Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘BUDAYA’ Category

1. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

Kita menyadari sepenuhnya perang kemerdekaan dimulai dengan Proklamsi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan berakhir dengan pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949.

Namun demikian perlu kita sadari bahwa sejarah perjuangan kemerdekaan yang dimulai dari pergerakan nasional pada permulaan abad ke-20 dapat dipandang sebagai kelanjutan dari perjuangan yang sebelumnya dilaksanakan secara sedaerah-daerah, namun terdapat pebedaan kualitatif dalam perjuangan dimana unsur modernisasi mempengaruhi pola berpikir.

Tapi perlu untuk diingat bahwa penjajahan Belanda mempengaruhi proses perubahan dalam bersikap dan berperilaku dalam memasuki proses modernisasi. Proses itu tidak berakhir setelah kita mengakhii penjajahan Belanda, melainkan kita melanjutkan dan meningkatkan proses modernisasi itu dalam pembinaan bangsa.

Disatu sisi kita menyadari satu sumber kekuatan selama perjuangan kenmerdekaan ialah kemampuan bangsa kita untuk memelihara dan terus meningkatkan perastuan dan kestuan nsional kita sambil menghormati secara wajar keanekaragaman dalam rangka persatuan dan keatuan nasional itu. Hal itu paling nyata dilambangkan oleh PANCASILA tidak hanya dasar Negara secara formal saja, tetapi juga telah menempa identitas bangsa kita.

Disisi lain bahwa dalam perjuangan kemerdekaan kita yang telah disusul oleh pembinaa bangsa, revolusi dan pembangunan yang diiukuti perubahan dari orde lama ke orde baru ke orde reformasi tidak menunjukkan perhatian yang terfokuskan mengenai “pembangunan ekonomi sebagai masalah kebudayaan”. Dapat kita baca hal tersebut yang ditulis oleh para pemikir seperti Soejatmoko dalam bukunya “Dimensi manusia dalam pembangunan”, Prof Koentjaraningrat dalam bukunya “Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan”, Mochtar Lubis dalam bukunya “ Manusia Indonesia”

Apa yang terjadi, para pemikir tidak lepas dari perdebatan yang dikenal “Polemik Kebudayaan” kearah mana pengembangan dan perkembangan Kebudayaan Nasional Indonesia seharusnya berkiblat ? budaya barat atau arah budaya yang sudah mentradisi di dunia timur khususnya di bumi Nusantara ?

Polemik yang berkepanjangan tidak jelasnya rumusan tentang “budaya berbangsa dan bernegara Indonesia” dalam menafsirkan seperti yang termuat dalam UUD ’45 yang tertuang dalam pasal 32 “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” (sebelum dirubah) serta uraian dalam penjelasan yang berbunyi “ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya Rakyat Indonesia seluruhnya.” “Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kea rah kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari ebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan

Pasal tersebut terdapat perubahan keempat disahkan 10 Agustus 2002, yang berbunyi “(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya” “(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”

Dari rumusan atas perubahan yang diungkapkan diatas hanyalah mendorong adanya pemikiran polemik yang berkepanjangan dan hal itu yang diinginkan oleh pihak ketiga agar bangsa Indonesia tuntunan dalam kebrsamaan dalam bersikap dan berprilaku dalam mengaktualisasikan kesatuan dalam pemikiran yang tidak memiliki budaya berbangsa dan bernegara yang kuat karena tidak memiliki kredebilitas manusia Indonesia seutuhnya.

Bertitik tolak dari apa yang kita kemukakan diatas, maka dipandang perlu untuk merumuskan kembali apa yang diungkapkn dalam pasal 32 UUD ’45 seselum perubahan dengan mencantumkan ayat (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. Pealsanaannya diatur lebih lanjut dalam peraturan pemrintah. Dalam penjelasan ditambahkan kedalam satu alenia baru yang berbunyi “ Diprlukan satu rumusan Budaya Berbangsa dan Bernegra Indonesia sebagai aturan dan tuntunan yang harus dianut dalam bersikap dan berperilaku sebagai Manusia Indonesia Seutuhnya dalam memberikan arah Kreabilitas Bangsa Indonesia. (more…)

Read Full Post »

