sumber daya

Kepuasan Pelanggan , adalah suatu pendekatan yang secara sistimatis dan terus meneruskan membangun dan mengembangkan secara proaktip menciptakan suatu organisasi yang sadar pelanggan dalam arti luas artinya pelanggan mencakup bukan saja pelanggan murni (sebagai pembeli / eksternal) tetapi juga pelanggan tidak murni (sebagai orang dalam dan perantara) dalam usaha untuk meme-nangkan dan memelihara pelanggan.

Kreativitas dan Inovasi, adalah suatu pendekatan dengan menciptakan suatu iklim organisasi yang mendukung setiap individu dan kelompok dapat mengembangkan wawasan dan imajinasi dalam mewujudkan gagasan-gagasan baru yang dikelola menjadi inovatip oleh organisasi dalam memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholders lainnya kedalam perencanaan program-program yang pelaksa-naannya dilakukan sesuai dengan tahapan yang telah diputuskan.

Produktivitas, adalah pendekatan untuk memenangkan dan memelihara pelanggan sebagai cara mengubah sesaat menjadi pe-langgan seumur hidup karena kemampuan untuk meningkatkan kua-litas yang ditopang oleh pemanfaatan sumber daya yang efesien dan efektif termasuk kepentingan stakeholders lainnya.

Sumber Daya, adalah pendekatan untuk memanfaatkan sumber daya internal dapat digerakkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan berkolaborasi untuk memaksimumkan sumber daya eksternal yang memungkinkan untuk mendukung pencapaian sasaran yang digariskan.

MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF

Tantangan masa depan bukan terletak menghadapi persaingan, melainkan bagaimana suatu organisasi mampu meraih peluang-peluang masa depan. Sukses meraih peluang masa depan sangat ditentukan adanya kemampuan untuk menumbuhkan kebiasaan produktivitas scara berkesinambungan yang ditopang adanya sumber daya manajemen informasi sistem yang dikelola dengan baik.

Membangun kebiasaan produktivitas adalah kegiatan yang direncanakan secara sistimatis dan dipolakan menjadi kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku bagi setiap anggota organisasi yang ditunjukkan dengan karekteristik yang mengikat kedalam organisasi sbb.:

Pertama, haruslah dipandang sebagai suatu sistem yang digerakkan oleh pimpinan puncak dan bertanggung jawab keberhasilannya, sehingga diperlukan metoda, prosedur dan alat yang dapat memotivasi bagi setiap anggota organisasi dalam bersikap dan berperilaku sebagai komitmen mereka yang datang dari diri sendiri, bukan sesuatu yang dipaksanakan tapi sudah merupakan budaya.

Kedua, haruslah dipandang sebagai suatu sistem yang digerakkan untuk memenuhi kepuasaan pelanggan dan kepentingan stakeholders lainnya sebagai daya dorong setiap anggota untuk berpikir.

Ketiga, haruslah dipandang sebagai suatu sistem yang dapat men-dukung aplikasi budaya organisasi (norma, nilai, wewenang dan ganjar) sebagai pedoman dan arahan dalam bersikap dan berperilaku bagi setiap anggota organisasi agar mampu berkonsteribusi dalam melaksanakan perubahan.

Keempat, haruslah dipandang sebagai suatu sistem yang dapat men-dukung pola pikir perubahan keterampilan dari perilaku reaktif men-jadi proaktif.

Kelima, haruslah dipandang sebagai suatu sistem yang mendukung cara pandang bahwa produktivitas adalah bagian cara hidup bagi setiap anggota organisasi.

Dengan membangun kebiasaan yang produktif dengan ditopang pemahaman kelima karekteristik yang diungkap diatas, diharapkan menjadi daya dorong untuk meningkatkan sembilan prinsip dalam kepemimpinan:

1) kolaborasi

2) komitmen

3) komunikasi

4) kreativitas individu,

5) kreativitas kelompok 

6) inovasi organisasi

7) analisa masa depan

8) merespon antisipatif

9) proses pengambilan keputusan

Dengan peningkatan kesembilan prinsip kepemimpinan tersebut dapat mendukung perubahan terbentuknya kebiasaan untuk kemenangan pribadi, kemenangan kelompok dan kemenangan organisasi yang memiliki sifat ketergantungan, kemandirian dan saling ketergantungan dalam mewujudkan kebiasaan yang produktif.

Membangun kebiasaan yang produktif, dimaksudkan adalahsecara sadar mengaktualisasikan pola perilaku kedalam kebiasaan yang effektif yang terdiri dari :

1) kejelasan keinginan yang menunjukkan mau melakukannya ;

2) adanya pengetahuan yang menunjukkan apa yang harus dilakukan dan mengapa ;adanya keterampilan yang menunjukkan bagaimana melakukan.

Jadi yang menjadi tujuan dalam kebiasaan yang produk-tif mencakup hal-hal yang hendak dicapai sebagai berikut :

1)     Memahami kepentingan pelanggan dan stakeholders lainnya.

2)     Menetapkan dan mengukur tingkat keberhasilan produktivitas.

3)     Menetapkan sistem pengawasan dan pengendalian.

4)     Menetapkan langkah-langkah perbaikan berkelanjutan.

5)     Menetapkan adanya organisasi pembelajaran.

6)     Mendorong untuk melepaskan dari hiriarki menjadi tim.

7) Mendorong kepemimpinan kolaborasi.   

PERNYATAAN EFEKTIF DALAM R & D

DARI SISI MANAJEMEN BIAYA

  • Secara efektif mengawasi biaya melalui penggunaan personalia, material dan perlengkapan yang ekonomis.
  • Secara efektif mengunakan sumber daya dari staf, dana dan waktu.
  • Memanfaatkan dengan maksimum dana yang telah dialokasikan.
  • Membuat proyeksi2 anggaran yan realistik.
  • Memberikan atensi yang besar untuk memonitor varian anggaran dan merencanakan penyesuaian2 yang tepat.
  • Memperjuangkan ROI yang maksimum.
  • Unggul di dalam keputusan2 yang berorientasi keuntungan.
  • Membuktikan kemampuan yang kuat untuk menggalakkan cost-profit ratio.
  • Membuktikan keefektifan biaya yang sehat.
  • Mengembangkan ukuran pengawasan biaya yang kuat untuk menjamin hasil2 yang diinginkan.
  • Memelihara pengawasan biaya yang efektif.
  • Melatih pengawasan biaya yang benar.
  • Mengenal secara efektif area2 yang membutuhkan reduksi biaya.
  • Memperagakan pertimbangan yang sehat di dalam mengelola dan mengawasi pengeluaran.
  • Taat pada prinsip2 auditing yang sehat.
  • Merencanakan perjalanan, hiburan2 dan biaya2 lainnya agar dapat meraih sasaran organisasi.
  • Taat kepada kebijakan dan prosedur organisasi di saat meminta biaya2 yang dikeluarkan.
  • Menjamin semua pengeluaran adalah demi kepentingan org.
  • Membuktikan sukses di dalam mereduksi biaya sementara meme-lihara kualitas yang tinggi.
  • Unggul didalam mengawasi biaya dan menghilangkan pemborosan.

DARI SISI KUALITAS

  • Kualitas kerja secara konsisten tinggi.
  • Meraih standar kualitas tertinggi.
  • Memperlihatkan kepentingan profesional untuk karya kualitas.
  • Menekankan penggalakan kualitas.
  • Mempromosikan kesadaran kualitas.
  • Mengenal kepentingan kualitas didalam menyediakan ketajaman kompetensi.
  • Membuktikan ketertiban, keseksamaan dan kecermatan di dalam melaksanakan tugas2 kerja.
  • Melaksanakan dengan akurasi, keseksamaan dan ke-efektifan yang luar biasa.
  • Bertenggung jawab terhadap kualitas istimewa.
    • Meraih keefektifan yang konsisten.
    • Berjuang untuk kesempurnaan.
    • Sangat rapih.
    • Menyediakan jaminan kualitas total.

PENUTUP

Kelangsung hidup perusahaan dalam posisi perima harus mampu dikelola untuk terus didewasakan dalam kelangsungan hidup yang berkelanjutan sehingga memanfaatkan kekuatan kebiasaan pikiran harus ditumbuh kembangkan sehingga selalu siap menghadapi tuntutan perubahan.

Untuk memenuhi kelangsungan hidup dalam pertumbuhan berkelanjutan, maka dalam rangka meningkatkan kemampuan pada R&D berbasiskan atas kebutuhan pelanggan, maka kekuatan kebiasaan pikiran harus mampu menjadi pendorong dalam mengelola pikiran yang terkait dengan kreativitas dan inovasi agar kemampuan memanfaatkan sumber daya dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka semua usaha dalam peningkatan kepuasan pelanggan baik dalam produk lama dan atau produk baru harus mampu menguasai pasar lama dan atau baru, juga sangat bergantung dari kebiasaan pikiran yang mendukung kemampuan meningkatkan apa yang terkait dengan  manajemen biaya dan kualitas.

Oleh karena itu, membangun kesiapan sikap dan perilaku dalam usaha-usaha menyesuaikan diri haruslah didasarkan dorongan dari keteladan kepemimpinan untuk memanfaatkan kekuatan kebiasaan pikiran yang datang dari kemauan yang kuat dari setiap pemain peran-peran dalam pengelolaan O.B.P.

Read Full Post »

MENGELOLA PERUBAHAN BERBASIS B.P.R.

DALAM PENGELOLAAN O.B.P.

PENDAHULUAN

Mengelola perubahan yang berencana dan berkesinambungan merupakan langkah berpikir dalam kerangka jangka panjang, oleh karena itu rencana tersebut haruslah fleksibel artinya harus mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang ada.

Tentu saja pemikiran diatas haruslah sejalan dengan pemikiran dari hasil penuangan imajinasi dan wawasan CEO menjadi pemikiran kreatif bersama pimpinan puncak lainnya dalam menggariskan persfektif ke masa depan. Hasil pemikiran intuitif tersebut sebagai suatu pemikiran yang bersifat strategis karena :

1) menyatukan kesadaran, kecerdikan dan akal sehingga menjadi pertimbangan yang sehat, walaupun dengan data dan informasi yang terbatas ;

2) menjadi efektif berdasarkan pertimbangan kebersamaan dalam bersikap dan berperilaku ;

3) pemikiran strategik yang diputuskan bersama menjadi daya dorong untuk merumuskan posisi dalam pemikiran jangka panjang.

Perencanaan jangka panjang tersebut merupakan langkah untuk me-metakan perjalanan untuk keberhasilan masa depan, sehingga peren-canaan ini begitu penting karena :

1) membuat fokus ke masa depan dengan tidak mengabaikan masa kini ; 2) memperkuat prinsip yang telah diambil dalam keputusan strategik ;

3) memotivasi lintas fung-sional dalam perencanaan dan komunikasi ;

4) membangun jembatan menuju ke perencanaan yang bersifat jangka pendek ;

5) memotivasi para pemimpin melihat dari persfektif makro ;

6) mengurangi konflik, menghemat waktu dan memotivasi semua orang.

Selanjutnya pemikiran jangka panjang dijabarkan kedalam pemikir-an jangka pendek yang kita sebut dengan perencanaan taktis / opera-sional, perencanaan ini penting karena :

1) sebagai sumber informasi dalam menyusun anggaran ;

2) kegiatan terkait untuk jangka waktu satu tahun dan dapat ditetapkan ukuran dalam kinerjanya ;

3) terfokuskan pada masalah internal ;

4) membuat keputusan berda-sarkan data dan informasi yang akurat ;

5) meningkatkan pemaham-an dan komiten dalam melaksanakan rencana 6) mendorong dan memotivasi bekerja dalam suatu tim dan kelompok.

Dengan demikian, maka mengelola perubahan haruslah dijalankan kedalam suatu sistem yang kita sebut dengan berbasiskan rekayasa ulang bisnis seperti gambar dibawah ini :

Pendekatan sistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

B.P.R. atau Rekayasa Ulang Bisnis, adalah usaha yang dilakukan suatu organisasi untuk mengubah proses dan kendali internalnya dari suatu hierarki vertical fungsional yang tradisional menjadi struktur pipih yang horizontal, lintas-fungsional dan berlan-daskan kerja sama tim yang berfokus untuk membuat pelanggan nyaman dan memenuhi kepentingan stakeholders.

Jadi pendekatan ini bertolak dengan suatu METODA artinya pe-nguasaan praktek sebenarnya kedalam pendekatan terstruktur. Meto-da digambarkan sebagai struktur bahasa, disiplin (bagaimana) dan praktek (kapan dipakai). TOOL artinya perangkat lunak yang dapat mengotomisasikan metoda atau metodelogi untuk membantu peng-guna dalam aplikasi metoda yang lebih cepat. MANAJEMEN PRO-SES artinyapelaksanaan langkah untuk menjamin bahwa satu proses adalah dipantau terus menerus dan diperbaiki.

Perubahan Lapisan Nilai, adalah suatu proses yang secara terus menerus diamati dan diperbaiki sejalan dengan tuntutan perubahan, sebagai tindakan yang paling sulit  dan kurang konkrit untuk berubah yang mencakup usaha-usaha melakukan perubahan atas budaya organisasi, iklim organisasi dan keseimbangan kepentingan individu, kelompok serta organisasi.

Perubahan Lapisan Infrastruktur, adalah suatu proses yang secara terus menerus diamati dan diperbaiki sejalan dengan tuntutan perubahan, sebagai tindakan yang sulit dan mengarah kepada yang konkrit untuk berubah yang mencakup usaha-usaha melakukan perubahan atas struktur ganjar, sistem pengukuran dan metoda manajemen.

Perubahan Lapisan Pisik, adalah suatu proses yang secara terus menerus diamati dan diperbaiki sejalan dengan tuntutan perubahan, sebagai tindakan yang mudah dan konkrit adanya untuk berubah yang mencakup usaha-usaha melakukan perubahan atas struktur proses, struktur teknologi, dan struktur organisasi.

MERANCANG ULANG PROSES

Dalam merancang dan melaksanakan B.P.R., maka aktivitas yang akan terkait didalamnya akan mencakup :

1) proses yang sedang berjalan, haruskah menjadi basis bagi proses baru dirancang kembali ;

2) sejauh mana atas proses yang ada dapat dipahami ;

3) haruskah proses proses yang sedang berjalan diubah pada tingkat pelaksanaannya atau proses baru dirumuskan untuk menggantikannya ; 4) perlukah organisasi memulai dengan suatu gagasan diatas kertas bersih sama sekali.

Dengan memperhatikan hal-hal yang dikemukakan diatas, maka pengalaman menunjukkan meninggalkan proses yang lama dan langsung mengimplementasikan proses baru sama sekali akan menghadapi resiko yang mungkin terjadi, oleh karena itu maka kita dapat menempuh dalam pendekatan yang kita sebut dengan :

1) perubahan dengan perancangan ulang secara sistimatis dan berkesnambungan artinya memahami yang telah ada, memperbaiki apa yang ada dan mempersiapkan proses baru bila diperlukan ;

2) perubahan dengan melaksanakan perancangan baru.

Pendekatan manapun yang dipilih, memerlukan kondisi yang dapat mendukung sebagai faktor yang mendorong aktivitas BPR berjalan seperti yang diharapkan yaitu dengan adanya :

1) Motivasi apa yang mendorong perubahan itu harus dilakukan dilihat dari sudut pemikiran strategik, rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek dapat dikomunikasi secara terbuka kepada pihak-pihak yang harus bertanggung jawab ;

2) Sikap dan perilaku yang dapat mendukung semua aktivitas yang terkait dengan perubahan tersebut baik sebagai individu maupun kelompok atau tim sesuai dengan peran-peran yang dijalankan oleh mereka ;

3) Kebiasaan yang effektif artinya adanya keinginan yang jelas, didukung dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup ;

4) Kreativitas dan inovasi merupakan tonggak penentu dalam mewujudkan perubahan yang berencana dan berkesinambungan.

Dengan tersedianya data dan informasi yang akurat dan terbuka serta dapat memanfaatkan teknologi informasi, memberikan ruang gerak dengan organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol untuk menjaring peluang menjadi suatu kenyataan. Dengan memperhatikan hal-hal yang kita utarakan diatas, maka keberhasilan dalam melaksanakan program BPR terdapat empat hal yang perlu dipahami bagi se-mua pihak yang terlibat yaitu : 1) Status quo yang berdampak ketidakpastian dapat membuat penderitaan sehingga kondisi tersebut dapat berubah menjadi daya dorong untuk memotivasi orang untuk berubah ;

2) Harus dapat menjelaskan persfektif masa depan menjadi suatu realitas yang dapat dicapai ;

3) CEO dengan kepemimpinannya mampu mengkomunikasi keputusan strategik (visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi) yang didukung oleh semua tingkatan pemimpin struktural dan fungsional ;

4) Memiliki dampak keuntungan yang seimbang dalam mewujudkan kepentingan invidu, kelompok dan organisasi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.

