MENDEWASAKAN AKHLAK DALAM KEPEMIMPINAN SEBAGAI PENGUASA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB. I P E N D A H U L U A N
1. Latar belakang penulisan
2. Perubahan Pola Pikir Kepemimpinan Yang Ber-Akhlak Kedalam Daur-Hidup.
3. Mendewasakan Pola Pikir
4. Mendewasakan Kepemimpinan
5. Mendewasakan Akhlak
6. Mndewasakan Daur Hidup
BAB. II PEMAHAMAN MAKNA OTAK
1. Makna Otak Dari Sudut Pandang Rohaniah
2. Makna Orang Dalam Otak
3. Makna Tawakal Dalam Otak
4. Makna Amanah Dalam Otak
5. Makna Kerja Dalam Otak
6. Mengamalkan Makna Otak
BAB. III MENGELOLA PEMBERDAYAAN OTAK
1. Mendalami Pengertian
2. Perencanaan Pemberdayaan Otak
3. Mengorganisir Pemberdayaan Otak
4. Menggerakkan Pemberdayaan Otak
5. Kontrol Pemberdayaan Otak
BAB. IV TUMBUHKAN KEDEWASAAN PERAN PENGUASA
1. Pentingnya Mendewasakan Peran Penguasa
2. Menjadi Jati Diri Sejalan Kebiasaan Keadilan
3. Menjadikan Pikiran Dalam Ketataan Dan Berpikir Positif
4. Keadilan Mewujukan Politik Dalam Perjalanan Hidup
5. Pemahaman Politik Bagi Peran Penguasa
6. Pemahaman Dinamika Sosial Politik Nasional
7. Pembelajaran Demokrasi Dalam Peran Penguasa
8. Kedewasaan Akhlak Dalam Pembelajaran
Politik dan Kekuasaan Kepemimpinan Penguasa
BAB. V KRETERIA DALAM PEMILIHAN PENGUASA
1. Dasar Pemikiran
2. Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Indoneia
3. Pendekatan Dalam Memecahkan Kesenjangan Berpikir
4. Kesiapan Dalam Pelaksanaan
KATA PENGANTAR
Untuk menjawab tantangan yang terungkap dalam tulisan pertama dengan judul „Meretas Kesenjangan Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Indonesia „ dan tulisan kedua „Reformasi Menuntaskan Kemiskinan Dalam Persfektif 2025“sebagai rintisan hati oleh M. Fauzan Rachman Ketua Umum G.M.B.I. (Gerakan Masyarakat Bawab Indonesia), maka diperlukan suatu perubahan pola pikir yang sangat mendasar bagi para Penguasa.
Salah satu permasalahan tak terpecahkan yang paling menentukan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia termasuk anak dan cucu kita harus hidup adalah peran penguasa yang mampu melihat arti pembangunan dan kebebasan.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka tulisan ini merupakan rangkaian dari dua tulisan terdahulu untuk menjawab bahwa „Mendewasakan Akhlak Dalam Kepemimpinan Sebagai Penguasa“ merupakan kunci keberhasilan bangsa ini di masa depan.
Oleh karena itu, diperlukan daya kemauan yang kuat berupa keinginan untuk melakukan perubahan pola pikir secara redikal, tanpa niat itu maka pesta demokrasi 2014 yang sudah diambang pintu akan mengalami nasib yang dengan pelaksanaan PEMILU yang sebelumnya.
Dengan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan hak-hak manusia, kebutuhan manusia dan pertumbuhan manusia, maka tulisan ini sebagai sumbangan pikiran untuk mengingatkan para penguasa agar mampu menemukan jati diri sendiri dalam hidup tanpa topeng kepalsuan.
Sebagai penguasa masa depan dikenang namanya dan kekuasaannya semakin meningkat sejalan dengan perubahan sikap dan perilaku yang baik, cakap dan adil.
Bandung, 2 Februari 2012
Abdul Talib Rachman
BAB. I P E N D A H U L U A N
1. Latar belakang penulisan
Dalam kehidupan berbangsa dan negara Indonesia, tak terbayangkan daur hidup Negara dan Bangsa Indonesia berada pada posisi “Masa Ketuaan Birokrasi Menuju Kehancuran”, karena itu tidak heran bila bangsa ini hidup dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.
Walaupun bumi Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah atas karunia Allah Swt., tetapi mengapa bangsa Indonesia tidak memiliki peluang untuk merubah nasibnya. Kenyataan saat ini dalam kehidupan bahwa kesenjangan kehidupan betapa tingginya, yang kaya bertambah dan yang miskin bertambahnya jauh lebih besar.
Kemerdekaan selama 66 Tahun, tapi apa yang terjadi bahwa kehiduan dalam berbangsa dan bernegara dari waktu ke waktu tidaklah membawa kebebasan menjadi kebahagian melainkan penderitaan yang kita alami.
Bangsa ini di Pimpinan oleh manusia yang kepemimpinan penuh dengan topeng kepalsuan, antara sikap dan perilaku tidak sejalan dengan ucapannya. Oleh karena itu, tidak ada jalan keluar dari perbuatan pemimpin saat ini mampu meretas jalan menuju ke jati dirinya karena penyakit kehidupannya adalah buah dari amalannya yang buruk.
Dengan pikiran tersebut, suatu hal yang tidak dapat kita mungkiri bahwa hidup pemimpin dalam status sosial apapun dibentuk oleh pikiran pemimpin sendiri, sehingga kebahagian, kesengsaraan, kecemasan dan ketenangan pemimpin muncul dari dalam dirinya sendiri, sehingga pemimpin bangsa masa kini banyak diwarnai dalam kehidupan yang tidak mengagungkan dari kekuatan hasil pikiran ketaatan dan pikiran positif, maka disitu terletak setiap pemimpin memberi warna kehidupan yang mengagungkan pikiran maksiat dan pikiran negatif yang berdampak ketidakmampuan mendaur ulang jiwa dengan tingkat kesadaran yang paling rendah dimata Allah Swt.