3. BUDAYA ORGANISASI BERBASIS KEBIASAAN

Bertolak dari organisasi yang efektif yang hendak dicapai berarti telah meletakkan pondasi yang kita sebutkan dengan telah dibuat adanya keputusan strategik, sehingga ia meyakini benar untuk apa ia berdiri dan atas prinsip apa ia akan beroperasi.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka organisasi yang dapat merubah suatu impian menjadi satu kenyataan adalah dengan membangun dan mengembangkan sikap dan perilaku secara berkelanjutan keda-lam pola pikir yang sama atas ucapan dan perbuatan.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas untuk membangun dan mengembangkan budaya perusahaan yang kuat dan unggul yang sejalan dengan perubahan organisasi yang berkelanjutan, maka budaya orgasasi berbasis kebiasaan effektif dapat dilihat dari pendekatan sistem

Gambar2

Keempat sistem yang disebutkan diatas dijelaskan dengan pemaham-an sebagai berikut :

SISTEM KEBIASAAN EFEKTIF, suatu proses yang harus dikem-bangkan kepada individu, kelompok dan oraganisasi dalam pema-haman bahwa sikap dan perilaku menjadi kuat bila secara berkelan-jutan dan konsisten untuk menempatkan pengetahuan (apa dan mengapa dilakukan), keterampilan (bagaimana melaksanakannya) dan keinginan (motivasi / daya dorong berbuat) yang seimbang.

SISTEM PERILAKU ORGANISASI, pemahaman yang terkait atas unsur-unsur proses yang berkaitan dengan pribadi-pribadi, peran-peran, antar pribadi, tim-tim, antar tim dan organisasi sendiri.

SISTEM NILAI INDIVIDU, pemahaman yang terkait dengan pe-ngertian-pengertian yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau yang kurang benar.

SISTEM NORMA KELOMPOK, pemahaman yang terkait tentang aturan atau ketentuan yang mengikat anggota kelompok organisasi, dipakai sebagai panduan, tatanan dan kendali tingkah laku yang sesu-ai dan diterima, setiap anggota kelompok harus mentaati yang berla-ku atau dengan kata lain sebagai aturan, ketentuan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau memperbanding-kan sesuatu.

Dengan pendekatan sistem, organisasi dapat membangun budaya or-ganisasi yang kuat artinya perubahan yang diinginkan untuk menjembatani kesenjangan dari budaya lama menuju ke budaya baru melalui proses kebiasaan yang efektif dengan menstrukturkan sistem dan ke-bijakan kedalam nilai individu, norma kelompok dan perilaku orga-nisasi. Jadi dengan membangun kebiasaan yang efektif diharapkan adanya langkah-langkah yang konsisten dan peningkatan partisipasi.

Oleh karena itu pemahaman konsisten dan partisipasi perlu dikomunikasikan dengan baik dalam menanggapi dampak perubahan lingkungan (faktor ektern) yang begitu cepat berubah serta komplek melalui proses pendekatan sistem seperti yang kita utarakan.

Dengan demikian pendekatan sistem sebagai pola pikir akan mampu mengidentifikasi keseluruhan situasi dan merumuskan masalah yang terkait dengan usaha-usaha memecahkan kesenjangan dari cara lama seperti hierarkis, birokrasi dsb menuju cara baru seperti jaringan, pengetahuan dsb., dalam rangka menyeberangi kesenjangan dengan membangun budaya yang kuat.

MENINGKATKAN KINERJA DENGAN BUDAYA :

Citra organisasi merupakan hal yang penting baik sebagai basis kegiatan jangka panjang maupun sebagai sarana untuk meningkatkan kebiasaan yang effektif untuk tumbuh dan berkembang pada semua tingkatan pemimpin dan karyawan (lama dan baru) sebagai satu kesatuan yang mengikat.

Citra hanya dibangun atas landasan kepercayaan yang diberikan oleh stakeholders kepada CEO dan pimpinan puncak lainnya, oleh karena itu citra perusahaan / organisasi yang dibangunnya harus mencakup segala sesuatu mulai dari produk perusahaan sampai dengan gaya manajemen, cara pengoperasian, kebijaksanaan sumber daya manusia, kebijkasanaan merk dan iklan, namun walaupun kita menyadari bahwa setiap stakeholder akan memperlihat kepercayaan yang berbeda, disitulah letak tantangan dalam bersikap dan berperilaku bahwa masa kini peningkatan citra perusahaan ditentukan oleh tanggung jawab sosialnya, oleh tindakan nyata bukan sekedar berbicara.