PERNYATAAN EFEKTIF DALAM BPR

DARI SISI PENCAPAIAN

  • Meraih tingkat prestasi dan sukses perorangan yang optimal.
  • ·Menyediakan bukti hasil khusus yang kuat.
  • ·Melahirkan dampak yang nyata dan postip.
  • ·Meraih hasil tinggi secara konsisten.
  • ·Unggul di dalam meraih hasil proyek yang luar biasa.
  • ·Meraih hasil2 yang fundamental.
  • ·Meraih hasil2 yang abadi.
  • ·Melampaui norma.
  • ·Lebih berhasil dengan lebih sedikit orang.
  • ·Memperlihatkan kemampuan untuk meraih hasil2 yang diharap.
  • ·Titik berat  diatas hasil2.
  • ·Mencapai hasil2 tanpa efak samping negatif.
  • ·Mencapai hasil melalui tindakan2 positip.
  • ·

DARI SISI PERBAIKAN

  • Berjuang untuk memperjuangkan dan memoles keefektifan profesional secara konstant.
    • ·
  • Secara konsisten berjuang untuk meningkatkan prestasi.
    • ·
  • Bergerak secara membangun kearah peningkatan prestasi.
    • ·
  • Meningkatkan keefektifan dengan menghapus hal2 yang memusingkan.
    • ·
  • Unggul di dalam pengawasan diri dan peningkatan diri.
    • ·
  • Seringkali membuat saran2 yang bernilai bagi peningkatan.
    • ·
  • Unggul di dalam mengembangkan teknik2 yang telah membaik.
    • ·
  • Mengembangkan secara total strategi2 baru.
    • ·
  • Memakai alat2 yang canggih untuk meraih hasil2.
    • ·
  • Membuat konstribusi yang pasti terhadap perbaikan.
    • ·
  • Membuat perubahan2 untuk peningkatan departemen yang me-nyeluruh.
    • ·
  • Memperagakan kesediaan untuk membahas kelemahan dan mem-buat peningkatan.
    • ·
  • Memakai kritikan2 membangun untuk meningkatkan prestasi.
    • ·
  • Membentuk sasaran2 untuk peningkatan target2 prestasi.
    • ·
  • Mengembangkan sasaran2 masa depan untuk peningkatan diri.
    • ·
  • Menjelaskan sasaran2 untuk peningkatan masa depan.
    • ·
  • Menyusun sasaran2 pertumbuhan yang berambisi.
    • ·
  • Membahas secara lihai area2 yang memerlukan perbaikan.
    • ·
  • Mengenal dengan jelas peningkatan2 yang harus dicapai.
    • ·
  • Bekerja sama ke arah identifikasi area2 yang membutuhkan perbaikan.
    • ·
  • Menunjuk area2 yang membutuhkan perbaikan2 dengan jelas.
    • ·
  • Mengenap masalah2 perbaikan prestasi.
    • ·
  • Memonitor kemajuan peningkatan.
    • ·
  • Memperagakan keingintahuan untuk meningkatkan.
    • ·
  • Membuktikan satu usaha kuat untuk peningkatan.
    • ·
  • Menyambut peluang2 untuk peningkatan.
    • ·
  • Mencari peluang2 untuk peningkatan diri.
    • ·
  • Tanggap terhadap tindakan saran bagi peningkatan.
    • ·
  • Memperagakan potensi perbaikan untuk kemajuan.
    • ·
  • Memperlihatkan kemajuan yang mantap.
    • ·
  • Melanjutkan tumbuh dan menjadi lebih baik.

DARI SISI KEMAMPUAN MANAJEMEN

  • Secara efektif menerapkan prinsip2 manajemen yang sehat.
    • ·
  • Secara efektif memanfaatkan konsep2 manajemen kontenporer.
    • ·
  • Membuktikan teknik2 manajemen yang produktif.
    • ·
  • Mendorong manajemen yang partisipatip.
    • ·
  • Merangsang efesiensi dan keefektifan manajemen.
    • ·
  • Melipatgandakan keefektifan manajemen.
    • ·
  • Mengintergrasikan secara gemilang objektif, peluang dan sumber.
    • ·
  • Merupakan satu aset kuat bagi organisasi.
    • ·
  • Mengembangkan program2 yang nyata dan masuk akal.
    • ·
  • Menyusun program2 yang berhasil.
    • ·
  • Membina dan menggalakkan program2 penting dengan berhasil.
    • ·
  • Mengenal masalah2 manajemen utama.
    • ·
  • Melihat gambar yang utama.
    • ·
  • Membuktikan satu kemampuan untuk mengenal masalah2 mana-jemen dan mengembangkan solusi2.
    • ·
  • Mengetahui kapan mencari bantuan dari luar organisasi.
    • ·
  • Mengenal komponen manajemen efektif yang relefan dan dapat ditaksir.
    • ·
  • Mengevaluasi keefektifan manajemen secara akurat.
    • ·
  • Terus memberitahu manajemen mengenai tentang kebijakan.
    • ·
  • Unggul di dalam meraih dukungan manajemen.
    • ·
  • Mempersiapkan secara konsisten rekomendasi2 yang benar.
    • ·
  • Memperagakan kekuatan di dalam manajemen SDM.
    • ·
  • Mengadakan manajemen dengan informasi yang valid dan andal bagi perencanaan SDM.
    • ·
  • Menyediakan manajemen dengan informasi akurat tentang keku-atan dan kelemahan karyawan.
    • ·
  • Secara efektif memecahkan konflik antar kebutuhan2 individu dengan organisasi.
    • ·
  • Menghormati kedua-dua hak karyawan dan wewenang manaje-men.
    • ·
  • Membuktikan satu kemampuan untuk mengatasi kendala2 internal.
    • ·
  • Secara efektif memecahkan masalah2 yang melanda batas2 org.
    • ·
  • Unggul di dalam memecahkan konflik2 antar departemen.
    • ·
  • Memperoleh dukungan penuh dari departemen lain.
    • ·
  • Mempersatukan organisasi.
    • ·
  • Mengenal peran penting dari pada tanggung jawab, otoritas dan pertanggunganjawab.
    • ·
  • Menahan bawahan bertanggung  jawab atas hasil2.
    • ·
  • Menghubungkan akibat ke pertanggungan jawaban.
    • ·
  • Membuktikan kemampuan eksekutip atasan dibawah satu aneka ragam keadaan.
    • ·
  • Menyampaikan gengsi eksekutip.
    • ·
  • Memperagakan kekuatan eksekutip.
    • ·
  • Memperlihatkan kualitas2 yang membuat manajer berhak dan efektp.
    • ·
  • Mempragakan atribut dari pada seorang manajer efektip.
    • ·
  • Memperlihatkan manajemen diri yang kokoh.
    • ·
  • Mengelola diri dengan efektip.
    • ·
  • Memperagakan perilaku manajerial yang efektip.
    • ·
  • Memperagakan gaya manajemen yang efektip dan produktip.
    • ·
  • Mengenal perbedaan antar mengelola dengan melakukan.
    • ·
  • Menghindari dari pengelolaan dengan krisis.
    • ·
  • Unggul di dalam manajemen SDM.
    • ·
  • Merupakan seorang manajer yang menantang dan penuh ilham.
    • ·
  • Unggul di dalam memecahkan masalah2 orang.
    • ·
  • Unggul di dalam menetapkan, mengukur dan meningkatkan produktivitas.
    • ·
  • Meraih hasil produksi yang tinggi sementara mempertahankan moral yang tinggi.
    • ·
  • Selalu membuat karyawan2 sadar tentan kepentingan terhadap organisasi.
    • ·
  • Mempromosikan perilaku kerja sama dan upaya tim.
    • ·
  • Membina rasa sehaluan senasib yang kuat.
    • ·
  • Unggul di dalam perkembangan tim yang berbasis pada tugas.
    • ·
  • Meraih prestasi tim yang maksimal.
    • ·
  • Meraih keefektifan kerjasama.
    • ·
  • Berjuang untuk prestasi tim yang maksimal.
    • ·
  • Mendorong upaya ke arah sasaran umum.
    • ·
  • Unggul di dalam mengembangkan strategi kerjasama
    • ·
  • Membesarkan daya guna sumber perusahaan.
    • ·
  • Bertanggung jawab atas daya guna personalia yang efektip dan efisien.
    • ·
  • Menyediakan bawahan2 dengan sumber2 yang dibutuhkan untuk meraih hasil2.
    • ·
  • Meraih hasil melalui bimbingan yang tepat dari bawahan.
    • ·
  • Memberikan bimbingan yang jelas.
    • ·
  • Mengembangkan satu usaha departemen yang melekat.
    • ·
  • Sadar tentang amal potensi departemen.
    • ·
  • Memelihara pengawasan departemen perusahaan.
    • ·
  • Patuh terhadap semua kebijakan, prosedur dan peraturan tradisi.
    • ·
  • Menggalakkan secara efektip kebijakan, peraturan dan hukum.
    • ·
  • Memelihara standar2 etika yang tinggi.
    • ·
  • Memperagakan etika yang sehat.
    • ·
  • Mengikuti hukum perilaku  yang benar.
    • ·
  • Secara efektip mengenal kebutuhan untuk perubahan.
    • ·
  • Secara efektip mengelola perubahan.
    • ·
  • Mengimplementir perubahan dengan perlawanan yang kecil.
    • ·
  • Menangani penolakan terhadap perubahan dengan efektip.
    • ·
  • Mengimplementir perubahan dengan satu dampak positip.
    • ·
  • Tetap waspada terhadap kelemahan, kekuatan, ancaman dan peluang yang menghadang organisasi.
    • ·
  • Unggul di dalam penempatan pada masa mendatang.
    • ·

PENUTUP

Entrepreneur yang berbasiskan kebiasaan prodktif, maka perlu menyadari sepenuhnya bahwa mengelola perubahan berbasiskan B.P.R, perlu diingat bahwa kekuatan dalam pengelolaan O.B.P menjadi pondasai yang kuat, bila B.P.R. dirancang dengan keinginan yang kuat sejalan dengan niat untuk melaksanakan perubahan yang berkelanjutan.

Sebaliknya banyak gambaran dari pengalaman menunjukkan situasi dimana pelaksanaan B.P.R. hanya sebagai mode dimana banyak terjadi baik BUMN dan BUMS, sehingga hasil pemikiran hanya dituangkan kedalam buku untuk pajangan karena tidak ada komitmen dan konsisten dalam kebiasaan pikiran.

Dengan demikian, maka peran CEO dalam kepemimpinannya harus benar-benar dapat mempengaruhi dalam proses mengkomunikasikan keputusan strategik menjadi suatu kekuatan kebiasaan pikiran untuk memberi daya dorong yang kuat dalam mewujudkan fokus dalam memanfaatkan B.P.R. agar mampu membuat perubahan yang berencana.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka kesiapan melakukan perubahan yang berkesinambungan sangat ditentukan pula dalam kemampuan manajemen, proses pencapaian dan perbaikan yang juga memanfaatkan B.P.R. yang terintergasi dalam sistem manajemen informasi.

Read Full Post »

SISTEM INFORMASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENGELOLAAN O.B.P.

PENDAHULUAN

Perancangan sistem informasi berbasis teknologi informasi harulah bertolak dari tersedianya sumber daya manusia dan sikap serta perilaku manusia itu sendiri untuk memanfaatkan data yang telah diolah dalam suatu sistem menjadi informasi dalam pengambilan keputusan.

Sejalan dengan pemikiran itu, maka sistem informasi manajemen adalah suatu sistem yang dirancang secara terintergrasi untuk menyajikan informasi guna mendukung area kunci dalam fungsi dan struktur dengan menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan dan sebuah “data base”.

Sejalan dengan pemikiran yang diutarakan diatas, maka perancangan sistem informasi manajemen dengan pendekatan sistem dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut :

Teknologi Informasi, sebagai teknologi pengadaan, pengo-lahan, penyimpanan dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi, yang lahir karena ada-nya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi.

Teknologi Web, merupakan sistem informasi dan komunikasi hypertext, yang sangat populer dipakai di jaringan internet, dengan komunikasi data yang sesuai dengan model client / server. Web client (browser) dapat menakses multiprotokol dan informasi hypermedia dengan menggunakan alamat-alamat.

Atau dengan kalimat lain bahwa teknologi web berarti kumpulan semua sumber atau informasi yang dihubungkan dengan hyperlinks yang dapat diakses, ditransfer atau dieksekusi secara remote dari mana saja dalam internet melalui server HTTP (hypertext transfer protocol) oleh klien HTTP menggunakan HTTP sebagai protocol utama.

Aplikasi Internet (INTERNATIONAL NETWORK), merupakan suatu jaringan komunikasi tanpa batas yang melibatkan jutaan komputer pribadi yang tersebar di seluruh dunia. Dengan mengguna-kan protokol Transmission Control Protocol / Internet Protocol (TCP /IP dan didukung media komunikasi.

Aplikasi jenis layanan jaringan internet adalah E-Mail ; Chatting (internet relay chat) ; USENET ; Newsgroup ; FTP (file transfer protocol) ; Telnet ; BBS (bulletin board service) ; WWW (layanan multimedia) ; Internet telephony ; Internet Fax

Sistem Informasi Manajemen, suatu sistem yang dirancang secara menyeluruh dengan menggabungkan subsistem yang ada dalam penerapannya layak dan efektif untuk memecahkan hal-hal yang terkait dalam perfekstif, posisi dan performance secara terpadu dengan “data base berbasis Web dan non web”

KOMPETENSI MANUSIA DAN PERILAKU MANUSIA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

Implementasi yang layak dan efektif ditentukan oleh kompetensi yang terkait dengan teknologi informasi artinya disatu sisi memiliki kemampuan dalam memanfaatkan komputer, aplikasinya serta memelihara hardware dan software agar dapat berfungsi dan disisi lain adanya perilaku manusia untuk memanfaatkannya sebagai landasan dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan demikian, suatu sistem informasi manajemen yang kita rancang berbasis teknologi informasi untuk mendukung proses pengelolaan sumber daya yang terbatas dapat memaksimumkan peluang-peluang yang ada dalam usaha menciptakan nilai tambah untuk memenuhi kepentingan stakeholders.

Yang menjadi masalah kita, bagaimana kita dapat memanfaatkan data dan informasi menjadi tepat guna sesuai dengan tingkat kepentingannya kedalam area kunci struktural dan fungsional dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam mengembangkan wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan agar masalah-masalah yang terkait pada perfekstif, posisi dan performansi berjalan dalam arah yang konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Dengan struktur organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol, maka sistem informasi manajemen dengan informasi yang mudah diakses memberikan ruang gerak bagi setiap individu dalam organisasi untuk berpartisipasi dalam menyesuaikan perubahan sikap dan perilaku dalam menghadapi tantantang perubahan lingkungan.

PERNYATAAN EFEKTIF MENGELOLA M.I.S.

DARI SISI KETERAMPILAN KOMPUTER

  • Memaksimalkan manfaat 2 teknologi komputer.
    • ·
  • Memasukkan teknologi komputer yang terbaru.
    • ·
  • Mengenal kebutuhan2 dukungan komputer.
    • ·
  • Menjamin komputer dipakai untuk membangkitkan informasi berarti dan menambah efesiensi.
    • ·
  • Mendorong kesepakatan karyawan dan guna komputer.
    • ·
  • Menjamin pelatihan operator komputer yang benar.
    • ·
  • Memanfaatkan kekuatan komputer.
    • ·
  • Memanfaatkan fasilitas2 dan perlengkapan komputer dengan efektif.
    • ·
  • Memiliki pengetahuan yang kuat tentang dasar2 komputer.
    • ·
  • Memahami aplikasi2 komputer.
    • ·
  • Menjadi terpelajar dengan komputer.
    • ·
  • Tetap waspada terhadap hardware komputer baru.
    • ·
  • Terus mengikuti aplikasi software baru.
    • ·

DARI SISI KECERMATAN

  • Mengenal kepentingan kecermatan.
    • ·
  • Melaksanakan dengan kecermatan tinggi.
    • ·
  • Melaksanakan dengan kecermatan konsisten.
    • ·
  • Meraih hasil dengan kecermatan dan ketepatan.
    • ·
  • Memelihara kecermatan statistik tinggi.
    • ·
  • Mengharapkan kesempurnaan.
    • ·
  • Berjuang demi kesempurnaan.
    • ·
  • Unggul didalam meraih kesempurnaan.
    • ·
  • Menghindarai kesalahan2 dan kekeliruan.
    • ·
  • Menyesuaikan terhadap toleransi2 ketat.
    • ·
  • Memenuhi standard2tepat.
    • ·
  • Memenuhi spekasi2 baku.
    • ·
  • Menjaga catatan2 yang akurat.
    • ·
  • Merawat dokumentasi yang akurat.
    • ·
  • Menyediakan dokumentasi jelas.
    • ·
  • Sangat teliti dengan perincian.
    • ·
  • Memberi atensi yang sangat teliti terhadap perincian.
    • ·
  • Unggul di dalam pengecekatan perincian.
    • ·
  • Meramal dengan kecermatan yang ekstrim.
    • ·
  • Membuat ramalan2 akurat tentang trend2 masa depan, arah dan perkembangan2.
    • ·

DARI SISI PEMECAHAN MASALAH

  • Membuktikan satu kemampuan yang kuat untuk mengenal, menganalisa dan memecahkan masalah.
  • Memperagakan satu kemampuan untuk memecahkan masalah, berpikir, beralasan dan belajar.
  • ·Unggul di dalam mengembangkan solusi2 inovatif dan kreatif.
  • ·Mengembangkan solusi2 yang kreatif dan biaya efektif.
  • ·Unggul di dalam pemecahan soal yang kreatif.
  • ·Memperagakan satu pendekatan praktis terhadap pemecahan masalah.
  • ·Sangat tegas di dalam menangani masalah2 sulit.
  • ·Secara efektif memecahkan masalah bukan gejala.
  • ·Unggul didalam mengenal masalah2 yang nyata.
  • ·Unggul di dalam memecahkan masalah2 penting.
  • ·Memecahkan masalah sebelum mereka menjadi genting.
  • ·Unggul di dalam mencari dan memecahkan kesulitan.
  • ·Bekerja baik dengan yang lain di dalam memecahkan masalah.
  • ·Merubah masalah kedalam solusi praktis.
  • ·Memandang masalah sebagai tantangan yang menarik.
  • ·Merubah masalah menjadi peluang2.
  • ·

PENUTUP

Kepemimpinan entrepreneur yang meletakkan andasan yang kuat untuk membangun sifat keterbukaan dalam lingkungan internal dan kebutuhan tertentu juga memberikan peluang sifatnya terbuka, maka disitulah letak keinginan sebagai bagian dari kebiasaan produktif yang harus ditopang oleh kekuatan kebiasaan pikiran untuk benar-benar memahami makna sistem informasi berbasiskan teknologi informasi dalam pengelolaan O.B.P. kedalam satu sistem yang terpadu

Oleh karena itu, apapun yang dibangun maka peran CEO harus mampu mengkomunikasikan kebijakan strategis dalam membangun Sistem Informasi Manajemen yang terintergrasi secara utuh, sehingga seluruh aplikasi teknologi informasi dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang mempunyai kepentingan atasnya.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka keberhasilan memanfaatkan sistem informasi manajemen harus mampu menjadi alat bagi pemain peran dalam organisasi dengan kebiasaan pikiran yang kuat untuk mendorong manfaat peningkatan keterampilan dalam komputer yang membawa  kecepatan dan kecermatan dalam proses pengambilan keputusan.