Pemimpin pada semua tingkatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk yang mengakuai KEPERCAYAAN (islam) dan KEYAKINAN (iman) tidak mampu memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan apa-apa yang terungkap dalam surat ayat dibawah ini :
QS. 30 : 41 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
QS. 42 : 30” Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” 31)” Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong selain Allah.”
Jadi kepemimpinan dalam peran dan fungsinya tidak mampu memberikan keteladanan dalam kepercayaan dan keyakinan atas kehidupan berbangsa dan bernegara menjawab kegelisahan hidup , walaupun bangsa dipimpin oleh ummat mengakui islam dan beriman menjadi penuntun hidup mereka, tetapi sebaliknya ajaran-ajaran liberalisme dan individualisme yang dimbimbing oleh elit-elit (pemimpin bangsa telah menimbulkan ilusi kebebasan meluas dan merasuk ke dalam pribadi-pribadi masyarakat kita.
Sejalan dari kekuatan melawan kezaliman, maka dengan daya kemauan sangat perlu untuk memahami bagaimana manipulasi ilusi kebebasan berdampak menuntun manusia keluar dari kekuatan jiwa yang negatif, maka dapat kita bayangkan perubahan UUD 1945 (1) oktober 1999 ; 2) agustus 2000 ; 3) november 2001 ; 4) agustus 2002 dan perubahan terus di dorong berkelanjutan.
Mungkinkah pemimpin masa kini mengubah kehidupan berbangsa dan bernegara keluar dari musibah yang telah ditunjukkan oleh kebesaran Allah Swt. Kita meyakini musibah adalah satu bagian dari gambaran manusia, lihatlah daur hidup bangsa dan negara ini yang berada pada posisi yang sangat kritis, jadi bayangkan pula musibah kedatangannya tak diinginkan dan tak dinanti-nanti. Tetapi tak ada orang yang dapat menghalangi kedatangannya.
Lihatlah peristiwa dalam tahun 2011 dari seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah memperlihatkan keburukun pemimpin ummat yang menciptakan penyakit dalam kemiskinan.
Bayangkan, apa yang terjadi dalam tahun 2114, bila kepemimpinan masa depan dengan pemimpin yang berlandaskan kekuatan kesadaran inderawi, sehingga dapat kita bayangkan penyakit dalam kemiskinan menjadi masalah yang sangat kritis untuk bangsa kita bisa tumbuh dan berkembang dikarenakan sikap dan perilaku pemimpin bangsa kita sebagai agen untuk kepentingan pihak ketiga agar Bangsa Indonesia tidak bisa menyelesaikan penyakit kemiskinan.
Oleh karena itu, haruslah lahir pemimpin yang memiliki jiwa keteladanan dalam kepemimpinan dengan jiwa penuh damai tanpa topeng kepalsuan dalam menjalankan amalan lahir dan batin dengan kedewasaan akhlak.
2. Perubahan Pola Pikir Kepemimpinan yang
ber-Akhlak kedalam Daur-Hidup.
Kebutuhan perubahan pola pikir haruslah ditempuh secara radikal, tidak mungkin lagi dari pandangan evolusi karena menerapkan suatu gagasan atau yang dicetuskan sebagai hasil penggalian pola pikir menjadi kepemimpinan yang penuh keteladanan merupakan daya dorong ntuk memasyarakatkan ide-ide baru untuk menjawab hal-hal yang terkait dengan proses di awal dan akhir pengambilan keputusan menjadi kebutuhan kepemimpinan untuk merubah pola pikir dari tingkat kesadaran yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi sejalan dengan hidayah yang diberikan oleh Allah Swt.
Oleh karena itu, keteladanan kepemimpinan sebagai potensi yang terpendam harus mampu untuk menggalinya yang berbasiskan pola pikir yang mampu menuntun pemimpin dalam menjalankan amalan lahir dan batin yang sejalan dengan kebiasaan pikiran dalam ketaatan dan berpikir positif.
Pengalaman telah menunjukkan kepada kita betapa sulit pemimpin masa kini untuk berubah, seperti halnya yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya “kebudayaan mentalitet dan pembangunan” dan oleh Mohtar Lubis dalam bukunya “manusia indonesia-sebuah pertanggunganjawaban”.
Belajar dari apa-apa yang dituangkan dalam kedua buku diatas, memberikan daya dorong, dalam suata gagasan atau ide sebagai pendekatan dalam pola pikir untuk mendaur ulang jiwa kepemimpinan dalam kekuatan moral atau akhlak yang harus disadarkan.
Untuk merumuskan pendekatan perubahan sikap dan perilaku pemimpin masa depan dalam menjalankan amalan lahir dan batin, maka gagasan atau ide yang dituangkan disini bertolak dari pendekatan pemahaman atas unsur
kata dalam POLA PIKIR, KEPEMIMPINAN, AKHLAK dan DAUR HIDUP, menjadi satu kekuatan pikiran kedalam untaian kalimat yang bermakna sebagai landasan perubahan yang harus kita jalankan untuk meretas jalan menjadi diri sendiri sebagai pemimpin yang memiliki jiwa tanpa topeng kepalsuan, seperti yang terurai dibawah ini :
POLA PIKIR, bila diuraikan POLA menjadi (P)rinsip, (O)rganisir, (L)atihan, (A)ktualisasi, sedangkan PIKIR menjadi (P)embenaran, (I)ntelegensia, (K)ekuatan, (I)ntergrasi, (R)asional.
Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka POLA PIKIR adalah menjalankan (P)rinsip-prinsip dalam meng(O)rganisir daya kekuatan pikiran ke dalam konsepsi dimana (L)atihan menjadi (A)ktualisasi membentuk wujud (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang DI (I)ntergrasikan secara (R)asional.
KEPEMIMPINAN, bila diuraikan menjadi (K)apabilitas, (E)ksekutif, (P)emberdayaan, (E)mosional, (M)empengaruhi, (I)nterpersonal, (M)emotivasi, (P)erilaku, (I)ntensitas, (Nalar, (A)kal, (N)aluri.
Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka KEPEMIMPINAN adalah (K)apabilitas dari seorang (E)ksukitif untuk melaksanakan (P)emberdayaan (E)mosional sebagai daya dorong berpikir untuk (M)empengaruhi hubungan (I)nterpersonal dalam usaha untuk (M)emotivasi gaya (P)erilaku pada tingkat (I)ntensitas pada kemampuan (N)alar yang sejalan dengan (A)kal dan (N)aluri.
AKHLAK, bila diuraikan menjadi (A)malan, (K)ebiasaan, (H)idup, (A)gama , (K)ebenaran.
Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka AKHLAK adalah melaksanakan (A)malan lahir dan batin menjadi (K)ebiasaan dalam (H)idup berlandaskan (A)gama dalam mewujudkan (K)ebenaran.
DAUR HIDUP, bila diuraikan menjadi (D)aya, (A)ksi, (U)mur, (R ) asional, (H)ijerah, (I)nsyaf, (D)urhaka, (U)saha, (P)ahala
Bila dirumuskan menjadi untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka DAUR HIDUP adalah meningkatkan (D)aya kemauan yang kuat dalam melaksanakan (A)ksi untuk mempertahankan (U)mur secara (R ) asional dalam menuntun ke arah (H)ijerah dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyaf dalam menebus dosa dengan bertaubat ebagai manusia seutuhnya menuju ke sucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka ehingga diperlukan membangun kebiasaan kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang di anugerah oleh Allah Swt.
Bertitik tolak dari pendekatan rumusan kata-kata yang diungkapkan diatas sebagai suatu gagasan atau ide untuk mendorong setiap pemain peran dalam menjalankan fungsi, tugas dan kerja sangat dipengaruhi oleh daya kemauan yang kuat untuk menjadikan kebiasaan kedalam keinginan untuk membentuk perubahan sejalanan dengan kepercayaan dan keyakinan kedalam pola pikir kepemimpinan yang berakhlak kedalam daur hidup yang senantiasa berusaha mendekatkan diri sebagai manusia yang mengakui yang diciptakan dari kebesaran Allah Swt sehingga menjadi khalifah di bumi.
3. Mendewasakan Pola Pikir
Bertolak dari pemahaman unsur kata dalam “Pola Pikir”, yang telah kita rumuskan, maka renungkan apa-apa yang terungkap dalam Surat dan Ayat dibawah ini sebagai „PRINSIP-PRINSIP“ dalam perjalanan hidup ini sbb:
QS. 38 : 26“ Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
QS. 5 : 42“ Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”
QS. 5 : 49” dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
QS. 4 : 58” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
QS. 4 : 80” Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
QS. 4 : 65” Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Dengan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan), kita belajar untuk mendewasakan kedewasaan berpikir, dari apa-apa yang tertuang dalam surat dan ayat diatas agar kita mampu mengetuk dinding jiwa kearah yang mampu memberikan sinar cahaya kedalam hati yang bersih.
Oleh karena itu, gerakkan dalam kemampuan meng (O)rganisir daya kekuatan pikiran ke dalam konsepsi dimana (L)atihan menjadi (A)ktualisasi membentuk wujud (P)embenaran dengan pemanfaatan (I)ntelegensia sebagai suatu (K)ekuatan yang di (I)ntergrasikan secara (R)asional, maka disitu terletak ruang untuk menemukan jati diri dengan berpegang kepada prinsip-prinsip yang menjadi pondasi kepercayaan dan keyakinan yang terus kita dewasakan dalam menuju perjalanan hidup abadi.
4. Mendewasakan Kepemimpinan
Kita selalu membayang untuk memulai hidup baru, oleh karena itu ingatlah selalu untuk mengungkit daya ingat bahwa hidup kita dibentuk oleh pikiran anda sendiri, sehingga berpikir keinginantahuan dalam usaha-usaha untuk mengetuk benih-benih jiwa menjadi satu kekuatan untuk mendorong daya kemauan dalam mendewasakan kepemimpinan, pahamilah ungkapan dalam surat dan ayat dibawh ini :
QS. 20 : 124“ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Bertolak dari peringatan yang diungkapkan diatas, maka sejalan dengan pikiran untuk mendewasakan kepmimpinan yang diridhoi Allah Swt, maka pemikiran untuk memulai hidup baru, tegakkan benih jiwa atas dasar kepercayaan dan keyakinan, dengan mengingat ungkapan dalam surat dan ayat dibawah ini
QS. 6 : 44“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.“
Jadi dengan mendewasakan kepemimpinan sebagai manusia yang bertaubat yang akan mampu mengambil manfaat dari keadaan sekitarnya sambil menjaga ciri khas dirinya. Jika kita bisa membayangkan dalam pikiran seperti ibarat benih-benih bunga yang ditanam, kemudian tumbuh ketas sang surya dengan baunya yang harum semerbak, walaupun tanah lumpur berbau dan air yang keruh kini telah beralihmenjadi suatu warna yang menarik dan bau yang harum.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka dengan mendewasakan kepemimpinan ia dapat memulai hidup barunya dengan taubat yang ikhlas, niat yang lurus dan ketundukan pada Allah Swt., maka renungkan apa-apa yang tertuang dalam surat dan ayat dibawah ini :
QS. 2 : 38“ Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
QS. 3 : 104“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“
QS. 7 : 71“ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.“
Dari apa-apa yang kita utarakan mendewasakan pikiran diatas berarti kita mampu mengungkit pikiran bagaikan tanaman. Kita harus memelihara, menyirami bahkan jika diperlukan kita harus memangkasnya. Jiwa pikiran kita seperti ladang yang subur. Semuanya terletak dari hasil pikiran ketataan dan pikiran positif, yang mampu menuntun kedewasaan kepemimpinan dalam mewujudkan (K)apabilitas dari seorang (E)ksukitif untuk melaksanakan (P)emberdayaan (E)mosional sebagai daya dorong berpikir untuk (M)empengaruhi hubungan (I)nterpersonal dalam usaha untuk (M)emotivasi gaya (P)erilaku pada tingkat (I)ntensitas pada kemampuan (N)alar yang sejalan dengan (A)kal dan (N)aluri.