Langkah-langkah yang dimotori oleh CEO dalam membangun buda-ya untuk meningkatkan kinerja dengan kepemimpinan sbb. ;

LANGKAH SATU, mampu mengungkapkan dalam mengidentifikasi situasi dan merumuskan masalah (kedalam kritis, pokok, insidentil) yang menyebabkan terjadinya kesenjangan cara lama ke cara baru.

LANGKAH KEDUA, dengan memiliki sembilan prinsip kepemimpinan abad 21 berarti ia memiliki kompetensi untuk mengkomunikasikan keputusan strategik dengan isu persfektif berdasarkan intuitif.

LANGKAH KETIGA, membangun konsistensi dan partisipasi yang berkelanjutan kedalam sistem nilai individu, sistem norma kelompok, sistem perilaku organisasi berbasiskan kebiasaan yang effektif.

LANGKAH KEEMPAT, mengevaluasi aktualisasi budaya baru dalam menyeberangi kesenjangan dari cara lama ke cara baru untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang ditingkatkan.

LANGKAH KELIMA, bertolak dari hasil evaluasi dari langkah keempat, maka diperlukan langkah untuk melastarikan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang telah berubah.

MENGEMBANGKAN BUDAYA YANG FLEKSIBEL :

Mengelola masa depan akan sangat ditentukan oleh CEO dan Pim-pinan puncak lainnya dalam menangkap gejolak gelombang ketidakpastian , disinilah letak tantangan yang akan dihadapi mereka.

Mengelola masa kini berdasarkan langkah yang telah diambil dengan melaksanakan keputusan strategik dimana strategi telah dirumuskan sesuai dengan lingkungan yang ada, sehingga budaya perusahaan sebagai penggerak menuntun sikap dan perilaku dalam bertindak.

Sikap dan perilaku masa kini menjadi berurat berakar yang telah ditempa dari pengalaman masa lampau, dalam keadaan tertentu sulit untuk berubah, sehingga tidak heran mereka mengatakan untuk apa kita berubah sedangkan kinerja telah meningkat.

Dalam keadaan demikian, peran CEO sangat menentukan untuk memberikan keteladanan dalam menumbuh-kembangkan sistem kebiasaan yang efektif kedalam sistem secara totalitas dimana peningkatan sistem nilai individu, sistem norma kelompok dan sistem perilaku organisasi tetap memiliki budaya inti didalamnya, namun dengan kepemimpinan yang menekankan kepentingan stakeholders disatu sisi dan disisi lain mewujudkan keberhasilan organisasi yang seimbang dengan kepentingan individu dan kelompok, dipandang
perlu CEO untuk mendorong semua pihak terhadap pentingnya sikap dan perilaku untuk membangun antisipatif dalam pola berpikir, sebagai langkah untuk bertindak proaktif dalam menghadapi gelombang perubahan masa depan.

Dengan demikian CEO dan pimpinan lainnya pada semua tingkatan memiliki komitmen yang kuat untuk membangun budaya yang menekankan layanan kepada stakeholders dengan melestarikan budaya inti yang telah dianut bersama dan selalu siap berubah yang sejalan dengan lingkungan bisnis yang berubah.

PERNYATAAN EFEKTIF BUDAYA DALAM PENINGKATAN KINERJA :

SISI KUALITAS PERSONALIA :

” Jujur, bergembira dan mengikuti prosedur gaya bisnis untuk mencapai tujuan.
” Memperagakan perilaku yang menyenangkan dan gembira.
” Memperagakan karisma dan daya tarik yang alami.
” Memperagakan sifat yang menyenangkan.
” Memiliki tabiat yang tenang.
” Sabar, mantap dan mapan.
” Santai, yakin dan menyenangkan.
” Sopan dan tenang.
” Sangat sopan.
” Memperagakan keluwesan bermasyarakat.
” Hangat dan tulus ikhlas.
” Tulus hati.
” Memperagakan tanggapan positip terhadap situasi negatip.
” Memperagakan perilaku positip, ramah dan santai.
” Memanfaatkan humor secara konstruktif.
” Memperagakan kecerdasan yang tajam.
” Memperagakan semangat yang harmonis dan kerja sama.
” Memiliki daya tarik pribadi.
” Memiliki banyak ciri-ciri pribadi yang bernilai.
” Memperagakan banyak ciri-ciri karekter positip.
” Memperagakan kepribadian pemenang.
” Memperagakan kepribadian yang menyenangkan.
” Memperagakan kepribadian yang giat.
” Memperagakan kepribadian terbuka.
” Memperagakan rasa optimesme yang kuat.
” Menyelaraskan energi dan semangat.