Read Full Post »

MENGELOLA AREA KUNCI BERBASIS DATA DAN FAKTA

PENDAHULUAN

Bertolak dari pemikiran yang bersifat intuitif yang dikembangkan oleh CEO dan Pimpinan puncak lainnya kedalam pemahaman organisasi, budaya dan kepemimpinan sebagai perencanaan strategik yang menggambarkan persfektif, kedalam perencanaan jangka panjang  yang menggambarkan posisi  (dalam kurun waktu lima tahun) kedalam pemahaman area kunci yang mencakup corporate, divisional, strategik bisnis unit dan fungsional serta pembaharuan yang berencana dengan menjabarkan kedalam rencana jangka pendek ( satu tahun) yang menggambarkan performa kedalam area kunci dalam fungsi yang mencakup R & D, Operasi, Pemasaran, Keuangan, Akuntansi dan Sumber daya manusia.

Sejalan dengan hal diatas, maka mengelola area kunci berbasis data dan fakta dengan pendekatan sistem dapat digambarkan sbb :

Secara singkat keempat sistem tersebut dapat dirumuskan sbb :

Sistem Data dan Fakta, bahwa tersedianya data baik yang terstruktur maupun tidak yang dapat dirumuskan menjadi informasi serta fakta yang dapat diidentifikasi sebagai dasar yang dipergunakan untuk perencanaan secara kompeherensip dan menyeluruh.

Sistem Rencana Strategis, bahwa rumusan-rumusan di proses dan dimotori oleh CEO dan Pimpinan puncak lainnya dalam berpikir yang kita sebut intuitip dalam menggambarkan persfektif.

Sistem Rencana Jangka Panjang, bahwa rumusan-rumusan yang dibuat sebagai jabaran dari rencana strategis dengan diomotori oleh manajemen tingkat menengah yang membuat rekomendasi untuk mendapat kan pengesahan dari manajemen tingkat puncak dalam berpikir jangka panjang dalam menggambarkan posisi kedalam area kunci dan perencanaan yang terkait dengan perubahan yang berencana dan berkesinambungan.

Sistem Rencana Jangka pendek, bahwa rumusan-rumusan yang dibuat sebagai jabaran dari rencana jangka panjang, dimotori oleh manajemen tingkat bawah dengan berkonsultasi dengan manajemen tingkat menengah untuk membuat rekomendasi dalam mendapatkan persetujuan di tingkat puncak dalam kerangka berpikir jangka pendek dalam menggambarkan performa kedalam kegiatan operasional.

Dengan pendekatan sistem mengelola area kunci (korporasi, divisional, strategik bisnis unit, dan fungsional) berbasiskan sistem data dan fakta agar dapat mengarahkan WAWASAN dari perencanaan strategis kedalam PENYELARAN dari perencanaan jangka panjang untuk dilaksanakan keda-lam PEMBERDAYAAN dari perencanaan jangka pendek.

PELAKSANAAN WAWASAN, PENYELARASAN DAN BERDAYAAN KEDALAM PROSES PENGELOLAAN O.B.P

Proses pengelolaan pada setiap tingkatan pemimpin yang memiliki kompetensi untuk mengorganisir kedalam bentuk organisasi yang bergerak cepat, fleksibel dan melakukan perubahan-perubahan secara sistimatis dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan, maka pemahaman dalam wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan termasuk peran penting yang harus dimainkan oleh kepemimpinan.

WAWASAN, dan imajinasi yang menggerakkan kemampuan berpikir kreatif sebagai hasil kerja intuitif, merupakan langkah awal dalam peran pemimpin abad baru dalam menyeimbangkan perencanaan strategik (visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi) dengan pelaksanaan yang sejalan dengan budaya perusahaan (nilai individu, norma kelompok, perilaku organisasi), bila diperlukan diadakan penyesuaian dengan tuntutan perubahan, yang kesemuanya untuk memenuhi kepentingan stakeholders, khususnya para pelanggan dalam pandangan persfektif.

PENYELARASAN, merupakan langkah kedua dalam peran pimpinan abad baru dengan mewujudkan kebersamaan dalam tindakan melalui keterikatan dalam sistem (seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan se-hingga membentuk totalitas), struktur (cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun) dan proses (rangkaian tindakan, perbuatan atau pengelolaan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat).

Penyelarasan dalam sistem, struktur dan proses merupakan tonggak untuk membangun sembilan prinsip kepemimpinan abad baru untuk menggerakkan seluruh aktivitas dalam pengelolaan rencana strategis, rencana jangka panjang/ menengah dan rencana jangka pendek pada area kunci dalam struktur dan area kunci dalam fungsi dalam memiliki sifat dinamis dan mudah dikontrol untuk mendukung perubahan-perubahan yang dilakukan secara sistimatis dan berkesinambungan.

PEMBERDAYAAN, merupakan langkah ketiga yang sangat penting dan strategis dalam peran pemimpin untuk mempersatukan wujud kepentingan yang seimbang antara kepentingan individu, kelompok dan organisasi sebagai daya dorong untuk memotivasi perubahan sikap melalui pemberdayaan bakat yang tersembunyi, peningkatan kecerdikan emosional dan membangkitkan pikiran kreativitas.

Dengan melaksanakan pemberdayaan tersebut diharapkan lahirnya pema-haman sembilan prinsip dari setiap individu yang tidak dipaksakan dari luar melainkan atas dasar pengorbanan dari diri yang bersangkutan untuk berperilaku dalam memenuhi kepentingan stakeholders, khususnya para pelanggan.

KONSISTEN DAN PARTISPASI  DALAM SIKAP DAN PERILAKU DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

Memahami makna wawasan & imajinasi, penyelarasan dan pemberdayaan yang dilaksanakan dalam peran kepemimpinan untuk menyelaraskan area kunci dalam struktur (korporasi, divisional, strategik bisnis unit, fung-sional) kedalam area kunci dalam fungsi ( R & D, operasi, pemasaran, keuangan, akuntansi, SDM), maka keberhasilan proses pengelolaan sangat ditentukan oleh :

  • Tersedianya data dan fakta menjadi informasi yang akurat dan bersifat terbuka sehingga setiap orang dapat mengaksesnya.
  • Adanya kejelasan peran dalam menjalankan pekerjaan, sehingga setiap orang tahu batas-batas kekuasaan dan tanggung jawabnya.
  • Merubah kerja dari orientasi hirarkis menjadi kelompok dan tim.

Dengan kemajuan teknologi informasi memberikan kemudahan-kemudahan untuk mengumpulkan data, mengelola, menganalisa dan menyimpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menilai tingkat keberhasilan atau penyimpangan yang terjadi agar perubahan dapat dilakukan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perubahan itu sendiri.

Sejalan dengan hal-hal yang kita utarakan diatas, diharapkan sikap dan perilaku termotivasi untuk menyesuaikan dalam mengaktualisasikan pikiran-pikiran baru yang dapat merubah dari ketidak pastian menjadi yang pasti dalam lingkungan yang begitu cepat berubah, disitulah letak fungsi wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan untuk membangun keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi.

Dengan demikian bila mana setiap individu memahami makna wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan merupakan langkah berpikir dan bertindak maka dapat diharapkan proses-proses berpikir Intuitif menjadi berpikir Jangka panjang dan berahkir kedalam berpikir Jangka pendek untuk dilaksanakan secara operasional di tempat kerja dimana setiap individu tahu apa, mengapa, bagaimana, dan bilamana untuk dilaksanakan kedalam tugas menjadi pekerjaan individu dan kelompok atau tim, sehingga diperlukan sikap, perilaku yang konsisten dan partisipasi agar terjadi kesinambungan dari pelaksanaan hasil berpikir.

Bila terjadi kebersamaan berpikir, maka suatu organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol, setiap ada penyimpangan atau dampak dari perubahan lingkungan, sehingga penyesuaian dalam menghadapi kesenjangan dari cara lama ke cara baru diperlukan cara menyeberangi kesenjangan sesuai dengan tuntutan perubahan dengan merancang cara baru yang dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku yang diinginkan. Inilah satu tantangan dalam menerapkan pemikiran yang disebut dengan konsep konsisten dan partisipasi.

PERNYATAAN EFEKTIF MENGELOLA AREA KUNCI

DARI SISI PERENCANAAN

  • Membentuk rencana strategi untuk sukses masa depan.
    • ·
  • Mengusulkan rencana-rencana  untuk tindakan tepat waktu, nyata dan positip.
    • ·
  • Merencanakan dengan pandangan yang baru / segar.
    • ·
  • Merencanakan, menyusun, dan menyelesaikan tugas-tugas dengan sikap yang paling mudah dan efisein.
    • ·
  • Merumuskan secara efektif strategi, taktik dan rencana tindakan untuk mencapai hasil.
    • ·
  • Merencanakan strategi-strategi tepat untuk mencapai solusi-solusi.
    • ·
  • Merencanakan secara efektif hasil-hasil yang sistimatis.
    • ·
  • Unggul di dalam menentukan masalah dan merencanakan solusi2.
    • ·
  • Unggul di dalam mengantisipasi kebutuhan2.
    • ·
  • Mengembangkan rencana2 dan solusi inovatif.
    • ·
  • Memenuhi dan melebihi standard2 untuk tanggung jawab atau tujuan utama tepat waktu atau sebelum jadwal.
    • ·
  • Tetap mempertahankan kenyamanan kerja sebelum jadwal.
    • ·
  • Menjadikan rencana menjadi kenyataan.
    • ·
  • Membentuk prioritas-prioritas tugas secara efektif.
    • ·
  • Merumuskan rencana2 dan memimpikan sasaran2.
    • ·
  • Mengembangkan teknik2 perencanaan yang rasional.
    • ·
  • Mengimplementir rencana2 secara efektif dengan harmoni dan kerja sama.
    • ·
  • Unggul di dalam mengembangkan rencana2 aksi.
    • ·
  • Mengembangkan rencana2 tindakan yang sehat.
    • ·
  • Secara efektif menerapkan rencana2 kedalam aksi.
    • ·
  • Unggul didalam merumuskan dan melaksanakan strategi
    • ·
  • Unggul didalam strategi dan aksi.
    • ·
  • Secara efektif menambah ide menjadi aksi.
    • ·
  • Unggul didalam mengembangkan tujuan2 strategi.
    • ·
  • Mengembangkan visi strategi.
    • ·
  • Secara efektif merencanakan untuk menghindari masalah2 masa depan.
    • ·
  • Menghindari terjadinya masalah.
    • ·
  • Unggul didalam prevensi masalah.
    • ·
  • Unggul didalam manajemen yang bersifat lebih dulu.
    • ·
  • Unggul didalam mengantisipasi reaksi.
    • ·
  • Mengantisipasi dan memecahkan konflik.
    • ·
  • Merencanakan perlawanan yang dapat diramalkan.
    • ·
  • Mengembangkan strategi2 inovatip.
    • ·
  • Mengembangkan strategi positip.
    • ·
  • Mengembangkan strategi2 efektif untuk meraih prestasi yang baik.
    • ·
  • Melahirkan rencana2 lugas untuk memenuhi peluang2 yang be-rubah2.
    • ·
  • Secara konstan mengembangkan teknik2 untuk membangkitkan alternatip strategi baru.
    • ·
  • Merencanakan hal2 yang tidak terduga.
    • ·
  • Unggul didalam mengembangkan skenario “bagaimana kalau”
    • ·
  • Unggul didalam mengembangkan alternatip strategi.
    • ·
  • Mengembangkan rencana ketidakpastian yang sehat.
    • ·
  • Tidak diawasi oleh peristiwa2 dan situasi krisis.
    • ·

PENUTUP

Kebutuhan data dan fakta, merupakan kekuatan untuk mengungkit daya ingat agar dapat memberikan daya dorong yang kuat untuk meningkatkan daya kemauan sehihngga kebiasaan pikiran dapat tumbuh berkelanjutan.

Dengan pikiran tersebut diharapkan adanya iklim organisasi menjadi terbuka dimana setiap orang akan berpikir konsisten dan mampu dalam memberikan partisipasi yang sejalan dengan sub sistem mengelola area kunci berbasiskan data.

Jadi memanfaatkan kekuatan berpikir sebagai kebiasaan, diperlukan secara berkesinambungan perubahan sikap dan perilaku dalam kesiapan menghadapi tantang masa depan dengan peningkatan antisipasi yang baik bertolak dari kinerja sisi perencanaan.

Read Full Post »

KEPEMIMPINAN  BERBASIS PARADIGMA BARU DALAM PENGELOLAAN O.B.P.

PENDAHULUAN

Bertolak dari pemikiran mengembangkan budaya berbasis kebiasaan yang efektif, maka salah satu peran utama adalah mempengaruhi orang lain dengan jalan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam memenuhi keinginan untuk menghadapi tantangan yang bersifat kompleksitas, perubahan dan globalisasi maka kepemimpinan harus-lah memenuhi prinsip dalam paradigma baru.

Sejalan dengan hal diatas, maka pengembangan kepemimpinan dengan pendekatan sistem digambarkan sbb.

Prinsip dalam kepemimpinan

Profesionalisme

Kreatif dan inovasi

Antisipatif

Secara singkat ke empat sistem tersebut dapat dirumuskan sbb.

Sistem Prinsip Dalam Kepemimpinan, bahwa pemimpin pada semua tingkatan akan memiliki kepemimpinan bila ia menyadari dan memahami untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang efektif untuk meningkatkan  pengetahuan keterampilan dan keinginan agar sikap dan perilaku dapat menyesuaikan dengan tuntutan dari paradigma abad 21.

Sistem Profesionalisme, bahwa pemimpin yang unggul ditandai oleh kepemimpinan yang memiliki prinsip-prinsip sebagai penuntun dan mengarahkan kepribadiannya kedalam prinsip kolaborasi, komitmen dan komunikasi sebagai tonggak membangun profesionalisme.

Sistem Kreatif dan Inovasi, bahwa pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan prinsip profesionalisme dapat tumbuh dan berkembang bila ditopang adanya kemampuan mencetuskan imajinasi dan memiliki wawasan sebagai kreativitas individu dan memelihara kedalam kreativitas kelompok menjadi daya dorong menjadi inovasi kedalam organisasi.

Sistem Antisipatif, bahwa pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan prisip profesionalisme dan kreatif serta inovatif dapat tumbuh dan berkembang bila ditopang adanya kemampuan membuat analisa masa depan dan meresponnya serta keberanian dalam mengambil keputusan.

MEMAHAMI PARADIGMA BARU KEDALAM

PENGEMBANGAN PRINSIP KEPEMIMPINAN

Paradigma dipahami dalam arti sebagai azas yang dapat menuntun dan mengarahkan seseorang  disatu sisi untuk menentukan batas-batas bersikap dan berperilaku dan disisi lain menjelaskan cara berkata sesuai dengan perbuatan agar berkiblat kepada prestasi yang diharapkan.

Bagaimana kita dapat mengikuti perubahan paradigma yang telah terjadi dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan dengan memperhatikan dalam kehidupan ini kita menghadapi adanya dua masalah yang kita sebut dengan masalah normal dan abnormal.

Pada daur hidup organisasi dengan posisinya, ya akan menghadapi masalah masalah normal artinya pada suatu tingkat tertentu yang kita sebut dengan SEDERHANA dan SULIT maka dengan kepemimpinan yang ada dapat memecahkan oleh organisasi sendiri. Sedangkan menghadapi masalah abnormal artinya pada suatu tingkat tertentu yang kita sebut dengan KOMPLEKSITAS dan KERUMITAN tidak memungkinkan kemampuan internal memecahkan masalah dengan kemampuan memanfaatkan kekuatan eskternal  yang dihadapi pada posisi daur hidup organisasi yang bersangkutan, dimana CEO harus ada keberanian melawan intervensi pihak ketiga kedalam.

Dengan situasi tersebutlah kita dapat mengidentifikasi terjadinya perubahan paradigma yang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan sbb.

  • Dengan paradigma banyak masalah dapat diselesaikan pada tingkat masalah normal, tapi tidak jarang pula ada masalah yang tidak terpecahkan dalam keadaan yang demikian terutama pada masalah abnormal.
  • ·

  • Dengan kecenderungan meningkatnya masalah abnormal, maka kepemimpinan mencoba mencari paradigma baru, namun kemampuan internal tidak mendukung oleh karena itulah tidak heran intervensi datang dari luar sebagai penggagas paradigma baru.
  • ·

  • Penggagas paradigma baru berpikir pada dasarnya bukan metodis, lebih mengutamakan organ yang bersifat menghayati karenanya bersifat intuitif shingga sulit membuktikan secara rasional, namun dapat dimanfaatkan oleh kepemimpinan perusahaan yang mengenal betul kendala yang dihadapi dengan data dan informasi yang ada.
  • ·

Banyak pelaku ekonomi menyadari bahwa dalam abad 21 ini terdapat paradigma yang disebut dengan Profesionalisme, Kreativitas dan Inovasi serta Antisipatif, tapi jarang organisasi menjabarkan pengaruh paradigma kedalam gaya kepemimpinan yang harus tumbuh dan berkembang dalam menghadapi tantangan yang kita sebut dengan kompleksitas, perubahan dan globalisasi.

Sejalan dengan pemahaman arti paradigma yang telah kita kemukan diatas maka pengaruhnya adalah kesiapan kita menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan agar kita mampu memecahkan masalah-masalah abnormal dengan memanfaatkan kekuatan dari luar. Intertvensi dari luar kedalam, dapat dikendalikan dan diarahkan sesuai dengan perubahan lingkungan dengan ketidakpastian yang tinggi, oleh karena itu kepemimpinan masa depan harus mampu meningkatkan kebiasaan yang effektif dalam memahami dan mengaktualisasikan prinsip-prinsip sebagai jabaran dari paradigma.

KETAHANAN PARADIGMA MERUPAKAN STRATEGI

DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

Tantangan dalam masyarakat industri ke masyarakat informasi berbeda, begitu pula dari masyarakat informasi menuju masjarakat pengetahuan yang ditunjukkan kemajuan-kemajuan dalam perkembangan teknologi informasi, namun masalah-masalah yang kita hadapi meningkat dari masalah normal menjadi masalah abnormal.

Tak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, kecuali pemimpin dengan kepemimpinan abad baru dapat menyesuaikan diri, itulah yang kita sebut dengan ketahanan paradigma sebagai strategi dalam menghadapi tantangan.