5. Mendewasakan Akhlak
Akhlak merupakan sisten nilai yang sesuai dengan ajaran yang dianut oleh manusia yang sejalan dengan kepercayaan dan keyakinan yang dapat menuntun manusia dalam bersikap dan berperilaku.
Oleh karena itu, dalam Islam maka sistem yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka apa yang dirumukan dari untaian kalimat dari unsur huruf menjadi kata bermakna, maka AKHLAK adalah melaksanakan (A)malan lahir dan batin menjadi (K)ebiasaan dalam (H)idup berlandaskan (A)gama dalam mewujudkan (K)ebenaran.
Jadi akhlak yang menuntun dan membentuk kepibadian individu manusia sehingga setiap individu berbeda dari orang lain, oleh karena itu seberapa jauh seseorang dapat berakhlak dengan kepibadian sesuai dengan tuntunan Allah Swt., tergantung yang berangkutan mengangkat derajatnya di mata Allah.
Mengenai dasar-dasar akhlak dapat kita ketemukan dalam Al Qur’an pada surat-surat S.Q. 7 : 199, 200, 201 ; 2 :109 ; 3 : 134, 159 ; 4 : 149 ; 5 :13. Dibawah ini kita ungkapkan surat dan ayat yang dimaksud sebagai berikut :
S.Q. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
S.Q. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
S.Q. 7 :201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
S.Q. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
S.Q. 3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
S.Q. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Dari contoh surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bimbingan yang diberikan Islam merupakan pendekatan yang paling luhur dan paling berharga yang dapat menuntun akhlak dengan kepribadian yang luhur sehingga dapat dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan fitrah dan bakat untuk memanfaatkan hikmah berpikir ke jalan Allah SWT.
Selanjutnya marilah kita menyimak makna amalan lahir dan batin. Dalam Ajaran agama islam, mengajarkan bahwa seseorang mengaku memeluk islam wajib menjalankan syariat yang menyeluruh persoalan hidup lahir dan batin.
Allah SWT telah menggariskan bahwa amalan-amalan lahir yang disebut dengan syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad lahir, sedangkan amalan-amalan batin yang disebut dengan syariat batin atau hakikat adalah untuk diamalkan oleh jasad batin (roh).
Kedua syariat itu wajib dilaksanakan serentak dalam menjalankan hidup di dunia dan keselamatan di akherat dalam satu masa di semua waktu dan keadaan. Keduanya memiliki sifat saling ketergantungan, ibarat buah (kulit dan isi) bahwa disatu sisi memperlihatkan lahir (isi) dan disisi lain memperlihatkan batin (kulit), baru memiliki makna dan penting bila saling membutuhkan. Manusia lebih menekankan isi karena bisa dimakan, sebaliknya Allah SWT menekankan kulit karena isi buah tanpa kulit akan membusuk, tapi tidak berarti isi menjadi tidak penting.
Amalan lahir mencakup, amalan Hablumminallah yaitu amalan yang terkait dengan persoalan ibadah seperti sembahyang, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, dan amalan Hab-lummnannas yaitu amalan-amalan lahir kita seperti perkawinan, jual beli dalam perdagangan dan sebagainya.
Amalan batin (hakikat) yang diperintahkan Allah SWT kepada umat-Nya mencakup amalan batin yang terkait dalam akhlak dengan Allah sperti untuk mengenal Allah dengan keyakinan dan kebulatan hati, merasa selalu diawasi oleh Allah, mensyukuri nikmat pemberian Allah dan sebagainya, dan amalan batin yang terkait dalam akhlak dengan manusia seperti baik sangka kepada orang islam, bertolak ansur kepadanya, memaafkan kesalahannya dan sebagainya.
Realita menunjukkan kepada kita betapa sulit amalan batin untuk dilaksanakan seperti kebaikan dan sabar, begitu juga amalan lahir seperti menjalankan shalat dan puasa.
Tetapi lain halnya bila orang islam yang khusuk dalam perbuatannya yang secara berkelanjutan selalu bermimpi untuk mendewasakan akhlak seperti ia selalu diawasi oleh Allah dan dekat kepada-Nya. Kenyataan ini dapat juga mengingatkan kepada kita dari kedua amalan itu lebih memberatkan kepada amalan batin, hal ini berarti dengan rasa khusyuk kita meyakini benar atas keberadaan Allah SWT, dengan itu kita dapat melawan nafsu amarah sehingga kita dapat membedakan perbuatan baik atau buruk dalam suatu situasi seperti bila kyai dipertuhankan, lebih-lebih ia menjadi seorang pemimpin
6. Mendewasakan Daur Hidup
Mendewasakan daur hidup terkait dengan pikiran selamat hidup di dunia dan akherat adalah suatu usaha mendewasakan secara berkesinambungan dari masa umur yang sejalan dengan semua perbuatan yang menuju kecintaan kepada Alah Swt., oleh karena itu wujudkan gerakan untuk berpikir tentang karunia-Nya melalui proses peningkatan amalan batin.
Membicarakan tentang daur hidup akan terkait dengan kita merenungkan untuk berpikir tentang karunia-Nya maka terlintas dalam pikiran untuk mengetahui tentang masa umur, dalam hal ini seperti yang terungkap dalam buku”Renungan tentang Umur manusia” oleh Allamanah Sayyid Addullah Haddad dimana didalam buku tersebut, ia mngungkapkan dari Ibnul Jauzi telah membagi umur itu menjadi lima masa :
1) Masa kanak-kanak ; sejak dilahirkan mencapai umur 15 tahun ;
2) Masa muda ; dari umur 15 tahun hingga umur 35 tahun ;
3) Masa dewasa ; dari umur 35 tahun hingga umur 50 tahun ;
4) Masa tua ; dari umur 50 tahun hingga umur 70 tahun
5) Masa usia-lanjut ; dari umur 70 tahun hingga akhir umur yang dikarunia
oleh Allah.