SISI LOYALITAS DAN DEDIKASI :

” Setia terhadap organisasi, rekan dan bawahan.
” Memperagakan kesetiaan yang mutlak kepada atasan dan organisasi.
” Membina kesetiaan kepada bawahan.
” Menambah kekuatan atasan.
” Memperlihatkan perilaku positip ke arah pimpinan dan karyawan.
” Menempatkan kepentingan organisasi lebih dulu dari pada karyawan.
” Memperagakan rasa setujuan pribadi yang diperbaharui.
” Tunduk terhadap sasaran organisasi.
” Memperagakan satu kepentingan murni di organisasi.
” Sngat mengabdi.
” Merasa bergengsi di dalam jabatan.
” Memperagakan satu tingkat kejujuran, kesetiaan dan kesatuan yang tinggi.

SISI KEMAMPUAN MANAJEMEN :

” Secara efektif menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat.
” Secara efektif memanfaatkan konsep manajemen kontemporer.
” Membuktikan teknik-teknik manajemen yang produktif.
” Mndorong manajemen yang partisipatif.
” Merangsang efesiensi dan kefektifan manajemen.
” Melipatgandakan keefektifan manajemen.
” Mengintergrasikan secara gemilang obyektif, peluang dan sumber
” Merupakan satu asset kuat bagi organisasi.
” Mengembangkan program-program yang nyata dan masuk akal.
” Menyusun program-program yang berhasil.
” Membina dan menggalakkan program penting dengan berhasil.
” Mengenal masalah-masalah manajemen utama.
” Membuktikan satu kemampuan untuk mengenal masalah mana-jemen dan mengembangkan solusi-solusi.
” Mengetahui kapan mencari bantuan dari luar organisasi.
” Mengenal komponen manajemen efektif yang relevan dan dapat ditaksir.
” Mengevaluasi keefektifan secara akurat.
” Terus memberitahu manajemen mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan.
” Unggul di dalam meraih dukungan manajemen.
” Mempersiapkan secara konsisten rekomendasi yang benar.
” Memperagakan kekuatan di dalam manajemen S.d.m.
” Mengadakan manajemen dengan informasi yang valid dan andal bagi perencanaan sumber daya manusia.
” Menyediakan manajemen dengan informasi akurat tentang dan kelemahan karyawan.
” Secara efektif memecahkan konflik antar kebutuhan individu dan organisasi.
” Menghormati ke dua-dua hak karyawan dan wewenang manajemen.
” Membuktikan satu kemampuan untuk mengatasi kendala intern.
” Secara efektif memecahkan masalah-masalah yang melanda batas-batas organisasi.
” Unggul dalam memecahkan konflik-konflik antar departemen.
” Memperoleh dukungan penuh departemen lain.
” Mempersatukan organisasi.
” Mengenal peran penting dari pada tanggung jawab, otoritas dan pertanggungjawaban.
” Menahan bawahan bertanggungjawab atas hasil-hasil.
” Menghubungkan akibat ke pertanggungjawab.
” Membuktikan kemampuan eksekutip atasan dibawah satu aneka ragam keadaan.
” Menyampaikan gengsi eksekutip.
” Memperagakan kekuatan eksekutip.
” Memperlihatkan kualitas-kualitas yang membuat manajer berhak dan efektif.
” Memperagakan attribut dari pada seorang manajer efektif.
” Memperlihatkan manajemen diri yang kokoh.
” Mengelola diri dengan efektif.
” Memperagakan perilaku manajerial yang efektif.
” Memperagakan gaya manajemen yang efektif, produktif.
” Mengenal perbedaan antar mengelola dengan melakukan.
” Menghindar pengelolaan dengan krisis.
” Unggul dalam menetapkan, mengukur dan meningkatkan produk-tivitas.
” Meraih hasil yang tinggi sementara mempertahankan moral tinggi.
” Selalu membuat karyawan sadar tentang kepentingan organisasi.
” Mempromosikan perilaku kerjasama dan upaya tim.
” Membina satu rasa sehaluan dan senasib yang kuat.
” Unggul di dalam perkembangan tim yang bertanggungjawab.
” Meraih prestasi tim yang maksimal.
” Meraih kefektifan kerjasama.
” Berjuang untuk prestasi yang maksimal.
” Mendorong upaya kearah sasaran-sasaran umum.
” Unggul dalam mengembangkan strategi kerjasama.
” Membesarkan daya guna sumber perusahaan.
” Bertangjang jawab atas daya guna personalia yang efektif dan efisien.
” Menyediakan bawahan-bawahan dengan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk meraih hasil.
” Meraih hasil melalui bimbingan yang tepat dari bawahan.
” Memberikan bimbingan yang jelas.
” Mengembangkan satu usaha departemen yang melekat.
” Sadar tentang awal potensi departemen.
” Memelihara pengawasan kontrol perusahaan.
” Patuh terhadap semua kebijakan, prosedur dan peraturan tradisi.
” Menggalakkan secara efektif kebijakan, peraturan dan struktur.
” Memelihara standar-standar etika yang tinggi.
” Memperagakan etika yang sehat.
” Mengikuti hukum perilaku yang benar.
” Secara efektif mengakui kebutuhan untuk perubahan.
” Secara efektif mengelola perubahan.
” Mengimplementasikan perubahan dengan kecil penolakan.
” Menanggung penolakan terhadap perubahan dengan efektif.
” Mengimplementasikan perubahan dengan satu dampak positip.
” Tetap waspada terhadap kelemahan, kekuatan, ancaman, peluang peluang yang menghadang organisasi.
” Unggul di dalam memposisikan untuk masa mendatang.