Oleh karena itu paradigma profionalisme, kreatip dan inovasi, antispasi merupakan paradigma abad baru yang menuntun dan mengarahkan sikap dan perilaku kepemimpinan abad baru dengan mengembangkan prinsip-prinsip dalam profesionalisme mencakup 1) kolaborasi ; 2) komitmen ; 3) komunikasi ; kreatif dan inovatif mencakup 4) kreativitas individu ; 5) kreativitas kelompok ; 6) inovasi oraganisasi ; antisifatif mencakup 7) analisa masa depan ; 8) merespon antisipatif ; 9) pengambilan keputusan.

Dengan ketahanan paradigma itu diharapkan kepemimpinan mendapatkan daya dorong untuk melaksanakan perubahan berpikir dalam membuat analisa strategis sebagai salah satu perwujudan dari antisipasi. Keputusan yang telah diambil dalam melangkah penyelesaian masalah yang dihadapi ditopang oleh adanya kebiasaan yang efektif.

Kepemimpinan dengan paradigma baru mendorong terciptanya kebutuhan akan kebiasaan yang efektif untuk menumbuh kembangkan profesionalisme, kreativitas dan inovasi, antisipatif dalam membentuk ketahanan paradigma sebagai suatu langkah 1) agar semua pihak berpartisipasi untuk mempraktekkan seperti yang kita harapkan ; 2) mengembangkan hubung-an tidak hanya vertical dan horizontal tetapi juga diagonal sehingga terjadi pemahaman untuk saling bekerja sama pada setiap persoalan yang dihadapi walaupun bukan bidangnya ; 3) dengan iklim organisasi yang sehat akan mendorong peran-peran untuk melaksanakan inovasi organisasi yang sejalan dengan tuntutan perubahan lingkungan yang ada.

PERNYATAAN EFEKTIF KEPEMIMPINAN DALAM

PARADIGMA BARU

SISI KREATIVITAS DAN INOVASI

  • Memperagakan imajinasi yang kreatif.
  • ·
  • Memperagakan imajinasi yang aktif.
  • ·
  • Membuktikan penghayatan imajinatif.
  • ·
  • Menyediakan penghayatan-penghayatan yang berharga.
  • ·
  • Membuktikan kekuatan yang kreatif.
  • ·
  • Mengembangkan strategi-strategi yang kreatif secara sukses.
  • ·
  • Unggul dari dalam pengalaman yang kreatif.
  • ·
  • Berkesinambungan melaksanakan pengalaman.
  • ·
  • Mencari alternatif-alternatif yang kreatif.
  • ·
  • Menantang praktek-praktek yang konventional.
  • ·
  • Mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang inovatif.
  • ·
  • Menjelajahi jalur2, prosedur2 dan pendekatan2 baru.
  • ·
  • Unggul di dalam pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
  • ·
  • Menciptakan solusi2 yang memuaskan sesuai dengan kebijakan organisasi.
  • ·
  • Mengembangkan solusi2 kreatif terhadap masalah2.
  • ·
  • Membuktikan satu tingkat kreativitas dan keaslian yang tinggi.
  • ·
  • Memulai dan mengembangkan ide-ide konstruktif.
  • ·
  • Mengawali ide-ide konseptual yang baik dengan aplikasi2 praktis.
  • ·
  • Unggul di dalam mengembangkan ide-ide secara spontan.
  • ·
  • Memulai ide-ide yang tidak diundang.
  • ·
  • Mencari ide-ide dan pendekatan baru.
  • ·
  • Merangsang ide-ide.
  • ·
  • Mempromosikan arus ide-ide yang baik.
  • ·
  • Menyambut ide-ide dari bawahan.
  • ·
  • Siap menerima ide-ide baru.
  • ·
  • Membangkitkan ide-ide segar.
  • ·
  • Unggul di dalam mengasuh ide-ide baru.
  • ·
  • Memulai ide-ide segar.
  • ·
  • Membuka pendekatan-pendekatan baru.
  • ·
  • Memperagakan rasa keingintahuan.
  • ·
  • Memelihara tingkat keinginantahuan yang tinggi.
  • ·
  • Memperagakan satu kekuatan pengamatan yang kokoh.
  • ·
  • Membangun semangat stu lingkungan untuk kualitas baik yang kreatif.
  • ·
  • Mempromosikan lingkungan yang menghasilkan kreativitas.
  • ·
  • Membuka jalan kepada potensi kelompok yang kreatif.
  • ·
  • Mendorong semangat inovasi.
  • ·
  • Mempromosikan iklim-iklim yang kreatif.
  • ·
  • Melahirkan minat.
  • ·
  • Melahirkan peluang-peluang.
  • ·

SISI  PROFESIONALISME

  • Membuktikan satu keahlian luar biasa mengenai keterampila-keteram-pilan profesional.
  • ·
  • Membuktikan keahlian profesional.
  • ·
  • Memperagakan orientasi pengetahuan profesional yang tepat.
  • ·
  • Seorang profesional yang kawakan.
  • ·
  • Mencari satu tingkat keistimewaan profeional yang lebih tinggi.
  • ·
  • Memperlihatkan kepentingan pada peningkatan profesional.
  • ·
  • Mempertahankan strategi pertumbuhan yang profesional.
  • ·
  • Berjuang untuk tumbuh secara profesional melalui studi-studi dan partisipasi yang berkelanjutan.
  • ·
  • Terus mengikuti trend-trend profesional.
  • ·
  • Secara konstan mencari agar memperluas wawasan profesional.
  • ·
  • Memelihara satu tingkat tinggi partisipasi yang profesional.
  • ·
  • Mengembangkan skill-skill yang dibutuhkan untuk memelihara standar kualitas profesional tertinggi.
  • ·
  • Kualitas kerja mencerminkan standar2 profesional yang tinggi.
  • ·
  • Menulis memo, surat dan laporan yang mencerminkan keahlian profe-sional.
  • ·
  • Menyediakan bawahan dengan pertolongan positip dan pasti untuk mengoreksi kesulitan-kesulitan profesional.
  • ·
  • Menyampaikan profesionalisme.
  • ·
  • Memperagakan gengsi profesional.
  • ·
  • Memperagakan standar-standar perilaku profesional yang tinggi.
  • ·
  • Membuktikan standar-standar tindak tanduk profesional yang tinggi.
  • ·
  • Memperagakan gaya profesional.
  • ·
  • Memperagakan profil-profil yang profesional.
  • ·
  • Memelihara etika profesional yang tinggi.
  • ·
  • Mengikuti prosedur-prosedur etika.
  • ·
  • Merangsang profesionalisme.
  • ·
  • Melahirkan rasa hormat untuk profesi.
  • ·
  • Memperagakan kesetiaan terhadap profesi.
  • ·

PENUTUP

Bertolak dari pemikiran bahwa abad 21 merupakan perubahan, apa yang disebut dari masyarakat informasi ke masyarakat pengetahuan dan oleh karena itu terjadi pula perubahan paradigma kepemimpinan.

Paradigma kepemimpinan disini mencakup, apa yang disebut dengan Profesionalisme, Kreatifitas dan Inovasi, Antisipatif, oleh karena itu, kepemimpinan dengan keterampilan abad baru seperti fokus, sensitivitas menjadi satu kekuatan untuk menggerakkan kebiasaan pikiran yang mampu memberikan arahan ang terkait content futurisn dan process futurism.

Kepemimpinan dengan keterampilan abad baru harus mampu bersikap yang menunjukkan kemampuan mengkomunikasikan suara hati kepada orang lain dalam memanfaatkan informasi mengenai kemungkinan masa depan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Jadi kepemimpinan berbasiskan paradigma baru sebagai sub-sistem dalam pengelolaan O.B.P. merupakan suatu tantangan dalam peran-peran menjalankan perubahan yang sejalan dengan tuntutan dari perubahan abad, maka kepemimpinan harus mampu menjalankan prinsip-prinsip dalam kepemimpinan yang sejalan dengan paradigma abad baru.

Dengan pokok pikiran diatas, peran kepemimpinan abad baru harus juga mampu mengubah pandangan kesenjangan pola pikir yang bersifat reaktif menjadi proaktif sebagai suatu kekuatan kebiasaan pikiran dalam memanfaatkan informasi mengenai  masa depan yang bertebaran, oleh karena itu peran kepemimpinan untuk mengungkit dari sisi proses, bagaimana memanfaatkan informasi tersebut dari suatu ketidak pastian menjadi kepastian. 

Read Full Post »

BUDAYA ORGANISASI BERBASIS KEBIASAAN DALAM O.B.P.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka organisasi yang dapat merubah suatu impian menjadi satu kenyataan adalah dengan membangun dan mengembangkan sikap dan perilaku secara berkelanjutan kedalam pola pikir yang sama atas ucapan dan perbuatan.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas untuk membangun dan mengembangkan budaya perusahaan yang kuat dan unggul yang sejalan dengan perubahan organisasi yang berkelanjutan, maka budaya organisasi berbasis kebiasaan effektif dapat dilihat dari pendekatan sistem.

Kebiasaan efektif

Nilai Individu

Norma kelompok

Perilaku Organisasi

Keempat sistem yang disebutkan diatas dijelaskan dengan pemahaman sebagai berikut :

Sistem Kebiasaan Efektif, suatu proses yang harus dikembangkan kepada individu, kelompok dan oraganisasi dalam pemahaman bahwa sikap dan perilaku menjadi kuat bila secara berkelanjutan dan konsisten untuk menempatkan pengetahuan (apa dan mengapa dilakukan), keterampilan (bagaimana melaksanakannya) dan keinginan (motivasi / daya dorong berbuat) yang seimbang.

Sistem Perilaku Organisasi, pemahaman yang terkait atas unsur-unsur proses yang berkaitan dengan pribadi-pribadi, peran-peran, antar pribadi, tim-tim, antar tim dan organisasi sendiri.

Sistem Nilai Individu, pemahaman yang terkait dengan pengertian-pengertian yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau yang kurang benar.

Sistem Norma Kelompok, pemahaman yang terkait tentang aturan atau ketentuan yang mengikat anggota kelompok organisasi, dipakai sebagai panduan, tatanan dan kendali tingkah laku yang sesu-ai dan diterima, setiap anggota kelompok harus mentaati yang berla-ku atau dengan kata lain sebagai aturan, ketentuan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau memperbanding-kan sesuatu.

Dengan pendekatan sistem, organisasi dapat membangun budaya organisasi yang kuat artinya perubahan yang diinginkan untuk menjembatani kesenjangan dari budaya lama menuju ke budaya baru melalui proses kebiasaan yang efektif dengan menstrukturkan sistem dan ke-bijakan kedalam nilai individu, norma kelompok dan perilaku orga-nisasi. Jadi dengan membangun kebiasaan yang efektif diharapkan adanya langkah-langkah yang konsisten dan peningkatan partisipasi.

Oleh karena itu, maka pemahaman atas konsisten dan partisipasi perlu dikomunikasikan  dengan baik dalam menanggapi dampak perubahan lingkungan (faktor ektern) yang begitu cepat berubah serta komplek melalui proses pendekatan sistem seperti yang kita utarakan.

Dengan demikian pendekatan sistem sebagai pola pikir akan mampu mengidentifikasi keseluruhan situasi dan merumuskan masalah yang terkait dengan usaha-usaha memecahkan kesenjangan dari cara lama seperti hierarkis, birokrasi dsb menuju cara baru seperti jaringan, pengetahuan dsb., dalam rangka menyeberangi kesenjangan dengan membangun budaya yang kuat.

MENINGKATKAN KINERJA DENGAN BUDAYA

Citra organisasi merupakan hal yang penting baik sebagai basis kegiatan jangka panjang maupun sebagai sarana untuk meningkatkan kebiasaan yang effektif untuk tumbuh dan berkembang pada semua tingkatan pemimpin dan karyawan (lama dan baru) sebagai satu kesatuan yang mengikat.

Citra hanya dibangun atas landasan kepercayaan yang diberikan oleh stakeholders kepada CEO dan pimpinan puncak lainnya, oleh karena itu citra perusahaan / organisasi yang dibangunnya harus mencakup segala sesuatu mulai dari produk perusahaan sampai dengan gaya manajemen, cara pengoperasian, kebijaksanaan sumber daya manusia, kebijkasanaan merk dan iklan, namun walaupun kita menyadari bahwa setiap stakeholder akan memperlihat kepercayaan yang berbeda, disitulah letak tantangan dalam bersikap dan berperilaku bahwa masa kini peningkatan citra perusahaan ditentukan oleh tanggung jawab sosialnya, oleh tindakan nyata bukan sekedar berbicara.

Langkah-langkah yang dimotori oleh CEO dalam membangun budaya untuk meningkatkan kinerja dengan kepemimpinan sbb. ;

LANGKAH SATU, mampu mengungkapkan dalam mengidentifikasi situasi dan merumuskan masalah (kedalam kritis, pokok, insidentil) yang menyebabkan terjadinya kesenjangan cara lama ke cara baru.

LANGKAH KEDUA, dengan memiliki sembilan prinsip kepemimpinan abad 21 berarti ia memiliki kompetensi untuk mengkomunikasikan keputusan strategik dengan isu persfektif berdasarkan intuitif.

LANGKAH KETIGA, membangun konsistensi dan partisipasi yang berkelanjutan kedalam sistem nilai individu, sistem norma kelompok, sistem perilaku organisasi berbasiskan kebiasaan yang effektif.

LANGKAH KEEMPAT, mengevaluasi aktualisasi budaya baru dalam menyeberangi kesenjangan dari cara lama ke cara baru untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang ditingkatkan.

LANGKAH KELIMA, bertolak dari hasil evaluasi dari langkah keempat, maka diperlukan langkah untuk melastarikan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang telah berubah. 

MENGEMBANGKAN BUDAYA YANG FLEKSIBEL

Mengelola masa depan akan sangat ditentukan oleh CEO dan Pimpinan puncak lainnya dalam menangkap gejolak gelombang ketidakpastian, disinilah letak tantangan yang akan dihadapi mereka.

Mengelola masa kini berdasarkan langkah yang telah diambil dengan melaksanakan keputusan strategik dimana strategi telah dirumuskan sesuai dengan lingkungan yang ada, sehingga budaya perusahaan sebagaise penggerak menuntun sikap dan perilaku dalam bertindak.

Sikap dan perilaku masa kini menjadi berurat berakar yang telah ditempa dari pengalaman masa lampau, dalam keadaan tertentu sulit untuk berubah, sehingga tidak heran mereka mengatakan untuk apa kita berubah sedangkan kinerja telah meningkat.

Dalam keadaan demikian, peran CEO sangat menentukan untuk memberikan keteladanan dalam menumbuh-kembangkan sistem kebiasaan yang efektif kedalam sistem secara totalitas dimana peningkatan sistem nilai individu, sistem norma kelompok dan sistem perilaku organisasi tetap memiliki budaya inti didalamnya, namun dengan kepemimpinan yang menekankan kepentingan stakeholders disatu sisi dan disisi lain mewujudkan keberhasilan organisasi yang seimbang dengan kepentingan individu dan kelompok, dipandang perlu CEO untuk mendorong semua pihak terhadap pentingnya sikap dan perilaku untuk membangun antisipatif dalam pola berpikir, sebagai langkah untuk bertindak proaktif dalam menghadapi gelombang perubahan masa depan.

Dengan demikian CEO dan pimpinan lainnya pada semua tingkatan memiliki komitmen yang kuat untuk membangun budaya yang menekankan layanan kepada stakeholders dengan melestarikan budaya inti yang telah dianut bersama dan selalu siap berubah yang sejalan dengan lingkungan bisnis yang berubah.

PERNYATAAN EFEKTIF BUDAYA DALAM

PENINGKATAN KINERJA

SISI KUALITAS PERSONALIA :

  • Jujur, bergembira dan mengikuti prosedur gaya bisnis untuk mencapai tujuan.·
  • Memperagakan perilaku yang menyenangkan dan gembira.
  • ·Memperagakan karisma dan daya tarik yang alami.
  • Memperagakan sifat yang menyenangkan.
  • ·Memiliki tabiat yang tenang.
  • ·Sabar, mantap dan mapan.
  • ·Santai, yakin dan menyenangkan.
  • ·Sopan dan tenang.
  • ·Sangat sopan.
  • ·Memperagakan keluwesan bermasyarakat.
  • ·Hangat dan tulus ikhlas.
  • ·Tulus hati.
  • ·Memperagakan tanggapan positip terhadap situasi negatip.
  • ·Memperagakan perilaku positip, ramah dan santai.
  • ·Memanfaatkan humor secara konstruktif.
  • ·Memperagakan kecerdasan yang tajam.
  • ·Memperagakan semangat yang harmonis dan kerja sama.
  • ·Memiliki daya tarik pribadi.
  • ·Memiliki banyak ciri-ciri pribadi yang bernilai.
  • ·Memperagakan banyak ciri-ciri karekter positip.
  • ·Memperagakan kepribadian pemenang.
  • ·Memperagakan kepribadian yang menyenangkan.
  • ·Memperagakan kepribadian yang giat.
  • ·Memperagakan kepribadian terbuka.
  • ·Memperagakan rasa optimesme yang kuat.
  • ·Menyelaraskan energi dan semangat.

SISI LOYALITAS DAN DEDIKASI :

  • Setia terhadap organisasi, rekan dan bawahan.
  • Memperagakan kesetiaan yang mutlak kepada atasan dan organisasi.
  • ·Membina kesetiaan kepada bawahan.
  • ·Menambah kekuatan atasan.
  • ·Memperlihatkan perilaku positip ke arah pimpinan dan karyawan.
  • ·Menempatkan kepentingan organisasi lebih dulu dari pada karyawan.
  • ·Memperagakan rasa setujuan pribadi yang diperbaharui.
  • ·Tunduk terhadap sasaran organisasi.
  • ·Memperagakan satu kepentingan murni di organisasi.
  • ·Sangat mengabdi.
  • ·Merasa bergengsi di dalam jabatan.
  • ·Memperagakan satu tingkat kejujuran, kesetiaan dan kesatuan yang tinggi.