Bertitik dari ungkapan diatas, ungkitkanlah daya kemuauan yang kuat untuk memikirkan makna DAUR HIDUP adalah meningkatkan (D)aya kemauan yang kuat dalam melaksanakan (A)ksi untuk mempertahankan (U)mur secara (R ) asional dalam menuntun ke arah (H)ijerah dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyaf dalam menebus dosa dengan bertaubat ebagai manusia seutuhnya menuju ke sucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka ehingga diperlukan membangun kebiasaan kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang di anugerah oleh Allah Swt.
Sejalan dengan pemahaman makna daur hidup diatas, maka dengan merenung tentang umur dalam daur hidup, tak lain untuk mengingatkan kita dalam menempuh perjalanan hidup ini bahwa kita harus pejemput maut pasti datang., hanya kita tidak tahu kapan datangnya. Rasulullah saw. Diwafatkan oleh Allah Swt. Yaitu dalam usia 63 tahun menurut riwayat yang shaih. Apa artinya bagi kita termasuk sebagai penguasa tak lain ingatlah dengan pesan Rasulullah saw. Bahwa :
“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara : Masa mudamu sbelum tiba masa tua ; Masa sehatmu sebelum tiba masa sakit ; Masa lapangmu sebelum tiba masa sibuk ; Masa kayamu sebelum tiba masa papa ; dan Masa hidupmu sebelum tiba ajalmu” (H.R. Al-Hakim Baihagi, Ibnu Abi’ddunia Ibnul – Mubarak)
Selanjutnya beliau bersabda bahwa : “Takkan tergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara :
1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan ;
2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan ;
3) Tentang hatanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan :
4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya
(H.R. Tirmidzi)
Dengan memikirkan hal-hal yang kita ungkapkan diatas, semoga ada motivasi kita untuk lebih mengenal tentang diri kita dengan pendekatan 7 M,
apa-apa yang tertuang dalam QS. 45 : 37“ Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.“
Dengan mndalami apa-apa yang terungkap diatas, bangkitkan cahaya hati ini melalui kekuatan benih jiwa dalam menempuh perjalanan hidup untuk dunia dan akherat melalui tahapan peningkatan kedewasaan kecintaan kita kepada Allah Swt., hanya dengan itulah kita akan selalu ingat bahwa maut pasti datang dan oleh karena itu persiapkan dirimu dengan melihat masa umur kita dengan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup ini, disitulah terletak kemampuanmu untuk memanfaatkan unsur jiwa berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk berpikir baik secara metodis (otak dan hati) dan non-metodis (hati) yang ada dalam otakmu untuk amalan lahir (syariat lahir disebut syariat diamalkan oleh jasad lahir) dan amalan batin (syariat batin disebut hakikat diamalkan oleh jasad batin atau roh)
BAB II. PEMAHAMAN MAKNA OTAK
1. Makna Otak Dari Sudut Pandang Rohaniah
Dalam perjalanan hidup yang singkat ini sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Swt, maka ia harus mampu berpikir tanpa ada keragu-raguan bahwa orang harus mau hidup dan harus tahu bagaimana meninggalkan dunia yang fana ini.
Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas marilah kita menimak satu ungkapan “Tidak ada bahan lain untuk surga dan neraka bagi manusia setelah mati, kecuali atas amal perbuatannya selagi di dunia” Oleh karena itu manfaatkan makna “OTAK” karena kita sadar bahwa segala tempat dapat dipenuhi oleh isinya selain dari tempat ilmu.
Tempat ilmu makin diisi makin bertambah besarnya. Tempat ilmu ialah di akal. Semakin bertambah ilmu sema-kin terasa kebodohan kita. Orang yang merasa diri pandai ialah orang tidak menambah pengetahuan. Akhirnya kita menyadarinya bahwa air laut bila ditimba akan kering, tapi lautan ilmu pengetahuan, kian ditimba kian bertambah airnya.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka bayangkan, apakah memang benar orang-orang islam begitu banyak berperan baik sebagai pelaku ekonomi, eksekutif, legislatif, yudikatif dan berbagai lembaga lainnya, tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi saat ini dalam berbangsa dan bernegara, ataukah kita memang tidak mau berubah dalam bersikap dan berperilaku ataukah kita memang selalu menginginkan untuk dijajah oleh pihak ketiga yang tersembunyi yang sebenarnya bayangan itu diketahui adanya. Inilah semua kenyataan yang kita hadapi bersama sebagai bangsa. Kita menginginkan demokrasi sebagai alat untuk mengangkat derajat bangsa yang terbesar adalah pemeluk islam.
Adakah jalan keluarnya. Masalah untuk tumbuh dan berkembang dalam berbangsa dan bernegara yang kita hadapi masa lampau, masa kini dan masa depan, mampukah kita dalam waktu singkat untuk merubah pola berpikir dalam memecahkan masalah yang kita sebut komplek dan penyakit. Tingkat intisitas dalam mempengaruhi perubahann sikap dan perilaku melalui pendekatan yang kita sebut dengan memaksimumkan pemanfaatan OTAK.
Renungkanlah Rasullullah saw, bersabda:
“ Barangsiapa melapangkan seorang Mu’min dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan-kesusahan hari kiamat.
Dan barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan di akhirat.
Dan barangsiapa menutupi cacat seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan memberikan per-tolongan kepada seseorang selama orang tersebut suka menolong saudaranya. Dan barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan tiada berkumpul suatu kaum dalam sebuah rumah dari antara rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Al-Qur’an dan mengkajinya bersama-sama, melainkan keetenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka dan malaikat akan mengerumuni mereka, serta oleh Allah mereka akan disebut di kalangan orang-orang yang berada di sisi-Nya. Dan barangsiapa terlambat amalnya, maka dia tidak akan dipercepat oleh nasab keturunan-nya “ (H.R. Muslim)
Apakah manusia yang memiliki kekuasaan, mudah dipenga-ruhi untuk membalikkan tingkat kesadaran yang begitu dilihat dari sudut INDERAWI merupakan tingkat yang paling rendah menjadi berubah. Kita bayangkan kalau orang yang kiblat kepada manusia dan materialistik, tidak mudah orang bisa berubah, begitu saja.