4. KEPEMIMPINAN BERBASIS PARADIGMA BARU

Bertolak dari pemikiran mengembangkan budaya berbasis kebiasaan yang efektif, maka salah satu peran utama adalah mempengaruhi orang lain dengan jalan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam memenuhi keinginan untuk menghadapi tantangan yang bersifat kompleksitas, perubahan dan globalisasi maka kepemimpinan haruslah memenuhi prinsip dalam paradigma baru.

Sejalan dengan hal diatas, maka pengembangan kepemimpinan dengan pendekatan sistem digambarkan sbb.

Gambar3

Secara singkat ke empat sistem tersebut dapat dirumuskan sbb.

SISTEM PRINSIP DALAM KEPEMIMPINAN, bahwa pemimpin pada semua tingkatan akan memiliki kepemimpinan bila ia menyadari dan me-mahami untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang efektif untuk me-ningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan agar sikap dan peri-laku dapat menyesuaikan dengan tuntutan dari paradigma abad 21.

SISTEM PROFESIONALISME, bahwa pemimpin yang unggul ditandai oleh kepemimpinan yang memiliki prinsip-prinsip sebagai penuntun dan mengarahkan kepribadiannya kedalam prinsip kolaborasi, komitmen dan komunikasi sebagai tonggak membangun profesionalisme.

SISTEM KREATIF DAN INOVASI, bahwa pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan prinsip profesionalisme dapat tumbuh dan berkem-bang bila ditopang adanya kemampuan mencetuskan imajinasi dan memi-liki wawasan sebagai kreativitas individu dan memelihara kedalam kreativitas kelompok menjadi daya dorong menjadi inovasi kedalam organisasi.

SISTEM ANTISIPATIF, bahwa pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan prisip profesionalisme dan kreatif serta inovatif dapat tumbuh dan berkembang bila ditopang adanya kemampuan membuat analisa masa depan dan meresponnya serta keberanian dalam mengambil keputusan.

MEMAHAMI PARADIGMA BARU KEDALAM PENGEMBANGAN
PRINSIP KEPEMIMPINAN :

Paradigma dipahami dalam arti sebagai azas yang dapat menuntun dan mengarahkan seseorang disatu sisi untuk menentukan batas-batas bersikap dan berperilaku dan disisi lain menjelaskan cara berkata sesuai dengan perbuatan agar berkiblat kepada prestasi yang diharapkan.

Bagaimana kita dapat mengikuti perubahan paradigma yang telah terjadi dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan dengan memperhatikan dalam kehidupan ini kita menghadapi adanya dua masalah yang kita sebut dengan masalah normal dan abnormal.
Pada daur hidup organisasi dengan posisinya, ya akan menghadapi masalah masalah normal artinya pada suatu tingkat tertentu yang kita sebut dengan SEDERHANA dan SULIT maka dengan kepemimpinan yang ada dapat memecahkan oleh organisasi sendiri. Sedangkan menghadapi masalah abnormal artinya pada suatu tingkat tertentu yang kita sebut dengan KOMPLEKITAS dan KERUMITAN tidak memungkinkan kemampuan internal memecahkan masalah yang dihadapi pada posisi daur hidup organisasi yang bersangkutan.