SISI KEMAMPUAN MANAJEMEN :

  • Secara efektif menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat.
  • Secara efektif memanfaatkan konsep manajemen kontemporer.
  • Membuktikan teknik-teknik manajemen yang produktif.
  • Mndorong manajemen yang partisipatif.
  • Merangsang efesiensi dan kefektifan manajemen.
  • Melipatgandakan keefektifan manajemen.
  • Mengintergrasikan secara gemilang obyektif, peluang dan sumber
  • Merupakan satu asset kuat bagi organisasi.
  • Mengembangkan program-program yang nyata dan masuk akal.
  • Menyusun program-program yang berhasil.
  • Membina dan menggalakkan program penting dengan berhasil.
  • Mengenal  masalah-masalah manajemen utama.
  • Membuktikan satu kemampuan untuk mengenal masalah manajemen dan mengembangkan solusi-solusi.
  • Mengetahui kapan mencari bantuan dari luar organisasi.
  • Mengenal komponen manajemen efektif yang relevan dan dapat ditaksir.
  • Mengevaluasi keefektifan secara akurat.
  • Terus memberitahu manajemen mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan.
  • Unggul di dalam meraih dukungan manajemen.
  • Mempersiapkan secara konsisten rekomendasi yang benar.
  • Memperagakan kekuatan di dalam manajemen S.d.m.
  • Mengadakan manajemen dengan informasi yang valid dan andal bagi perencanaan sumber daya manusia.
  • Menyediakan manajemen dengan informasi akurat tentang dan kelemahan karyawan.
  • Secara efektif memecahkan konflik antar kebutuhan individu dan organisasi.
  • Menghormati ke dua-dua hak karyawan dan wewenang manajemen.
  • Membuktikan satu kemampuan untuk mengatasi kendala intern.
  • Secara efektif memecahkan masalah-masalah yang melanda batas-batas organisasi.
  • Unggul dalam memecahkan konflik-konflik antar departemen.
  • Memperoleh dukungan penuh departemen lain.
  • Mempersatukan organisasi.
  • Mengenal peran penting dari pada tanggung jawab, otoritas dan pertanggungjawaban.
  • Menahan bawahan bertanggungjawab atas hasil-hasil.
    • ·
    • Menghubungkan akibat ke pertanggungjawab.
    • ·
    • Membuktikan kemampuan eksekutip atasan dibawah satu aneka ragam keadaan.
    • ·
    • Menyampaikan gengsi eksekutip.
    • ·
    • Memperagakan kekuatan eksekutip.
    • ·
    • Memperlihatkan kualitas-kualitas yang membuat manajer berhak dan efektif.
    • ·
    • Memperagakan attribut dari pada seorang manajer efektif.
    • ·
    • Memperlihatkan manajemen diri yang kokoh.
    • ·
    • Mengelola diri dengan efektif.
    • ·
    • Memperagakan perilaku manajerial yang efektif.
    • ·
    • Memperagakan gaya manajemen yang efektif, produktif.
    • ·
    • Mengenal perbedaan antar  mengelola dengan melakukan.
    • ·
    • Menghindar pengelolaan dengan krisis.
    • ·
    • Unggul dalam menetapkan, mengukur dan meningkatkan produktivitas.
    • ·
    • Meraih hasil yang tinggi sementara mempertahankan moral tinggi.
    • ·
    • Selalu membuat karyawan sadar tentang kepentingan organisasi.
    • ·
    • Mempromosikan perilaku kerjasama dan upaya tim.
    • ·
    • Membina satu rasa sehaluan dan senasib yang kuat.
    • ·
    • Unggul di dalam perkembangan tim yang bertanggungjawab
    • ·
    • .Meraih prestasi tim yang maksimal.
    • ·
    • Meraih kefektifan kerjasama.
    • ·
    • Berjuang untuk prestasi yang maksimal.
    • ·
    • Mendorong upaya kearah sasaran-sasaran umum.
    • ·
    • Unggul dalam mengembangkan strategi kerjasama.
    • ·
    • Membesarkan daya guna sumber perusahaan.
    • ·
    • Bertangjang jawab atas daya guna personalia yang efektif dan efisien.
    • ·
    • Menyediakan bawahan-bawahan dengan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk meraih hasil.
    • ·
    • Meraih hasil melalui bimbingan yang tepat dari bawahan.
    • ·
    • Memberikan bimbingan yang jelas.
    • ·
    • Mengembangkan satu usaha departemen yang melekat.
    • ·
    • Sadar tentang awal potensi departemen.
    • ·
    • Memelihara pengawasan kontrol perusahaan.
    • ·
    • Patuh terhadap semua kebijakan, prosedur dan peraturan tradisi.
    • ·
    • Menggalakkan secara efektif kebijakan, peraturan dan struktur.
    • ·
    • Memelihara standar-standar etika yang tinggi.
    • ·
    • Memperagakan etika yang sehat.
    • ·
    • Mengikuti hukum perilaku yang benar.
    • Secara efektif mengakui kebutuhan untuk perubahan.
    • Secara efektif mengelola perubahan.
    • Mengimplementasikan perubahan dengan kecil penolakan.
    • Menanggung penolakan terhadap perubahan dengan efektif.
    • Mengimplementasikan perubahan dengan satu dampak positip.
    • Tetap waspada terhadap kelemahan, kekuatan, ancaman, peluang peluang yang menghadang organisasi.
    • Unggul di dalam memposisikan untuk masa mendatang.

PENUTUP

Salah satu sub-sistem sebagai pondasi berdirinya organisasi yang efektif agar kekuatan mengelola organisasi berbasiskan pengetahuan terletak pada keputusan strategik yang dirumuskan secara abstrak dan dapat diwujudkan secara konkrit denga menerapakan budaya organisasi yang kuat. Oleh karena itu mengelola itu diperlukan adanya keputusan formal yang berkaitan dengan budaya yang dapat diterima oleh semua pihak.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dengan kekuatan sistem yang dibangun diharapkan dengan kekuatan kebiasaan pikiran itu diharapkan mampu menggerakkan kekuatan nilai individu, norma kelompok, dan perilaku organisasi sebagai sub-sistim yang membrikan daya dorong yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan efektif.  

Jadi memanfaatkan kekuatan kebiasaan pikiran akan mampu mendorong kekuatan daya kemauan untuk bersikap dan berperilaku dimana peran kemimpinan sebagai CEO akan mampu 1) menjelaskan keputusan strategic yang telah dirumuskan ; 2) mengkomunikasikannya secara baik dan terbuka ; 3) diharapkan dengan budaya formal menjadi pendorong untuk penyesuaian kebiasaan dalam kehidupan berorganisasi.

Read Full Post »

PENDAHULUAN

Mengelola O.B.P dalam kerangka mendayagunakan kerja, jabatan, peran, pekerjaan, fungsi dan tugas kedalam organisasi pembelajaran merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan pengorganisasian yang fleksibel dan mudah dikontrol artinya disatu sisi mampu menyesuaikan diri pada setiap perubahan dan disisi lain setiap orang mempunyai komitmen untuk memberikan konstribusi dalam semua aspek kontrol (pengendalian dan pengawasan)

Dengan melaksanakan O.B.P untuk membangun manajemen yang pro-duktif akan memperjelas satu konsepsi mengenai

KERJA , suatu konsepsi luas yang menghubungkan seseorang dengan alat-alatnya dan dengan orang-orang lain yang melakukankegiatan yang seruapa dalam pengorganisasian pemasaran.

JABATAN , merupakan suatu titik tertentu dalam struktur formal organisasi yang menentukan kekuasaan bagi orang-orang yang ditunjuk.dalam pengorganisasian pemasaran.

PERAN , sekumpulan kewajiban yang dihasilkan oleh beberapa  orang yang berarti dan orang yang memegang suatu jabatan dalam pengorganisasian pemasaran.

PEKERJAAN ,  syarat khusus untuk menghasilkan suatu produk atau mencapai suatu sasaran dalam pengorganisasian pemasaran.

FUNGSI, sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran dalam pengorganisasian

TUGAS, suatu kegiatan tertentu dari suatu fungsi yang seringkali terikat kepada waktu dan tempat dalam pengorganisasian pemasaran.

Dengan memahami konsep tersebut diatas, maka pemahaman atas manajemen O.B.P. akan mencakup :

  1. Faktor-faktor yang mendorong akan pelaksanaannya.
  2. Pemahaman untuk dapat melaksanakan pembaharuan berencana dan berkesinambungan.
  3. Langkah-langkah pembaharuan.
  4. Pendekatan sistem dalam membangun organisasi pembelajaran.
  5. Organisasi berbasis pengetahuan.
  6. Budaya organisasi berbasiskan kebiasaan yang efektif.
  7. Gaya kepemimpinan berbasiskan paradigma baru.
  8. Mengelola area kunci berbasiskan data dan fakta.
  9. Sistem informasi berbasiskan teknologi informasi.
  10. Mengelola perubahan berbasis BPR.
  11. R & D berbasis kebutuhan pelanggan.
  12. Operasi berbasiskan produktivitas.
  13. Pemasaran berbasiskan kepuasan pelanggan.
  14. Keuangan dan akuntansi berbasiskan steakholders.
  15. Sumber daya manusia berbasiskan kompetensi.

Pemahaman atas hal-hal yang diungkapkan diatas mendorong atas pendayagunaan atas kerja, jabatan, peran, pekerjaan, fungsi dan tugas dalam O.B.P. diperlukan kekuatan daya pendorong untuk melaksanakan pengembangan organisasi pemelajaran menjadi suatu kebutuhan.

Perhatikan apa yang dikemukakan oleh Gordon & DR.Jeannette Vos, dalam bukunya “The Learning Revolution” bahwa revolusi cara belajar didasarkan pada delapan keyakinan utama :

  1. Dunia sedang bergerak sangat cepat melalui titik-balik sejarah yang amat menentukan.
  2. Kita hidup di tengah revolusi yang mengubah cara hidup kita, berkomunikasi, berpikir, dan mencapai kesejahteraan.
  3. Revolusi ini akan menentukan cara kita dan anak-anak kita bekerja, mencari nafkah dan menikmati hidup secara keseluruhan.
  4. Untuk pertama kalinya dalam sejarah hampir segala hal mungkin dilakukan.
  5. Sayangnya di setiap negara mungkin hanya adasatu dari setiap lima orang yang tahu benar cara memanfaatkan gelombang perubahan ini dengan cerdik bahkan di negara maju sekalipun.
  6. Jika kita tidak mampu mencari alternatif penyelesaian atas persoalan tersebut, 20 % elit tersebut akan menikmati 60 persen pendapatan nasional , sedangkan 20 persen yang termiskin hanya mengecap 2 persen. Itulah kondisi yang memastikan terjadinya kemiskinan, kegagalan sekolah, kejahatan, penyalahgunaan obat-obatan, keputus-asaan, kekerasan dan ledakan sosial.
  7. Oleh karena itu, kita membutuhkan revolusi belajar untuk mengimbangi revolusi informasi, agar semua orang dapatmenikmati keuntungan bersama dari potensi (sumber daya manusia) yang luar biasa.
  8. Untungnya, revolusi tersebut yang membantu kita mempelajari segala hal secara lebih cepat dan lebih baik juga berjalan semakin cepat. “

Sejalan dengan pemikiran yang dikemukakan diatas, maka membangun Organisasi Berbasis Pengetahuan (OBP) merupakan langkah strategis berdasarkan keputusan intuitif dalam kerangka persfektif, sehingga menjadi satu kekuatan Kepemimpinan dalam menanggapi suatu ungkapan “tak ada yang permanen kecuali perubahan itu sendiri”.

Oleh karena itu dalam membangun OBP diperlukan satu cara untuk melaksanakan intervensi dengan kemampuan dari dalam bukan datang dari luar. Melalui suatu proses dengan membangun organisasi pembelajaran, agar semua pihak yang mempunyai kepentingan berperan aktif dalam memberikan konstribusinya.

Dengan membangun organisasi berbasis pengetahuan diharapkan terbangun suatu organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol artinya organisasi sebagai alat dimana, didalamnya terdapat sumber manusia yang selalu siap untuk berubah sesuai dengan perubahan itu sendiri, akan tetapi sangat ditentukan peran eksekutip yang memainkan peran sejalan dengan kepemimpinannya yang dapat memberikan kekuatan untuk menjadi pendorongnya dalam melaksanakan pembaharua sesuai dengan kebutuhan masa yang akan datang

PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem bukanlah suatu teori artinya bukan teori sistem, meskipun ada aspek-aspek teoritis pemikiran sistem walaupun begitu dalam kenyataan sering kita jumpai label teori sering ditempelkan pada pemikiran atau konsep sistem.

Jadi pendekatan sistem adalah suatu cara pemikiran yang bersifat interdisipliner, oleh karena itu ia kaya akan konsep dan praktek sehingga memberikan pendekatan yang hidup dalam memberikan jawaban  dan pernyataan dalam menawarkan “persfektif kepada ketidakpastian “

Bertolak dari pemikiran diatas, maka pendekatan sistem dalam implementasi “OBP (Organisasi Berbasis Pengetahuan) sebagai pemikiran sistem bersifat holistik (sebagai suatu kesatuan) dan kontekstual (bergantung pada konteknya). Pemikiran sistem tidak hanya berfokuskan pada totalitas dan komponen-komponennya tetapi juga memperhatikan lingkungannya.

Dengan demikian pendekatan sistem dalam kerangka berpikir pembangunan OBP dan implementasinya adalah pemikiran yang konseptual dan rasional artinya suatu pemikiran yang sifatnya sistimatis, metodis, koheren, berencana, dan analitis dengan memperhitungkan acuan, hubungan-hubungan dan tujuan.

Sejalan dengan pemahaman dalam kerangka berpikir sistem, maka pemahaman yang efektif tentang OBP dengan pendekatan sistem adalah seperangkat obyek dengan keterkaitan antar obyek dan hubungan antar atributnya atau dengan kata lain sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terjalin dari :

1) sejumlah bagian ;

2) hubungan bagian dalam keterkaitannya ;

3) atribut dari bagian-bagian itu dan hubungannya.

Secara singkat dapat pula kita katakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas dsb.

Organisasi sebagai alat untuk merealisir visi, misi, tujuan (kualitatip) dan sasaran (kuantitatip), maka mau tidak mau harus mengikuti atas perubahan lingkungan.

Untuk hidup dan bertahan dalam masyarakat informasi dan masyarakat pengetahuan di abad 21 ini, organisasi dimanifestasikan terutama dalam hubungan dua faktor yaitu fleksibelitas dan mudah dikontrol.

Jadi ukuran dan waktu bukanlah penyebab pertumbuhan dan menjadi tua seolah-olah perusahaan yang besar dengan tradisi yang lama disebut tua, sedangkan perusahaan kecil tanpa tradisi disebut muda.

Muda berarti organisasi itu dapat berubah relatip mudah, tua berarti adanya perilaku yang dikontrol namun tidak fleksibel.

Oleh karena itu suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai organisasi yang memiliki sifat fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap inilah dinamakan PRIMA. Organisasi dalam posisi prima benar-benar dilengkapi untuk menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi, kompetensi dan kebutuhan pelanggan.

Berdasarkan pemikiran yang kita kemukakan diatas, maka pendekatan sistem sebagai suatu cara menggambarkan organisasi sebagai sistem totalitas yang terdiri dari empat sistem (sub-sistem) dalam pemahaman untuk memikirkan dengan efektif, menganalisanya, mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dalam fungsi menyeluruh dan melaksanakannya.

MODEL ORGNISASI BERBASIS PENGETAHUAN (OBP)

Didalam model ini terdapat subsistem yang terdiri dari :

1. Buddaya organisasi berbasis kebiasaan (BOBK)

2. Kepemimpinan berbasis paradigma baru (KBPB)

3. Mengelola area kunci berbasis data dan fakta (MAKBDF)

4. Sisten informasi berbasis teknologi informasi (SIBTI)

5. Mengelola perubahan berbasis BPR (MPBBPR)

6. R&D berbasis kebutuhan pelanggan (RDBKP)

7. Operasi berbasis produktivitas (OBPR)

8.Pemasaran berbasis kepuasan Pembeli (PBKP)

9.Keuangan dan akuntansi berbasis steakholders (KABS)

10.Sumber daya manusia berbasis kompetensi (SDMBK)

11.Organisasi berbasis pengetahuan (OBP)

Organisasi berbasis pengetahuan (OBP) menjadi subsistem dan saling terkait dengan subsistem yang lainnya kedalam sistem membangun sistem organisasi pembelajaran.

SUBSISTEM ORGANISASI BERBASIS PENGETAHUAN

Sejalan dengan pemahaman dalam kerangka berpikir diatas, maka pemahaman yang efektif tentang organisasi berbasis pengetahuan dengan pendekatan sistem dimaksudkan adalah seperangkat obyek dengan keterkaitan antar obyek dan hubungan antar atributnya atau dengan kata lain sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terjalin dari :

1) sejumlah bagian ;

2) hubungan bagian dalam keterkaitannya ;

3) atribut dari bagian-bagian itu dan hubungannya.

Secara singkat dapat pula kita katakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas ; susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas dsb.

Organisasi sebagai alat untuk merealisir visi, misi, tujuan (kualitatip) dan  sasaran (kuantitatip), maka mau tidak mau harus mengikuti atas perubahan lingkungan. Untuk hidup dan bertahan dalam masyarakat informasi dan masyarakat pengetahuan di abad 21 ini, organisasi dimanifestasikan terutama dalam hubungan dua faktor yaitu fleksibilitas dan mudahnya dikontrol.

Hal itu laksana perbedaan antara seorang bayi dan orang yang lebih tua. Bayi itu sangat fleksibel dan dapat memasukkan kakinya kedalam mulutnya, namun gerakan-gerakan dan perilakunya agak sulit dikontrol. Dengan meningkatnya usia kita akhirnya seseorang yang lebih tua juga akan kehilangan sifatnya yang dapat dikontrol.

Jadi ukuran dan waktu bukanlah penyebab pertumbuhan  dan menjadi tua seolah-olah perusahaan yang besar dengan tradisi yang lama disebut tua, sedangkan perusahaan yang kecil tanpa tradisi disebut muda. Muda berarti organisasi itu dapat berubah relatip mudah, tua berarti adanya perilaku yang dikontrol namun tidak fleksibel.

Oleh karena itu suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai organisasi yang memiliki sifak fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap inilah dinamakan PRIMA.