Tetapi sebaliknya apakah memang benar orang yang berkuasa saat ini sedang memanfaatkan OTAK dalam arti bahwa setiap unsur huruf memiliki makna yang berdiri sendiri tetapi memiliki saling ketergatungan.
Jadi kata OTAK sebagai suatu pendekatan akan kita uraikan dari unsur huruf menjadi kata yang bermakna, bagi orang islam bahwa unsur huruf dalam OTAK begitu banyak surat dan ayat yang mengungkapkan artinya agar mereka tertuntun ke jalan yang benar sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT.
Jadi huruf dalam kata OTAK terdiri dari : O menjadi ORANG ; T menjadi TAWAKAL ; A menjadi AMANAH ; K mennjadi KERJA
Marilah kita mencoba untuk mengungkapkan unsur kata dalam beberapa surat dan ayat dalam Al Quran yang menjadi tuntunan kita bersikap dan berperilaku sebagai berikut :
ORANG : QS. 5 : 42 “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar kata bohong, banyak mereka memakan yang haram (seperti uang sogokn dan sebagainya). Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan) makaputuskanlah (perkara itu) di antara mereka atau berpalinglah dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepada sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.
TAWAKKAL : QS. 8 : 49 “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang aada penyakit di dalam hatinya berkata : Mereka itu (orang-orang mu’min) ditepi oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barang-siapa yang tawakkal kepada Allah , maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
AMANAT : QS. 33 : 72 “ Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat (yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sessungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
KERJA : QS. 2 : 134 “Itu ummat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakan nya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidk kan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
QS. 5 : 8 “ Hai orang-orang beriman , hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kamu sekali-kali kebencianmu terhaadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepadaa takwa. Dan bertakwalah kepada Allah , sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjaakan”
Kami ingin menyimpulkan, apakah orang sebagai manusia yang diciptakan sebagai mahluk oleh Allah SWT yang paling mulia dimana dalam perjalanan hidupnya mengaku memeluk islam sebagai pandangan hidupnya, maka adakah kita menyadari seutuhnya sebagai pemeluk islam telah mampu memanfaatkan MAKNA OTAK seperti yang kami rumuskan diatas.
Apakah yang terjadi saat ini dimana-mana ada demontrasi, apa artinya bagi kita semua sistom tersebut, apakah tidak terbayangkan bahwa dalam tubuh eksekutif, yudikatif dan legislatif adakalanya mempertontonkan ketidak puasan secara phisik, kita tidak pernah berubah dalam pola berpikir secara radikal untuk memecahkan kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Inilah satu bayangan bahwa negara kita dikendalikan oleh pihak ke tiga agar kita masuk kedalam daur hidup yang penuh permainan politik, dimana bila kita salah langkah dapat menuju kehancuran.
Dadapatkah kita bayangkan, apakah pernah pemimpin kita mau berbagi rasa untuk memikirkan keadaan yang sebenarnya, bahwa ia mampu mempergunakan OTAK untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bangsa ini. Kalau ada pemimpin saat ini berpikir akan memaksimumkan OTAK kedalam pemecahan masalah yang opnormal dari “KOMPLEK” merubah menjadi ”PENYAKIT”, itulah satu tanda adanya satu kebutuhan untuk memanfaatkan “OTAK” sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku.
Apakah yang dapat kita kerjakan bila semua pihak mau mene-rapkan OTAK secara dioptimalkan, cabalah renungkan Rusulluh saw bersabda :
“Sesungguhnya dunia ini indah dan manis, dan Allah akan menyerahkannya kepadamu, dan kemudian Dia akan melihat bagaimana kamu memperlaku-kannya.Maka berhati-hatilah kamu terhadap godaan dunia, dan berhati-hatilah (pula) kamu terhadap (godaan) wanita. (H.R. Muslim).
Jadi pada bagian ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang telah kita ungkapkan untuk menggugah pihak-pihak yang merasakan pentingnyanya arti memanfaatkan makna OTAK dalam menggugah perubahan sikap dan perilaku. Pada tingkat intensitas yang tinggi pendekatan ini mungkin dapat mempengaruhi jalan hidup artinya ia meyakini kehidupan dunia dan akherat, sebagai makhluk diciptakan oleh Allah SWT.
Dengan pemikiran pendekatan memaanfaatkan OTAK, timbul dalam pikirannya apa arti hidup di dunia dan pada waktunya ia juga bakal mati setiap saat ia dipanggil oleh sang penciptanya.
Apakah model pendekatan ini akan merubah pola pikirnya sehingga menimbulkan rangsangan terhadap perubahan atas tingkat kesadarannya yang paling rendah yang kita sebut dengan kesadaran INDERAWI menuju ketingkat kedua dan seterusnya.
Perubahan tingkat kesadaran tersebut bisa terjadi bila ia dapat merenung tentang dirinya artinya ia menggerakkan keinginan dengan niat yang ikhlas dengan berpikir menghayati dengan maksud membuka mata hatinya, inilah yang disebut berpikir intuitif. Dengan tingkat kesadran yang berubah, maka kemungkinan melihat masa depannya yang akan dituju yaitu “hidup setelah mati”. Apakah arti hidupnya dalam dunia, segala yang dimilikinya tak dapat dibawanya setelah mati, kecuali menuju “PERJALANAN ABADI” sejalan dengan manfaat “OTAK” yang diyakininya.