Dengan situasi tersebutlah kita dapat mengidentifikasi terjadinya perubahan paradigma yang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan sbb.

” Dengan paradigma banyak masalah dapat diselesaikan pada tingkat masalah normal, tapi tidak jarang pula ada masalah yang tidak terpecahkan dalam keadaan yang demikian terutama pada masalah abnormal.

” Dengan kecenderungan meningkatnya masalah abnormal, maka kepemimpinan mencoba mencari paradigma baru, namun kemampuan inter-nal tidak mendukung oleh karena itulah tidak heran intervensi datang dari luar sebagai penggagas paradigma baru.

” Penggagas paradigma baru berpikir pada dasarnya bukan metodis, lebih mengutamakan organ yang bersifat menghayati karenanya bersifat intuitif shingga sulit membuktikan secara rasional, namun dapat dimanfaatkan oleh kepemimpinan perusahaan yang mengenal betul kendala yang dihadapi dengan data dan informasi yang ada.

Banyak pelaku ekonomi menyadari bahwa dalam abad 21 ini terdapat paradigma yang disebut dengan Profesionalisme, Kreativitas dan Inovasi serta Antisipatif, tapi jarang organisasi menjabarkan pengaruh paradigma kedalam gaya kepemimpinan yang harus tumbuh dan berkembang dalam menghadapi tantangan yang kita sebut dengan kompleksitas, perubahan dan globalisasi.

Sejalan dengan pemahaman arti paradigma yang telah kita kemukan diatas
maka pengaruhnya adalah kesiapan kita menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan agar kita mampu memecahkan masalah-masalah abnormal dengan memanfaatkan kekuatan dari luar. Intertvensi dari luar kedalam, dapat dikendalikan dan diarahkan sesuai dengan perubahan lingkungan dengan ketidakpastian yang tinggi, oleh karena itu kepemimpinan masa depan harus mampu meningkatkan kebiasaan yang effektif dalam memahami dan mengaktualisasikan prinsip-prinsip sebagai jabaran dari paradigma seperti yang diutarakan dalam BAB III, titik 4.

KETAHANAN PARADIGMA MERUPAKAN STRATEGI DALAM
MENGHADAPI TANTANGAN :

Tantangan dalam masyarakat industri ke masyarakat informasi berbeda, begitu pula dari masyarakat informasi menuju masjarakat pengetahuan yang ditunjukkan kemajuan-kemajuan dalam perkembangan teknologi informasi, namun masalah-masalah yang kita hadapi meningkat dari masalah normal menjadi masalah abnormal.

Tak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, kecuali pemimpin dengan kepemimpinan abad baru dapat menyesuaikan diri, itulah yang kita sebut dengan ketahanan paradigma sebagai strategi dalam menghadapi tantangan. Oleh karena itu paradigma profionalisme, kreatip dan inovasi, antispasi merupakan paradigma abad baru yang menuntun dan mengarahkan sikap dan perilaku kepemimpinan abad baru dengan mengembangkan prinsip-prinsip dalam profesionalisme mencakup 1) kolaborasi ; 2) komitmen ; 3) komunikasi ; kreatif dan inovatif mencakup 4) kreativitas individu ; 5) kreativitas kelompok ; 6) inovasi oraganisasi ; antisifatif mencakup 7) analisa masa depan ; 8) merespon antisipatif ; 9) pengambilan keputusan.

Dengan ketahanan paradigma itu diharapkan kepemimpinan mendapatkan daya dorong untuk melaksanakan perubahan berpikir dalam membuat analisa strategis sebagai salah satu perwujudan dari antisipasi. Keputusan yang telah diambil dalam melangkah penyelesaian masalah yang dihadapi ditopang oleh adanya kebiasaan yang efektif.

Kepemimpinan dengan paradigma baru mendorong terciptanya kebutuhan akan kebiasaan yang efektif untuk menumbuh kembangkan profesionalisme , kreativitas dan inovasi, antisipatif dalam membentuk ketahanan paradigma sebagai suatu langkah 1) agar semua pihak berpartisipasi untuk mempraktekkan seperti yang kita harapkan ; 2) mengembangkan hubungan tidak hanya vertical dan horizontal tetapi juga diagonal sehingga terjadi pemahaman untuk saling bekerja sama pada setiap persoalan yang dihadapi walaupun bukan bidangnya ; 3) dengan iklim organisasi yang sehat akan mendorong peran-peran untuk melaksanakan inovasi organisasi yang sejalan dengan tuntutan perubahan lingkungan yang ada.