Organisasi dalam posisi prima, benar-benar diperlengkapi untuk menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi, kompetensi dan kebutuhan pelanggan.

Berdasarkan pemikiran yang kita kemukakan diatas, maka pendekatan sistem sebagai suatu cara menggambarkan organisasi sebagai sistem totalitas yang terdiri dari empat sistem (sub-sistem) dalam pemahaman untuk memikirkan dengan efektif, menganalisanya, mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dalam fungsi menyeluruh dan melaksanakan.

  • Keempat sistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

Sistem

Kepemimpinan

Sistem Manajemen
Sistem Pengetahuan
Sistem Sumber daya

Secara singkat keempat sistem tersebut dapat dikemukakan dalam pemahaman kita yang terkait dengan kefektifan organisasi sbb. :

Sistem Kepemimpinan adalah suatu sistem yang akan memperlihatkan sikap dan perilaku seorang pemimpin pada semua tingkatan organisasi  dalam menjalankan perannya untuk mempenga-ruhi orang lain sebagai : Titik pusat dari proses yang terjadi dalam kelompok ; Kepribadian dan akibatnya ; Seni membentuk kepatuhan ; Penggunaan pengaruh ; Perbuatan ; Bentuk persuasi ; Hubungan kekuasaan ; Alat mencapai tujuan ; Efek saling hubungan ; Perbedaan peran ; Penggerak awal tata hubungan kerja .

Sistem Sumber Daya adalah suatu sistem tersedianya faktor-faktor produksi seperti tanah, bangunan, mesin, uang, manusia dsb. yang dipakai dalam kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa serta mendistribusikannya, jadi segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba.

Sistem Pengetahuan adalah suatu sistem yang memperlihatkan bahwa organisasi sebagai sumber pengetahuan dimana adanya fakta atau keadaan dalam mengetahui sesuatu yang sama di mana didapatkan melalui pengalaman atau pengasosiasian. Jadi akan terkait dengan jumlah informasi, apa kegunaannya dan bagaimana mempergunakannya.

Sistem Manajemen adalah sustu sistem yang memperlihatkan bagaimana suatu organisasi dikelola dengan media informasi, jalur arus informasi, strategi, kebijaksanaan, prosedur, metoda, instruksi, program, laporan, dan lain-lain yang terkait dengan menjalankan or-ganisasi secara produktif (efesien, efektif dan berkualitas).

MERANCANG ORGANISASI

Organisasi adalah alat yang berfungsi untuk menggerakkan pelaksanaan sistem dan subsistem dalam organisasi karena itu dengan sengaja direncanakan dan struktur disusun sebagai suatu sistem kegiatan yang terkoordinasi, sehingga ia dapat berperan untuk memberikan konstribusi bagi pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dan sejauh mana bersifat logis dan mendukung proses komunikasi, koordinasi dan kontrol.

Pada bagian terdahulu telah kita tegaskan bahwa dilihat dari sisi daur hidup yang akan dituju adalah suatu oraganisasi yang prima yang berarti memiliki tingkat fleksibilitas dan mudah dikontrol sesuai dengan pradigma untuk memahami bisnis dalam abad 21 agar setiap organisasi yang dibangun membantu peningkatan inovasi, antisipasi dan keunggulan.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka langkah-langkah untuk me-rancang organisasi mencakup :

LANGKAH SATU : merumuskan pondasi dalam meletakkan fungsi-fungsi organisasi yanga mencakup :

1) mekanisme koordinasi ;

2) bagian-bagian dasar dalam organisasi ;

3) organisasi sebagai suatu sistem alur.

LANGKAH KEDUA : membuat analisis terhadap rancangan parameter mencakup kelompok :

a) disain posisi (parameter disain :

1.spesialisasi pekerjaan ;

2. formalisasi perilaku ;

3. pelatihan dan indotrinasi) ; keterkaitan konsep (dasar divisi tenaga kerja ; standarisasi isi ; sistem pengaturan alur-alur ; standarisasi keterampilan ;

b) disain superstruktur (parameter disain :

4. pengelompokan unit ;

5. ukuran unit) ; keterkaitan konsep : (supervisi langsung ; divisi adm. Tenaga kerja ; sistem dari kekuasaan formal ; pengatur alur ; komunikasi informal dan konstilasi kerja ; organigram)

c) disain keterkaitan-keterkaitan lateral (parameter disain :

6. sistem perencanaan dan kontrol ;

7. laisen device) ; keterkaitan konsep : (standarisasi output ; sistem pengatur alu-alur ; penyesuaian kebersamaan ; sistem komunikasi informal, konstilasi kerja, dan adhoc proses keputusan)

d) disain sistem pembuatan keputusan (parameter disain :

8. Desentralisasi vertikal ;

9. desentralisasi horizontal) ; keterkaitan konsep

(divisi adm. Tenaga kerja ; sistem-sistem komunikasi informal, konstilasi kerja dan adhoc proses keputusan).

LANGKAH KETIGA : membuat analisis faktor-faktor kontengensi.

Struktur organisasi yang efektif akan menunjukkan adanya hubungan antara struktur dengan prestasi berdasarkan studi dalam dua hiphotesa yaitu :

Pertama hiphotesa keharmonisan artinya struktur yang efektif memerlukan hubungan yang baik antara faktor-faktor kontegensi dan rancangan parameter-parameter atau dengan kata lain keberhasilan mendisain organisasi dimana strukturnya sesuai dengan situasinya.

Kedua apa yang disebut dengan hiphotesa konfigurasi artinya struktur yang efektif memerlukan konsisten internal diantara rancangan parameter-parameter.

LANGKAH KEEMPAT : membuat konfigurasi struktural.

Dengan memperhatikan fungsi-fungsi organisasi, analisis disain parameter-meter-parameter dan analisis faktor-faktor kontigensi, maka konfigurasi-rasi struktural yang yang pada umumnya terdapat dan banyak digu-nakan apa yang disebut dengan struktural sederhana ; birokrasi mesin ; birokrasi profesional ; struktur divisional ; adhoccracy.

ORGANISASI MODEL LAMA VS MODEL BARU

Model lamaa Model baru

Tugas & tanggung jawab  : Terikat                          Jaringan

Perintah & kontrol            : Hierarki                         Datar

Aturan & prosedur            : Tetap                             Fleksibel

Stereotype                         : Serupa                           Terbagi-bagi

Nasional                            : Internasional Div.          Global

* Posisi / pekerjaan individu sebagai      * Tim sebagai unit dasar

unit dasar organisasi                                 organisasi

* Relasi dengan lingkungan    * Jaringan bersama

dihandel oleh keterikatan                         lingkungan

* Alur informasi secara vertical              * Alur infprmasi vertical &

horizontal

* Penekanan pada struktur                      * Penekanan pada proses

* Penekanan pada aturan-aturan             * Penekanan pada hasil &

dan prosedur standar                               pelanggan

* Waktu tetap                                            * Waktu kerja fleksibel

* Jalur karir linier                                    * Jalur karir fleksibel                                     

* Sistem ganjar dan evaluasi  * Sistem ganjar dan evaluasi

distandarisasi                                          disesuaikan.

* Fokus dan spesialisasi para                 * Fokus dan spesialisasi

Individu                                                  organisasi

* Lingkungan ditetapkan dalam            * Lingkungan dipandang

ketentuan negara                                    sebagai global

* Etnosentris                                          * Internasional.

PERNYATAAN EFEKTIVITAS UNTUK

PENILAIAN PERFORMA

SISI TUJUAN DAN SASARAN :

  • Mengawasi kualitas dari pada variabel yang terpenting yang menyebabkan perwujudan sasaran dan tujuan departemen.
  • ·
  • Unggul di dalam merencanakan, meramalkan, menyusun tujuan dan menentukan alur tindakan.
  • ·
  • Mengembangkan secara efektif tujuan-tujuan individu, departe-men dan organisasi untuk meraih sasaran-sasaran.
  • ·
  • Membaurkan secara efektif tujuan-tujuan individu dengan sasaran organisasi.
  • ·
  • Menyusun tujuan-tujuan yang sesuai dengan sasaran organisasi.
  • ·
  • Unggul dalam merumuskan tujuan-tujuan dan rencana tindakan.
  • ·
  • Mmbentuk secara jelas tujuan-tujuan untuk mencapai dampak  produktif secara siknifikan.
  • ·
  • Membentuk target-target performansi baik jangka pendek dan jangka panjang.
  • ·
  • Menyusun, mendapatkan dan mengelola sasaran managerial.
  • ·
  • Menyusun sasaran-sasaran inovasi.
  • ·
  • Merumuskan sasaran-sasaran yang realistis.
  • ·
  • Membentuk sasaran-sasaran spesifik.
  • ·
  • Menentukan secara efektif sasaran-sasaran yang menghasilkan.
  • ·
  • Unggul di dalam persepsi sasaran-sasaran.
  • ·
  • Unggul di dalam memproritaskan sasaran-sasaran.
  • ·
  • Mencakup setiap sasaran yang dinilai oleh organisasi.
  • ·
  • Mengkomunikasikan sasaran-sasaran secara efektif.
  • ·
  • Mengembangkan sasaran-sasaran secara efektif.
  • ·
  • Meraih sasaran-sasaran kognitif.
  • ·
  • Memperagakan visi tujuan-tujuan secara jelas.
  • ·
  • Membentuk tujuan-tujuan yang layak dan dapat diraih.
  • ·
  • Menysun tujuan-tujuan nyata.
  • ·
  • Menyusun target-target yang dapat dicapai.
  • ·
  • Menyusun tujuan-tujuan perorangan yang memaksa.
  • ·
  • Menyusun tujuan-tujuan yang pantas.
  • ·
  • Mngembangkan tujuan-tujuan scara efektif.
  • ·
  • Merupakan sorang pencari tujuan-tujuan.
  • ·
  • Membentuk tujuan dan maksud secara jelas.
  • ·
  • Membentuk standar-standar performansi dan sasaran-sasaran yang relepan, benar dan efektif.
  • ·
  • Membentuk tujuan-tujuan yang khusus dan dapat diukur.
  • ·
  • Menysun secara efektif sasaran-sasaran performansi.
  • ·
  • Membentuk tujuan-tujuan kelompok secara efektif.
  • ·
  • Secara efektif, menyusun, mengumpulkan dan mengorganisir  sumber-sumber untuk memenuhi tujuan-tujuan.
  • ·
  • Sadar akan tujuan-tujuan jangka panjang dan kerangka konsep yang lebih luas.
  • ·
  • Mengevaluasi tujuan-tujuan secara efektif.
  • ·
  • Memperagakan ketulusan dan sasaran-sasaran.
  • ·
  • Memakai tujuan-tujuan untuk memelihara daya semangat.
  • ·
  • Meraih dan melampaui tujuan-tujuan.
  • ·

SISI PENGORGANISASIAN

  • Mengembangkan secara efektif kapabilitas organisasi dan inter-grasi sasaran-sasaran.
  • ·
  • Mengembangkan program-program untuk meningkatkan keefek-tifan  departemen dan operasi organisasi keseluruhan.
  • ·
  • Membina keefektifan organisasi.
  • ·
  • Unggul di dalam mengembangkan pekerjaan, organisasi, struktur dan sistem.
  • ·
  • Mempertahankan tingkat minimum organisasi.
  • ·
  • Menghindarkan jumlah staff yang berlebihan.
  • ·
  • Memaksimalkan produktivitas organisasi.
  • ·
  • Mendorong aksi organisasi berkerjasama.
  • ·
  • Mengatasi kendala-kendala organisasi.
  • ·
  • Membuat energi dan potensi organisasi yang lebih besar.
  • ·
  • Memberikan kontribusi besar kepada pertumbuhan organisasi.
  • ·
  • Menggunakan satu pengaruh positip atas iklim organisasi.
  • ·
  • Menangani dengan iklim organisasi secara efektif.
  • ·
  • Memperagakan satu genggaman yang luas mengenai organisasi.
  • ·
  • Mengenal kebutuhan-kebutuhan organisasi.
  • ·
  • Mendorong semangat pertanggungan jawab di seluruh aspek organisasi.
  • ·
  • Memperagakan suatu pendekatan teratur terhadap jabatan.
  • ·
  • Menyusun pekerjaan dengan baik.
  • ·
  • Menyusun secara efektif untuk mencapai hasil yang lebih besar.
  • ·
  • Membuktikan satu pendekatan yang sistimatis di dalam melaksa-nakan tugas.
  • ·
  • Sangat teratur dan sistimatis.
  • ·
  • Sangat teratur di dalam perencanaan dan pelaksanaan.
  • ·

PENUTUP

Dalam memasuki gelombang perubahan, salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mepertahan posisi pada daur hidup organisasi yang mampu untuk bertahan dan tumbuh berkelanjutan merupakan kekuatan yang harus terus menerus.

Sejalan dengan pikiran tersebut, maka perlu melihat tantangan masa depan bukan menghadapi persaingan yang akan dihadapi melainkan kebiasaan pikiran yang mampu memberikan daya kemauan yang kuat untuk merebut peluang-peluang yang terbuka dan disitu terletak adanya ketidakpastian.

Oleh karena itu, adalah satu tantangan untuk melatakkan landasan yang kuat yang kita sebut „membangun organisasi berbasiskan pengetahuan“, dalam hal ini perlu dirumuskan pemikiran-pemikiran yang kita ungkapkan dibawah ini :

Keputusan strategik :

Organisasi sebagai alat untuk menggerakkan keputusan strategik

dapat dikelompokkan kedalam tingkatan organisasi sbb.

CEO & pimpinan puncak

Kelompok divisi

Kelompok Unit bisnis

Kelompok fungsional

Langkah-langkah dalam proses perumusan keputusan strategik itu mencakup perumusan yang sejalan dengan tingkatannya yaitu :

Tingkat Corporate adalah rumusan yang dibuat oleh CEO dan Pim-pinan puncak lainnya serta staff yang dilibatkan untuk merumuskan pernyataan-pernyataan yang terkait dengan  dengan ISU-ISU PERS-FEKTIF dengan memanfaatkan pemikiran INTUITIF :

  • Pernyataan VISI yang menggambarkan harapan dan cita-cita masa depan yang hendak dicapai dalam bentuk artikulasi dari citra, budaya, arah dan tujuan. Pernyataan itu menjadi efektif, bila mengandung unsur 1) konsep yang terfokuskan ; 2) memberikan daya dorong dalam bersikap dan berperilaku serta manfaat kontribusinya ; 3) logis untuk dilaksankannya.

  • Pernyataan MISI yang menggambarkan sarana untuk mewujud-kan visi diatas. Pernyataan itu menjadi efektif bila mengandung unsur yang terkait dengan 1) ada kejelasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam keberadaan organisasi itu sendiri ; 2) landasan prinsip atas keberadaannya ; 3) apa yang membuat sarana menjadi unggul dari yang lainnya.

  • Pernyataan TUJUAN-TUJUAN (GOALS) yang menjabarkan misi, menggambarkan secara kualitatif tentang pencapaian secara menyeluruh atas keberhasilan organisasi dimasa depan. Pernyataan itu menjadi efektif bila mengandung unsur yang terkait dengan 1) konsisten dalam perumusan yang terkait dengan visi dan misi yang ditetapkan ; 2) kejelasan waktu dalam pencapai-annya 3) secara jelas dapat menuntun kedalam rencana tindakan.

  • Pernyataan SASARAN-SASARAN (OBJECTIVES) yang menggambarkan secara kuantitatif yang menunjukkan bagai-mana tindakan dan hasil-hasil yang ingin dicapai, sebagai jabaran dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Sasaran tersebut menjadi efektif, bila mengandung unsur yang terkait didalamnya mencakup 1) setiap sasaran yang ditetapkan harus dapat diukur ; 2) sasaran yang ditetapkan haruslah terkait secara jelas dengan tujuan yang ditetapkan ; 3) harus secara jelas jangkauan waktu untuk menyelesaikan sasaran yang ditetapkan ; 4) dapat dijabarkan dalam langkah tindakan yang berencana ; 5) dapat bersifat fleksiblitas dan mudah dikontrol.

  • · Pernyataan STRATEGI yang menggambarkan dengan diawali  rumusan sebagai strategi induk dari hasil analisis SWOT sebagai tindakan yang terintegrasi dalam merealisasikan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

  • Pada tingkat DIVISIONAL, BISNIS UNIT, FUNGSIONAL, merupakan langkah-langkah untuk menjabarkan pernyataan-pernyataan dari tingkat CORPORATE dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal kedalam ISU-ISU POSISI dan PERFORMA kedalam pemikiran RENCANA JANGKA PANJANG dan RENCANA JANGKA PENDEK.

  • Pada tingkat divisional, bisnis unit, fungsional, termasuk didalamnya rumusan-rumusan yang berkaitan dengan :

Pernyataan KEBIJAKSANAAN menggambarkan seperangkat pe-ngaturan dan petunjuk sebagai pelaksanaan dari strategi yang telah ditetapkan dalam kerangka dari mana rencana yang telah diformula-sikan.

a.Pernyataan PROGRAM yang menggambarkan bagian rencana yang telah disusun secara sistimatis dalam komponen tugas menurut sumber daya, perioritas dan jadwal yang ditetapkan.

b.Pernyataan ANGGARAN yang menggambarkan rincian dari suatu rencana yang disusun secara sistimatis yang mencakup seluruh kegiatan organisasi, yang dinyatakan dalam unit (kesatu-an) mata uang dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.

Read Full Post »

WAWASAN ENTREPRENEUR DALAM PEMAHAMAN DEMOKRASI DALAM ARAH PERSFEKTIF

PENDAHULUAN

Menjelang Pemilu 2009, pada saat ini sudah terdapat pada Departemen Hukum dan Ham 95 buah partai lama dan baru mendaftarkan untuk mendapatkan pengesyahan berbadan hukum. Diantaranya lahir dari partai-partai besar dimana muncul dari gagasan yang ingin pembaharuan tapi tidak tersalurkan akhirnya mereka berontak menderikan partai tandingan.

Begitu mudahnya isu berkembang keinginan angkatan muda mengambil alih tampuk pimpinan dari angkatan tua, isu ambisi para politikus merebut kekuasaan aparil 2009, isu kasus-kasus KKN, isu pemekaran wilayah, isu pilkada, isu wafatnya Soeharto dsb, semua situasi tersebut mudah sekali dijadikan oleh pihak ketiga untuk melahirkan sikap dan perilaku yang pro dan kontra, dalam kehidupan masyarakat yang terpuruk.