Ada baiknya dibawah ini kami ungkapkan suatu uraian mengenai OTAK dilihat dari sisi ANATOMI sebagai berikut :
Untuk memahamkan bangunan otak perlu kita ingat bahwa sistem syaraf pusat berkembang dari suatu struktur yang berbentuk bumbung. Pada bbumbung tersebut dapat dilihat sebuah dasar , sebuah atap dan dua dinding sisi sebagai pembatas suatu terusan yang terletak di tengah.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi masalah oleh karena bumbung itu pada beberapa tempat menjadi tebal, sedangkan pada tempat-tempat lain dindingnya tetap tinggal seperti semula.Di sebelah depan berkembang dua gelumbung yang setangkup letaknya. Gelumbung-gelumbung ini kemudian menjadi kedua belahan otak besar. Di sebelah belakang terbentuk otak kecil oleh karena atap bumbung di sini menjadi mangkin tebal. Bagian lain otak yang dinamakan batang otak tetap berbentuk bumbung dan merupakan tangkai otak besar dan otak kecil, yang ke bawah dilanjutkan menjadi sumsum belakang. Di atas-belakang dan juga di sisi batang otak itu sama sekali tertutup oleh otak besar dan otak kecil , hanya pada dasar otak saja batang otak dapat dilihat dari luar. Pada batang otak dapat dibedakan beberapa bagian yaitu :
1. bagian bawah, yaitu sumsum lanjutan yang merupakan lanjutan langsung sumsum belakang. Ke atas bentuknya semakin melebar. Dasar bumbung syaraf disini semakin menebal, sedangkan atapnya tetap tipis dan berupa selaput ; rongganya, yang merupakan lanjutan terusan pusat sumsum belakang, adalah dan agak luas dan dinamakan bilik otak ke 4. Permukaan depan sum-sum lanjutan memperlihatkan beberapa benjolan, antara lain limas di kedua sisi sebelah garis tengah dan zaitun yang letaknya agak lebih ke sisi. Bentuk-bentuk tersebut disebabkan oleh tumpukan substansi putih (inti) atau substansi kelabu (jalur) setempat.
2. Ke atas terletak otak antara. Dasar bumbung syaraf menjadi jembatan varol oleh karena bertambahnya serabut-serabut syaraf. Dari atap bumbung saraf berkembang otak kecil. Dari dinding sisinya berkembang lengan jembatan yang menghubungkan otak kecil dengan jembatan. Bilik otak ke 4 meluas sampai di sini dan memasuki otak kecil sebagai sebuah relung dalam yang dinamakan tenda.
3. Bagian batang otak berikutnya bernama otak tengah. Dasarnya berupa sepasang tangkai batang otak besar yang meenaik secara serong dari jembatan pada kedua sisinya untuk memasuki kedua belahan otak besar. Lembar atapnya mempu-nyai dua buah gunduk atas dan dua buah gunduk bawah. Keempat benjolan ini dibatasi oleh alur-alur yang bersilangan. Rongga otak di batasi oleh alur-alur yang bersilangan. Ronggo otak disini berupa terusun sempit, yang dinamakan saluran otak besar Sylvius yang di belakang berhubungan dengan bilik otak ke 4 dan di depan bersambungan dengan bilik otak ke 3.
4. Bagian paling atas batang otak membentuk otak antara. Dinding sisi bumbung syaraf di sini amat menebal seraya membentuk badan-badan lutut ; oleh karena itu rongga-nya menyempit , menyeerupakan suatu celah yang dinamakan bilik otak ke 3. Atapnya tipis dan berupa selaput , di sebelah belakang terdapat badan runjung. Dasar bilik otak ke 3 agak rumut bangunannya, berturut-turut dari depan ke belakang terdapat di sini palang penglihat , hypofisis (seperti badan runjung termasuk golongan kelenjar buntu) dan kedua badan puting.
Belahan otak besar kiri dan kanan berasal dari gelumbung-gelumbung pada bumbung saraf. Kedua gelumbung semakkin membesar dan oleh karena itu menutupi bagian-bagian batang otak, tetapi tetap berhubungan dengan otak antara. Rongga bumbung saraf meluas sampai kedalam ke dua belahan otak besar, maka terbentuklah dua bilik sisi, yang masing-masing tetap berhubungan dengan bilik otak ke 3 melalui sebuah lubang kecil yang dinamakan lubang antarbilik Monro. Di tengah , di atas dan di depan otak antara kedua belahan otak besar saling berhadapan, sehingga kedua bidang tengahnya menjadi rata. Kedua belahan otak besar saling berhubungan melalui beberapa berkas serambut melintang ; yang penting antaranya dinamakan balok.
Di bawah balok terdapat sebuah berkas membujur yang bernama kubah. Permukaan otak besar memperlihatkan banyak gelung otak yang dibatasi satu terhadap yang lain oleh beberapa alur, yang terpen-ting antaranya adalah alur sisi Sylvius, yang dapat dilihat pada bidang sisi otak besar. Alur-alur itu juga membatasi baga-baga otak besar ; baga dahi, baga ubun-ubun, baga belakang kepala, baga pelipis. Juga dapat tiga buah kutub pada tiap belahan otak bsar , yaitu kutub dahi, kutub belakang kepala dan kutub pelipis.
Dari otak keluar 12 pasang saraf otak, yaitu saraf penglihatan, saraf penghidu, tigaa pasang saraf otot mata, saraf kembar tiga yang mempersarafi kulit wajah dan semua otot kunyah, saraf pendengar, saraf wajah untuk otot-otot mimik, saraf glosofaring yang antara lain melepaskan cabang kepada selaput lendir lidah dan tekak, saraf kelana yang meluas ke bawah sampai dalam daerah dada dan perut dan mempersarafi alat-alat dalam dada dan perut, saraf tambahan yang mempersarafi beberapa otot leher, dan saraf bawah lidah yang mengurus persarafan otot-otot lidah.
Dengan memahami kedudukan otak dari sisi anatomi yang diuraikan diatas, maka memanfaatkan “OTAK” sebagai suatu pendekatan diperlukan pula pemahaman dari unsur huruf menjadi kata bermakna.