PERNYATAAN EFEKTIF KEPEMIMPINAN DALAM
PARADIGMA BARU :

SISI KREATIVITAS DAN INOVASI

” Memperagakan imajinasi yang kreatif.
” Memperagakan imajinasi yang aktif.
” Membuktikan penghayatan imajinatif.
” Menyediakan penghayatan-penghayatan yang berharga.
” Membuktikan kekuatan yang kreatif.
” Mengembangkan strategi-strategi yang kreatif secara sukses.
” Unggul dari dalam pengalaman yang kreatif.
” Berkesinambungan melaksanakan pengalaman.
” Mencari alternatif-alternatif yang kreatif.
” Menantang praktek-praktek yang konventional.
” Mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang inovatif.
” Menjelajahi jalur2, prosedur2 dan pendekatan2 baru.
” Unggul di dalam pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
” Menciptakan solusi2 yang memuaskan sesuai dengan kebijakan organisasi.
” Mengembangkan solusi2 kreatif terhadap masalah2.
” Membuktikan satu tingkat kreativitas dan keaslian yang tinggi.
” Memulai dan mengembangkan ide-ide konstruktif.
” Mengawali ide-ide konseptual yang baik dengan aplikasi2 praktis.
” Unggul di dalam mengembangkan ide-ide secara spontan.
” Memulai ide-ide yang tidak diundang.
” Mencari ide-ide dan pendekatan baru.
” Merangsang ide-ide.
” Mempromosikan arus ide-ide yang baik.
” Menyambut ide-ide dari bawahan.
” Siap menerima ide-ide baru.
” Membangkitkan ide-ide segar.
” Unggul di dalam mengasuh ide-ide baru.
” Memulai ide-ide segar.
” Membuka pendekatan-pendekatan baru.
” Memperagakan rasa keingintahuan.
” Memelihara tingkat keinginantahuan yang tinggi.
” Memperagakan satu kekuatan pengamatan yang kokoh.
” Membangun semangat stu lingkungan untuk kualitas baik yang kreatif.
” Mempromosikan lingkungan yang menghasilkan kreativitas.
” Membuka jalan kepada potensi kelompok yang kreatif.
” Mendorong semangat inovasi.
” Mempromosikan iklim-iklim yang kreatif.
” Melahirkan minat.
” Melahirkan peluang-peluang.

SISI PROFESIONALISME

” Membuktikan satu keahlian luar biasa mengenai keterampila-keteram-pilan profesional.
” Membuktikan keahlian profesional.
” Memperagakan orientasi pengetahuan profesional yang tepat.
” Seorang profesional yang kawakan.
” Mencari satu tingkat keistimewaan profeional yang lebih tinggi.
” Memperlihatkan kepentingan pada peningkatan profesional.
” Mempertahankan strategi pertumbuhan yang profesional.
” Berjuang untuk tumbuh secara profesional melalui studi-studi dan partisipasi yang berkelanjutan.
” Terus mengikuti trend-trend profesional.
” Secara konstan mencari agar memperluas wawasan profesional.
” Memelihara satu tingkat tinggi partisipasi yang profesional.
” Mengembangkan skill-skill yang dibutuhkan untuk memelihara standar kualitas profesional tertinggi.
” Kualitas kerja mencerminkan standar2 profesional yang tinggi.
” Menulis memo, surat dan laporan yang mencerminkan keahlian profesionalisme.
” Menyediakan bawahan dengan pertolongan positip dan pasti untuk mengoreksi kesulitan-kesulitan profesional.
” Menyampaikan profesionalisme.
” Memperagakan gengsi profesional.
” Memperagakan standar-standar perilaku profesional yang tinggi.
” Membuktikan standar-standar tindak tanduk profesional yang tinggi.
” Memperagakan gaya profesional.
” Memperagakan profil-profil yang profesional.
” Memelihara etika profesional yang tinggi.
” Mengikuti prosedur-prosedur etika.
” Merangsang profesionalisme.
” Melahirkan rasa hormat untuk profesi.
” Memperagakan kesetiaan terhadap profesi.

Read Full Post »