Apakah situasi tersebut tidak mendorong manusia menemukan jati diri dalam berusaha untuk kebangkitan ummat dalam usaha mencari penyelesaian masalah daur hidup berbangsa dan bernegara yang sudah hampir pada daur posisi kematian. Mampukah angkatan muda dan tua bersatu menemukan jiwa tanpa topeng kepalsuan.

Seandainya kita percaya kerjasama membuat impian menjadi kenyataan , berarti dengan kedewasaan berpikir (dewasa disini tidak ditentukan oleh tingkat umur) manusia dapat memikirkan kekuatan pikiran untuk mmanfaatkan “OTAK” dalam arti rohaniah menjadi (O)rang, (T)awakal, (A)manah, (K)erja untuk memahami arti “Perubahan” bagi manusia yang tidak dewasa berikir berarti krisis bagi mereka yang tidak tahu, sebaliknya manusia yang mampu berpikir dewasa berarti kesempatan bagi yang tahu.

Dengan pemikiran itu, orang akan mengerti mengenai manusia “siapa, darimana dan kemana” untuk menuntun sikap dan perilaku dalam perjalanan hidup yang abadi, sehingga ia memahami benar makna kebebasan berkehendak.

Jadi kebebasan berkehendak sebagai landasan kita berpikir karena ia merupakan unsur dari keseluruhan dalam tubuh kebebasan manusia yang utuh dan lengkap yang tidak dapat dipisahkan dari unsur lainnya dengan kekuatan manusia yang bersedia memikul amanat.

Bagi seorang muslim sejenak ia akan merenungkan “kehancuran orang yang mendustakan kebenaran dan pertanggungan jawab masing masing manusia atas perbuatannya seperti yang termuat dalam QS. 53 : 39 – 42 :

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh  selain apa yang telah diusahakannya, (39) ; Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) (40) ; Kemudian akan diberi balasankepadanya dengan balasan yang paling sempurna, (41) ; dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu) (42)

Dengan memperhatikan pemikiran diatas, marilah kita pertama menemukan titik temu dalam proses berpikir sehingga dengan membangun kesamaan pola berpikir sebagai pemahaman konsep dapat menuntun sikap dan perilaku sehingga setiap ucapan akan sejalan dengan perbuatan.

Jadi untuk menghindari silang pendapat yang banyak diutarakan politikus, yang kadang kala mendorong suatu kondisi gelombang ketidakpastian yang dapat mengamcam keutuhan bangsa dengan isu dengan demokrasi kita memilih calon presiden, sedangkan warga tidak pernah mendapatkan dari partai politik mengenai pemberdayaan demokrasi.

DEMOKRASI DALAM REFORMASI

Pada era reformasi, ada saja orang berpendapat bahwa demokrasi sebagai pola strategi perjuangan, sehingga tidak heran orang mempertentang pandangan Amien Rais berjuang merebut kekuasaan datang dari atas karena kitidak adilan orde baru sedangkan Gus Dur mendorong kalangan ummat Islam yang menempatkan strategi perjuangan ummat sebagai bagian dari perjuangan demokrasi.

Dampak pandangan dari kedua tokoh ini, dijadikan alat pemecah pihak ketiga untuk tidak mempertemukan dua tokoh Islam tersebut, lihatlah pandangan mereka mengenai ICMI. Sehingga dalam perjuangan selalu berseberangan dalam sikap dan perilaku.

Mungkin cara pandang keduanya tidak salah, tapi yang salah adalah pembelajaran demokrasi itu belum siap bagi pengikutnya sehingga orang Islam yang ada dalam Eksekutif, legislatif dan Yudikatif, menjalankan Demokrasi bertujuan untuk merebut kekuasaan, sehingga orang lupa setelah memegang kekuasaan menjadi alat Pribadi yang mampu mengubah sikap dan perilaku sebagai manusia yang kiblat kepada materialisme.

Oleh karena itu, keadaan telah menunjukkan kepada kita dalam era reformasi tidak pernah kerjasama ummat beragama membuat impian, paham demokrasi menjadi kenyataan karena semua pihak yang terlibat saat memanfaatkan demokrasi menjadi tujuan untuk merebut kekuasaan yang ujung memperjuangkan kepentingan individu dan kelompok yang didorong oleh sikap dan perilaku yang berlandaskan kesadaran inderawi. Jadi kita tidak heran KKN bisa kita hilangkan bahkan pihak ketiga isu KKN secara terus menerus ditiupkan untuk memecah belah ummat.

Dampak yang lebih parah lagi menimbulkan ketidak kepuasan yang lahir di seluruh aspek kehidupan, sehingga mempengaruhi cara pandang seperti kita lihat empat kali dalam perubahan UUD bahkan saatini timbul lagi isu perubahan kelima, yang begitu mudah kembali pihak ketiga mengonjangkan makna dalam bersikap dan berperilaku.

Hampir setiap detik kita melangkah untuk memperbaiki masalah pada saat yang bersamaan pikiran dari para peran pelaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melahirkan masalah baru, karena mereka tidak mengerti arti Manusia sebagai mahkluk yang paling mulia disisi oleh sang Pencipta-Nya, yaitu siapa, darimana dan kemana manusia dalam menuju perjalanan hidup abadi ini. Jadi tidak gampang untuk mengenal diri kita sendiri.

Dengan sekelumit uraian diatas, mampukah anda berperan untuk memperjuangkan reformasi kedalam persfektif kearah yang lebih jelas untuk membangun demokrasi sebagai alat perjuangan menyatukan ummat bukan demokrasi menjadi tujuan merebut kekuasaan.

Bila pandangan tersebut tidak mampu diberikan dalam sosialisasi  oleh perguruan pendidikan, partai politik, lembaga pemerintah dan pelaku ekonomi, maka bila kita dalam era reformasi tidak berubah cukup cepat, maka kita akan kehilangan banyak arah kesempatan karena kita tidak mampu merubah pola pikir secara radikal dalam perubahan sikap dan perilaku dari reaktif menjadi proaktif.

Dapatkah anda membayangkan “55 juta orang Cina perantauan yang bekerja di lingkungan yang sangat berbeda politik,, ekonomi dan sosialnya, dengan sedikit atau tanpa dukungan Negara, hanya dalam kurang dari 50 tahun, membangun ekonomi ketiga terbesar dunia” dan bahkan dalam kurun waktu 15 tahun dengan perubahan kepemimpinan RRC menunjukkan kemajuan luar biasa Negara Cina, dengan memiliki surplus devisa Negara yang tertinggi di dunia

Perjalanan reformasi sudah memasuki10 tahun, perubahan UUD sudah empat kali berubah bahkan ada isu perubahan kelima, wajah eksekutif, legislatif dan yudikatif jauh dari harapam mewujudkan impian dalam pembukaan UUD kita, itulah situasi yang memperlihatkan wajah bangsa dan Negara yang tidak ada kepastian. Bahkan mereka beranggapan bahwa pasca pemilu 2004, mengatakan proses demokrasi dapat dikatakan berjalan pada jalur dan arah yang benar.

Mereka beranggapan adanya transformasi menuju kearah demokrasi kehidupan sosial politik Indonesia pada tataran masyarakat dan Negara. Apa yang terjadi dalam pelaksanaan pemilu Pilkada tidaklah menunjukkan wajah perwujudan lembaga demokrasi yang makin kukuh, bahkan secara terbuka sikap dan perilaku menunjukkan demokrasi menjadi tujuan untuk merebut kekuasaan, begitulah gambaran yang dipertontonkan kepada kita. Apa yang akan terjadi Pemilu 2009.

PEMBERDAYAAN DEMOKRASI SUATU KEBUTUHAN

Perubahan pola pikir secara radikal biasanya dimulai oleh mahasiswa, tapi pengalaman juga menunjukkan bila mantan mahasiswa masuk dalam satu kelompok kepentingan (misalkan suatu partai, atau pejabat Negara dalam lembaga pemerintahan) maka pola pikirnya berubah yang tidak sejalan dengan perkembangan hati nuraninya setelah memiliki kekuasaan.

Kekuasaan manusia dengan kemerdekaan kehendaknya, tapi dengan tidak terbangunnya kebiasaan yang produktif, biasanya lupa siapa, darimana dan kemana ia dalam bersikap dan berperilaku, sehingga sebagai manusia lupa dengan kenyataan bahwa dunia akan terus dipacu oleh pengetahuan, pengalaman dan keinginan. Jadi kunci manusia  masa depan terletak kepada belajar yang berkelanjutan.

Dengan dasar pikiran diatas, maka suatu kebutuhan membangun kebiasaan yang produktif perlu dicanangkan untuk mendapat perhatian semua pihak bahwa kebutuhan pemberdayaan untuk sesuatu tujuan kepentingan orang banyak seperti halnya akan kebutuhan pemberdayaan demokrasi.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang terarah untuk mensosialisasikan pemahaman demokrasi kedalam sistem yang didasarkan kepada : pertama, adanya keinginan bersama untuk meletakkan landasan berbasiskan akhlak atau moral ; kedua, belajar dari pengalaman untuk meningkatkan keterampilan dalam pemahaman plaksanaan ; ketiga meningkatkan usaha dalam pemahaman pengetahuan ; keempat perlu menyebarkan kebutuhan informasi secara terbuka yang dapat diakses oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Yang sangat penting disini adalah pemahaman konsep kedalam sistem dengan memperhatikan bahwa manusia dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya disatu sisi jiwa objektif ialah budaya (nilai, norma, wewenang dan ganjar) yang besar sekali pengaruhnya pada jiwa subjektif dan disisi lain adalah jiwa subjektif ialah jiwa tiap-tiap individu orang.

Peran yang sangat penting dalam berkonstribusi pemberdayaan demokrasi adalah lembaga pendidikan dan partai politik. Sebagai ilustrasi coba anda bayangkan pernahkah partai politik secara konsep melaksanakan pemberdayaan demokrasi kepada anggota dan atau pengikutnya apa yang terjadi dikalangan ummat NU kedalam partai PKB, PPP, atau partai lain yang merasa dekat dengan NU, dimana-mana lahir ungkapan dalam situasi ketidakpuasan yang dapat menimbulkan konplik karena kepentingan. Begitu juga dalam lembaga pendidikan, guru berdemo, mahasiswa berdemo, penghancuran fasilitas, pimpinan yang konplik dsb., kesemuanya adalah dampak kebebasan berkehendak yang tak dapat memanfaat “otak”nya.

PEMAHAMAN DEMOKRASI TANPA PERUBAHAN POLA PIKIR SECARA RADIKAL

Sepanjang pengetahuan kami belum ada perguruan pendidikan, partai, lembaga pemerintah, dan sebagainya melaksanakan pembelajaran demokrasi kedalam konsep sebagai suatu sistem.

Secara umum pemahaman demokrasi oleh setiap orang melihat dari sisi difinisi bahwa demokrasi adalah gagasan atau pandangan  hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

Dengan pikiran itu lalu tergerak pikiran untuk memahami demokrasi ekonomi, demokrasi politik, demokrasi langsung, demokrasi tidak langsung, demokrasi liberal, demokrasi pancasila,  demokrasi terpimpin, demokrasi formal, demokrasi material.

Dari pikiran itulah, banyak orang terjebak hanya melihat dari sisi pendekatan difinisi sehingga perubahan pola pikir tidak mampu mendorong perubahan sikap dan perilaku yang terpola, sedangkan membangun demokrasi dimaksudkan untuk menyatukan sebagai alat jiwa dalam kebersamaan bukan tujuan merebut kekuasaan  dan oleh karena itu, maka pemberdayaan demokrasi  membutuhkan suatu pendekatan sistem.

Dari sudut pendekatan sistem, itulah yang kita perlukan untuk mensosialisasikan sebagai suatu paham pandangan hidup yang akan mendorak pola pikir secara radikal untuk kita menemukan kembali mengenai diri kita, maka cobalah renungkan apa yang terpikirkan bila “hiruk pikuk menjelang pemilu 2009, seakan dunia bangsa dan negara Indonesia akan hancur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana KKN meraja lela bahkan tumbuh dan berkembang menjadi budaya yang menuntun sikap dan perilaku oleh pemain peran yang digerakkan oleh pihak ketiga yang tidak ingin bangsa dan negara ini keluar dari posisi daur hidup dengan masalah yang komplek dan penyakit “

Bahkan dalam kehidupan ini terus berkembang anak-anak tidak mematuhi orang tua, orang tua tidak peduli kepada anak, penyakit narkoba tidak lagi memandang umur, begitulah situasi ini diibaratkan kita membayangkan akhir dunia sudah mendekat.

Sejalan dengan pemikiran diatas marilah,  bangsa dan Negara Indonesia ini peduli pentingnya kita membangun kerjasama membuat impian menjadi suatu kenyataan, bila kita bersatu untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku secara radikal, itulah kunci kunci kebangkitan bangsa dan Negara masa depan.

Dari uraian diatas, masih banyak orang berpikir membangun demokrasi hanya didasarkan cara pandang ingin menerapkannya sebagai sesuatu yang berjalan normal, kalau terjadi masalah baru dipikirkan pemecahannya, begitulah cara pandang hampir seluruh aspek kehidupan bila terjadi masalah baru beraksi tidak pernah merumuskan kedalam satu konsep dari situasi berubah menjadi masalah, mana yang kristis, mana yang pokok dan mana yang insidentil, semua masalah dianggap tunggal dan bereaksi membuat keputusan penyelesaiannya, seperti masalah banjir, masaalah pangan dan harga, dan sebagainya.

Itulah satu kenyataan yang kita lihat saat ini dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonsia dimana banyak manusia berperan hanya memikirkan kepentingan Pribadi atau kepentingan kelompok, sehingga ia lupa bahwa manusia siap, darimana dan kemana.

PEMBERDAYAAN DEMOKRASI BERLANDASKAN POLA PIKIR YANG RADIKAL

Mempergunakan kekuatan pikiran, manusia tidak cukup hanya menangkap arti perubahan dari sisi konten saja yang kita peroleh dari tebaran informasi sebagai pngetahuan seperti yang kita lihat saat ini dari masyarakat industri ke masyarakat informasi ke masyarakat pengetahuan tanpa menguasai dari sisi prosesnya.

Apa yang terpikirkan oleh kita dalam berbangsa dan bernegara menjelang pemilu 2009 dimana kita telah dihadapkan kepada gelombang perubahan yang komplek dan cepat dalam abad 21, bila kita tidak dapat menangkap perubahan itu berarti kita akan kehilangan peluang untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI, jangan sampai kita kehilangan napas karena bila kita salah melangkah dalam dahur hidup kematian demokrasi.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka dituntut dalam era reformasi ini, untuk dituntut membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan agar kekuatan pikiran dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku secara radikal sehingga dapat meretas jalan menjadi diri sendiri, inilah kita maksudkan perubahan pola pikir secara radikal.

Seandainya anda seorang muslim, coba renungkan perintah seperti yang termuat dalam Q.S. 3 : 165 “ Dan mengapa kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu ( pada peperangan Badar) kamu berkata : “Darimana datangnya  (kekalahan) ini ?”. Katakanlah : “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Oleh karena itu jauhilah sifat orang-orang munafik dan sejalan dengan itu, coba pula renungkan pepatah yang mengatakan “Siapa mengenal dirinya , tentu ia akan mengenal Tuhannya. Jadi itulah kekuatan pikiran yang dapat menggugah jiwa anda dalam tingkat kesadaran inderawi yang paling rendah dalam usaha menemukan diri sendiri.

Untuk mendapat kepribadian manusia yang bertanggung jawab atas “kebebasan berkehendak” diperlukan perubahan pola pikir secara radikal artinya orang yang mampu menemukan tentang dirinya, maka ia akan selalu bertindak yang sejalan dengan apa yang diperlukan oleh tuntutan perubahan dalam melaksanakan demokrasi yang bertolak dari kerjasama dalam membuat impian menjadi suatu kenyataan.

Oleh karena itu, membangun kebersamaan dalam melaksanakan pemberdayaan demokrasi diperlukan suatu pendekatan sistem yang mengungkapkan kebutuhan dari sisi prosesnya, tapi tidak berarti kita keluar dari sisi kontennya, sehingga dalam mensiati jiwa manusia sebagai sistem, maka bagaimana kita mampu untuk menintergrasikan manusia kedalam sub-sistem yang ada dan memiliki sifat ketergantungannya yang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan pemikiran jiwa subjektif dan jiwa objektif, itulah pentingnya melihat dari proses.

Jadi manusia yang memiliki kemampuan berpikir akan berusaha melihat proses mengintergrasikan sub-sistem dari manusia itu sendiri yang dirumuskan bersama berdasarkan kebutuhan. (akan dibahas dalam tulisan yang terpisah)

Untuk memberikan daya dorong kedalam pola pikir yang radikal dalam kebersamaan untuk membahas manusia dalam sub-sistem  maka dibawah ini kita mencoba mengungkapkan dari huruf menjadi kata bermakna sebagai unsur yang harus mendapatkan perhatian kedalam pola pikir yang mempengaruhi proses pikiran untuk menyatukan titik temu bila terjadi silang pendapat.

Untuk melaksanakan pemberdayaan Demokrasi bila kita uraikan dari unsur kata yang bermakna sbb.

Kata D menjadi (D)ewasa

Kata E menjadi (E)mosional

Kata M menjadi (M)emahami

Kata O menjadi (O)rang

Kata K menjadi (K)erjasama

Kata R menjadi (R)asional

Kata A menjadi (A)kal

Kata S menjadi (S)sistem

Kata I  menjadi (I)ntergritas

(D)ewasa dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses berpikir yang tidak ditentukan oleh umur manusia tapi lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dari manusia itu sendiri. Jadi muda dan atau tua dalam bersikap dan berperilaku sangat dipengaruhi oleh kedewaasan berpikir yang bersangkutan sehingga terlihat dari ucapannya dengan perbuatan. Dengan demikian Dewasa dalam berpikir juga ditentukan oleh peran lingkungan anda berada tapi tergatung pula prinsip hidup yang anda jalankan.

(E)mosional dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses mengendalikan emosi yang mempengaruhi sikap dan perilaku sangat tergatung kepada kemampuan mereka dalam meningkatkan arti kecerdasan emosional pada potensi manusia sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku.

(M)emahami dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses kemampuan peran anda dalam mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan berperilaku

(O)rang dalam Demokrasi adalah manusia yang secara terus menerus berkemauan untuk memahami arti keberadaannya dalam suatu komunitas dalam memahami siapa, darimana dan kemana.

(K)erjasama dalam Demokrasi adalah pangkal usaha bersama untuk membangkitkan impian menjadi suatu kenyataan, tanpa itu tidak akan tumbuh kemajuan dalam membangun kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku.

(R)asional dalam Demokrasi adalah dorongan dari pengalaman yang dapat mengungkapkan kebutuhan yang didasarkan pada pikiran yang logis yang ditunjukkan hasil analisis yang seksama dan cermat dari pikiran yang sehat, tertib, dan teratur.

(A)kal dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam memanfaatkan alat pikiran untuk menggerakkan proses dalam membuat keputusan, bagaimana seharusnya dijalankan dengan proses kesadran dan kecerdasan manusia itu sendiri.

(S)istem dalam Demokrasi adalah pedalaman suatu paham yang menjurus kepada penataan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara seharusnya kekuatan pikiran yang diaktualisasikan atas dasar sistem yang yang memiliki unsur sebagai sub-sistem yang saling keterkaitan satu sama lain sehingga membentuk suatu totalitas.

(I)ntergritas dalam Demokrasi adalah membangun kebersamaan dalam sikap dan perilaku kedalam komitmen yang datang dari diri sendiri bukan sesuatu yang dipaksakan menjadi kebiasaan dalam membentuk keutuhan, keterpaduan dan kebulatan.

Dengan memperhatikan uraian diatas, maka bila unsur kata tersebut disusun menjadi untaian kalimat yang bermakna akan menjadikan satu sarana dalam menggugah pola pikir bahwa DEMOKRASI adalah suatu paham yang dapat menggugah jiwa menjadi manusia (D)ewasa dalam berpikir agar dapat menuntun kecerdasan (E)mosional untuk mendorong potensi (M)emahami  suatu komunitas (O)rang dalam organisasi yang membutuhkan (K)erjasama membuat impian menjadi kenyataan berdasarkan analisa fakta secara (R)asional dan diputuskan dengan (A)kal yang sehat kedalam suatu (S)istem yang mendukung komitmen kedalam (I)ntergritas.

Dengan pemahaman unsur kata demokrasi menjadi untaian kalimat yang bermakna diatas diharapkan menjadi daya dorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun agar wujud pemberdayaan demokrasi menjadi suatu kenyataan sebagai alat penyatu kepentingan ummat manusia bukan tujuan merebut kekuasaan.

PENUTUP

Dari pengalaman telah menunjukkan bahwa dalam masa era reformasi tidak ada perubahan yang terjadi untuk meletakkan landasan yang kuat untuk membangun demokrasi seperti apa yang diharapkan. Bahkan konflik terus berkembang sebagai suatu situasi yang diciptakan untuk mempertahankan status quo disatu sisi dan disisi lain KKN terus berkembang ke seluruh pelosok kehidupan berbangsa dan bernegara setelah otonomi daerah dijalankan.

Pasca pemilu 2004, dikatakan proses demokratisasi berjalan pada jalur dan arah yang benar kedalam transformasi kehidupan sosial politik. Inilah satu kesalahan besar yang ditunjukkan dalam kebebasan berkehendak yang tidak bertanggung jawab yang berdampak masyarakat dan Negara makin menuju daur hidup kematian demokrasi dengan tingkat kemiskinan yang terus menerus bertambah.

Apakah masih ada peluang bangsa dan Negara ini untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita-cita yang tertuang dalam UUD 1945 yang telah empat kali berubah dengan isu perubahan kelima yang digagas oleh Presiden RI.

Bagaimana bila sebuah kesempatan datang untuk melaksanakan perubahan setelah pemilu 2009 muncul ditangan orang yang berperan tidak memiliki kompetensi yang sejalan dengan tuntutan dari perubahan abad ini dalam menuju masyarakat pengetahuan.

Itulah suatu bukti dari pengalaman yang mengajarkan kepada kita masa lampau bahwa demokrasi dijadikan tujuan hanya untuk merebut kekuasaan demi kepentingan individu dan kelompok, sehingga tidak ada usaha konstribusi dalam usaha melaksanakan pemberdayaan demokrasi sebagai alat untuk menyatukan dalam bersikap dan berperilaku.

Dengan situasi tersebut diatas, marilah kita bersama-sama untuk memberikan konstribusi pemikiran agar perubahan dalam pola pikir secara radikal dapat dilaksanakan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak bila kita ingin membangun kerjasama membuat impian menjadi satu kenyataan melalui pelaksanaan demokrasi kedalam satu sistem yang mendorong manusia kedalam sub-sistem sesuai dengan kebutuhan dalam pembangunan yang terintergrasi dan konsisten menjalankan konsep dari paham pandingan yang disetujui bersama.

Read Full Post »

WAWASAN ENTREPRENEUR DALAM PEMAHAMAN DEMOKRASI DAN MANUSIA

PENDAHULUAN

Saat ini yang sudah kita capai adalah empat kali amendemen UUD ’45 yaitu perubahan pertama disahkan 19 Oktober 19999, perubahan kedua disahkan 18 Agustus 2000, perubahan ketiga disahkan 10 November 2001 dan perubahan keempat disahkan 10 Agustus 2002. Tapi apakah bangsa dan negara ini telah tumbuh dan berkembang dengan sumber kekayaan bumi dan alam yang luar biasa dianugerahi Allah SWT.

Apa yang kita hadapi saat ini satu kenyataan bahwa dikatakan pendapatan per kapita sebelum krisis ekonomi Asia Tenggara (Mei 1997 tercatat pendapatan per kapita sebesar US $ 1,600. per tahun dan dikelompokkan dalam “negara berpendapatan menengah”, itulah bayangan semu bila kita hubungankan dengan jumlah hutang Pemerintah, BUMN, dan Swasta yang begitu besar, maka perdapatan per kapita akan memberikan gambaran minus. Semua ini baru terkuah setelah kita menghadapi krisis ekonomi di Asia Tenggara pada Mei 1997.

Apa artinya itu semua bagi memasuki orde reformasi dimana budaya KKN bukannya dapat kita meminimumkan bahkan menjadi meluas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mampukah kita keluar dari daur hidup berbangsa dan bernegara dengan masalah penyakit yang kritis dan pokok. Kita hanya bisa bangkit bila kita mengadakan perubahan berpikir secara radikal, kalau tidak kita akan terus akan terpuruk dan inilah yang diinginkan pihak ketiga supaya NKRI tetap menjadi negara yang terkebelakang dengan penduduk memeluk agama islam yang terbesar. Mampukah kita keluar dan memecahkan masalah penyakit yang kita hadapi saat ini tanpa adanya komitmen dalam berbangsa dan bernegara dengan kepemimpinan yang dapat memberikan keteladanan.

Kalau begitu keadaannya, apakah kita menyadari pentingnya meletakkan landasan dalam revolusi berpikir, agar kita mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Dengan kondisi itu, dari mana kita memulainya ?

Apakah perlu kita mengungkit semua penyakit yang timbul karena sikap dan perilaku individu dan kelompok yang telah menyebabkan ketidak mampuan kita untuk tumbuh dan berkembang dan mudah diombang ambingkan oleh pihak ketiga.

Seandainya itu kita persoalkan, kita tidak pernah bertemu pandangan untuk masalah yang sedang kita hadapi bila telah menyangkut kepentingan individu dan kelompok, pengalaman itu telah mengajarkan kepada kita.

Dalam masa pemerintahan manapun kita dapat membaca dan menganalisa pertanggungan jawaban setiap tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Begitu banyak informasi yang kita dapatkan baik yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik, Analisis dari para ahli dari berbagai bidang pengetahuan.

Sebaliknya  tulisan ini dalam bentuk lain artinya kami mencoba memikirkan sesuatu tidak dengan model berpikir methodis artinya menyatukan kemampuan otak dan hati melainkan berpikir dalam kerangka dalam mengembangkan kemampuan berpikir intiutif kami untuk “Merenung Mampukah Kita Membangun Bangsa Untuk Tumbuh dan Berkembang”

PERUBAHAN POLA PIKIR SECARA RADIKAL

Pengalaman telah menunjukkan kepada kita peran-peran yang dijalankan sesuai dengan UUD 1945 sebelum dan sesudah perubahan ternyata tidak menunjukkan harapan dalam merealisasikan jabatan, fungsi, tugas, kerja seperti apa yang ditetapkan.

Jabatan, peran dalam berbangsa dan bernegara silih berganti dengan gaya kepemimpinan yang berbeda yang tidak sejalan dengan persfektif bangsa dan negara, oleh karena itu setiap terjadi penggantian kepemimpinan peran tidak berjalan sebagai mana mestinya, mengapa ? Inilah satu kenyataan yang kita jawab bersama sebagai bangsa dan bernegara.

Jadi setelah kita memasuki reformasi kehidupan bernegara dan berbangsa, dimana realita menunjukkan kehadapan kita sebagai bangsa apakah kita masih bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita-cita bangsa.

WHY ? Tidak lain, karena belum siapnya kita menerima demokrasi, sebagai alat untuk melaksanakan reformasi dari seluruh aspek kehidupan bernegra.

WHEN ? Tidak lain, karena sejak lama kita dijajah dalam proses berpikir, dalam masa penjajahan, merdeka sampai kini kita sulit untuk berubah.

WHAT ? Tidak lain, dalam masa orde baru demokrasi bernafas hanya suatu retorika belaka, sehingga lembaga pendidikan tidak mampu untuk menjadi daya dorong sebagai basis kehidupan berdemokrasi dan sudah menjadi budaya bahwa setiap pemimpin mementingkan individu dan kelompoknya.

HOW ? Tidak lain, karena ketidak kemampuan kita merubah pola pikir lama dari memecahkan masalah ke menghindari masalah, sehingga selalu salah dalam menyelesaikan masalah.

WHO ? Tidak lain, karena kepemimpinan dalam semua peran dalam menjalankan tugas bangsa dan Negara saat ini tidak memiliki sensitivitas dalam mewujudkan kepentingan bangsa dan Negara sehingga menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak memiliki intergritas berbangsa dan bernegara.

Coba simak kepemimpinan  nasional masa Soekarno dan Hatta dimana Hatta yang bertentangan pandangan dengan senang hati untuk mengundurkan diri dari kekuasaan, satu contoh keteladanan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh siapapun saat ini. Hubungan mereka tetap baik, bahkan saling surat menyurat diantara mereka.

Semua pemimpin saat ini kiblatnya kepada manusia, sehingga sikap dan perilakunya sangat sulit berubah, lebih-lebih kalau kepentingannya dan kelompoknya ditentang. Kesemuanya itu lahir dari sifat kepribadian yang materlistiik, sehingga ia tidak mampu untuk mengenal tentang dirinya. Inilah satu kenyataan yang kita hadapi.

Oleh karena itu disana sini lahirlah ketidak puasan, yang menginginkan perubahan dengan cepat, yang tidak mungkin kita capai, siapapun dia. Tapi gelombang perubahan tidak dapat dibendung yang selalu dimotori oleh MAHASISWA yang telah menunjukkan hasil perubahan berbentuk tumbangnya kekuasaan orde lama yang melahirkan orde baru, sekali lagi tidak ada perubahan  mindset untuk keluar dari ketidak mampuan meninggalkan kepentingan individu dan kelompok yang memliki dampak yang luas lagi sampai tahun 1995.

Begitulah kenyataan yang kita hadapi harus gelombang ketidak kepercayaan bergulir dengan kekuatan mahasiswa sebagai penggerak ketidak puasan disana sini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kekuatan MAHASISWA harus ditafsirkan dari haruf menjadi kata kedalam untaian kalimat, artinya kata MAHASISWA terdiri dari (M)anusia ; (A)mbisi ; (H)ati) ; (A)kal ; (S)ehat ; (I)ntelektual ; (S)asaran ; (W)awasan ; (A)ngkatan.

Jadi MAHASISWA adalah (M)anusia yang memiliki (A)mbisi yang digerakkan oleh cahaya mata (H)ati dengan keputusan (A)kal yang (S)ehat dengan landasan (I)nteletual  sebagai (S)arana untuk menumbuh kembangkan (W)awasan ke dalam (A)ngkatan penggerak dalam pembaharuan dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, MAHASISWA sebagai angkatan penggerak dalam revolusi berpikir, maka apakah tidak ada arti pengalaman untuk mengajarkan perubahan tingkat kesadaran kepemimpinan dari masa lalu ke masa kini menuju ke masa depan dimana letak kesenjangan itu terjadi. Kesenjangan itu terus bergulir seperti hidup ini dikejar bayangan ketidak pastian dari seluruh aspek kehidupan.

Kalau begitu keadaannya, apakah kita menyadari pentingnya meletakkan landasan dalam revolusi berpikir, agar kita mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Dengan kondisi itu, dari mana kita memulai-nya ? Apakah perlu kita mengungkit semua penyakit yang timbul karena sikap dan perilaku individu dan kelompok yang telah menyebabkan ketidak mampuan kita untuk tumbuh dan berkembang.

Mampukah kita bajar dari pengalaman masa lampau dan masa kini untuk menangkap perubahan berpikir menuju ke masa depan. Masih perlu kita pertanyakan kepada diri kita masing-masing, tapi ada bukti bahwa kekuasaan dapat mempengaruhi kesadaran seseorang bisa merubah  mempengaruhi perubahan  dari kesadaran tauhid (paling tinggi), berubah mejadi kesadaran spiritual (tingkat ketiga), berubah menjadi kesadaran rasional / ilimiah (tingkat kedua) dan akhirnya terbentuk menjadi  kesadaran inderawi (tingkat pertama / terendah).

Begitulah perjalanan hidup ini, ternyata yang diutamakan kepentingan pribadi dan kelompok sangat sulit menangkap perubahan apa yang sedang bergerak, sehingga ucapan tidak sama dengan perbuatan yang menggambarkan jiwa dengan topeng kepalsuan.

MENYAMAKAN POLA PIKIR

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka diperlukan satu pendekatan agar terwujud kebersamaan dalam memandang masa depan agar dapat memberikan daya dorong bagi semua pihak yang dapat memberikan sumbangan pemikiran agar wujud berbangsa dan bernegara dapat kita realisasikan dari kehidupan masa kini ke masa depan melalui perubahan berpikir secara radikal dalam memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi.

Pendekatan yang dipergunakan adalah melaksanakan demokrasi dan manusia dalam pemahaman secara utuh. Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka apa yang telah kita ungkapkan diatas agar kita dapat mememahami untuk melaksanakan pendekatan tersebut dengan tujuan :

  • Memberikan peluang untuk kita bisa bertukar pikiran tentang pentingnya menyatukan kesamaan visi dalam bersikap dan misi dalam berperilaku
  • Menyatukan kesamaan pandangan dalam merumuskan masalah yang kita hadapi terhadap pelaksanaan demokrasi dan manusia secara utuh.
  • Mengembangkan kebersamaan dalam komitmen untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan berbangsa dan bernegara.
  • Merumuskan pemikiran pemecahan untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kalaulah kita sependapat dengan pemikiran diatas, maka harapan dalam persfektif untuk memecahkan kesenjangan model berpikir masa lampau menuju ke model berpikir ke masa baru, kita harus pertama-tama meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa berubah sesuai dengan tuntutan perubahan yang kita kehendaki bersama.

Tanpa niat dengan keinginan yang ikhlas tidak mungkin kita dapat menemukan titik pandang yang sama untuk mewujudkan cita-cita yang termuat dalam mukadimah UUD 1945.

Bertitik tolak dari hal-hal yang kita kemukakan diatas, marilah kita secara terbuka untuk mengungkapkan jalan pikiran kita sehingga kita mampu berpikir untuk menyatukan pandangan yang sama bagaimana sebaiknya sikap dan perilaku individu dan kelompok mencari bentuk dalam memanfaatkan demokrasi dan manusia seutuhnya.

PENUTUP

Dari jejak perjalanan maka perjuangan mahasiswa dari orde lama ke orde baru ke orde reformasi terkesan suatu perjuangan yang berlatar belakang situasi yang menimbulkan masalah ketidakpuasan dari para pelaku peran dalam lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif serta pelaku ekonomi tidak mampu merubah pola pikir yang berlandaskan kesadaran indrawi yang mendewakan materialisme dalam kehidupan.

Keadaan tersebut mendorong Negara dan bangsa Indonesia tidak bisa keluar dari daur hidup yang terpuruk yang disebut dengan masalah yang komplek dan penyakit dan situasi tersebut yang dikehendaki pihak ketiga agar Negara dan Bangsa Indonesia dengan berpenduduk 90 % memeluk Agama Islam dianggap menjadi pendobrak dunia masa depan.

Kenyataan tersebut terus berlangsung dimana angkatan muda dan mahasiswa diadu domba dengan angkatan tua dan tak jarang pula tokoh islam juga terlibat. Untuk menambah wawasan Bacalah buku Islam dan Demokrasi Atas Bawah, polomik strategi perjuangan ummat model Gus Dur dan Amien Rais, Fakta diskriminasi Rezim Soeharto terhadap Ummat Islam, begitu juga buku-buku demokrasi banyak ditulis seperti Soekarno, Hatta, Gus Dur, Amen Rais, Mochtar Lubis, Soejatmoko dan sebagainya.

Lihat pula kenyataan setelah Mantan Presiden Soeharto wafat, pihak ketiga sangat mudah sekali mengadu dombakan pihak-pihak yang pro dan kontra sehingga kita terjerat kepada bukan mencari pemecahan masalah tapi menimbulkan masalah baru, biarlah situasi berjalan sebagai mana mestinya, tapi dibalik itu marilah menyusun dan mencurahkan pikiran serta energi kita untuk melihat kemasa depan kedalam suatu konsep pemahaman demokrasi sebagai sistem yang hendak ditegakkan, aplikasi konsep dari sub-sistemnya dan dituangkan kedalam GBHN yang akan menjadi bagi calon pemimpin nasional yang terpilih.

Read Full Post »

Older Posts »