Jadi OTAK harus diterjemahkan huruf (O) menjadi ORANG sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, sebagai mahkluk yang paling mulia dan oleh karena itu huruf (T) menjadi TAWAKAL untuk menjalankan semua perintah dan hukumnya aku taati, suruhnYa aku kerjakan, laranganNYa aku hentikan dengan segenap kerelaan dalam menjalankan sesuatu yang diterjemahkan dari huruf (A) menjadi AMANAH/ AMANAT untuk menunntun dalam menuntun dalam bersikap dan berperilaku yang selalu memancarkan dari huruf (K) menjadi KERJA kedalam wujud untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi.
Dengan memahami makna OTAK sebagai suatu pendekatan yang kita kemukakan menjadi daya dorong untuk menarik hihmak berpikir artinya orang yang bijaksana mencari kesempurnaan tetapi orang bodoh mencari kekayaan.
2. Makna Orang Dalam Otak
Seperti yang telah kita ungkapkan pada bagian terdahulu bahwa kata orang yang termuat dalam Al Qur’an bahwa :
ORANG : QS. 5 : 42 “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar kata bohong, banyak mereka memakan yang haram (seperti uang sogokn dan sebagainya). Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan) makaputuskanlah (perkara itu) di antara mereka atau berpalinglah dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepada sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil “
Dengan memahami makna ayat tersebut diatas, maka timbul pertanyaan pada diri kita untuk mendalami bahwa “Allah menyukai orang adil”, oleh karena itu mari kita mencoba untuk menguraikan huruf dalam kata orang sehingga dapat kita rumuskan kedalam untaian kalimat menjadi lebih bermakna untuk mendalami tentang kata “ORANG” dalam “OTAK”
Bila kata ORANG kita uraikan dari huruf menjadi kata yang bermakna yang terdiri dari unsur kata yaitu :
O menjadi Organ ; R menjadi Roh ; A menjadi Akal ; N menjadi Naluri / Nafsu ; G menjadi Golongan.
Selanjutnya kita uraikan makna huruf menjadi kata bermakna sbb. :
ORGAN adalah alat yang mempunyai tugas tertentu dalam tubuh manusia. Tentang manusia begitu banyak diungkapkan dalam Al Qur’an pada surat-surat :
NO.2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39,41,42,43,44,45,46,47,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,62,63,64,66,70,71,72,80,82,83,84,86,89,90,95,96,99,100,103,110,114. Dalam setiap surat terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan tentang manusia.
Sebagai contoh QS. 2 : 8 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman “ Maknanya adalah untuk menjelaskan tentang golongan munafik.
Jadi kalau kita sejenak untuk mengingatkan kembali dengan membaca surat dan ayat yang kami ungkapkan diatas, maka ia akan memberikan daya dorong kedalam pikiran kita untuk menyadari apa arti hidup sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT ini.
ROH / Ruh adalah salah satu keyakinan yang diajarkan Al Qur’an dan mempercayai soal-soal gaib merupakan salah satu sendi keyakinan beragama. Jadi kepercayaan mengenai soal-soal gaib itu justru merupakan perwujudan dari kebenaran iman dan islam.
Dalam Al Qur’an tentang Ruh dapat kita ketemukan dalam QS. 17 : 85 ; 4:171 ; 19:17 ; 32:9 ; 38::72 ; 66:12 ; 78:38 ; 81:7
Sebagai contoh dalam QS. 17:85 mengungkapkan sebagai berikut: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang Roh. Katakanlah : “Roh itu termasuk urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Dengan pemahaman tersebut diatas, maka sejak manusia lahir, roh berangsur dewasa sesuai perkembangan jasmani. Jadi dengan mempercayai adanya roh itu berarti soal-soal gaib dapat kita rasakan, sehingga kepercayaan mengenai Roh tidak dipaksakan kepada pikiran untuk memanfaatkan otak melalui alat pikiran kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari jawaban tentang Roh yang tidak diketahui hakkikatnya
Cobalah renungkan QS. 22 : 5 “ Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari Kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara Kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
QS. 6 : 62 “ Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepaada Allah. Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.
Dengan kita merenung untuk memahami makna dari kedua surat tersebut diatas, maka kita dapat mengetahuinya ada dua unsur dalam diri manusia yaitu jasad / tubuh / badan yang dapat diketahui tuntutan serta keinginannya disatu sisi dan disisi lain pada waktunya manusia setelah meninggal Roh-nya kembali kepada Allah.
AKAL, adalah salah satu mesteri lainnya yang diciptakan oleh Allah SWT untuk orang sebagai manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir.
Oleh karena itu dalam Al Qur’an telah diungkap dalam surat-surat dan ayat tentang akal seperti yang tercantum dalam QS. 2:142,179,197 ; 4:5 ; 5:58 ; 7:66,67,155 ; 10:100 ; 12:94,111 ; 26:28 ; 30:24 ; 39:21 ; 45::5 ; 53::6 ; 65:10.
Sebagai contoh mari kita renungkan QS. 2:142 “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata : “Apakah yang memalingkan mereka (umat islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ?” Kata-kanlah : “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat ; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”
Dengan Surat tersebut telah menunjukkan kepada kita bahwa “ke-esaan tuhanlah akhirnya yang menang”, oleh karena itu dengan akal yang dianugerahkan oleh Allah SWT, orang dapat berpikir sebagai manusia seutuhnya artinya ia mampu menggerakkan alat pikir yang lainnya dalam satu kesatuan yang disebut dengan kesadaran dan kecerdasan.
Dengan menggerakkan Kesadaran dalam berpikir artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta me- rasakan diri seendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.
Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir bila tidak dibantu oleh Kecerdasan karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingat masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk memecahkan.
Kecerdasan menjadi bermakna, bila Akal menunjukkan mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Oleh karena itu dengan Akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati dan memahami sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengen. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.
Sejalan dengan pikiran diatas, cobalah renungkan QS. 2 : 269 “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah, ia benar-benar dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”
Sifat dorongan itu, manusia bertindak dengan nalurinya pada dasarnya untuk kebaikan dan ada pula dasar untuk kejahatan, sehingga manusia diberi ikhtiar untuk berusaha dalam pelbagai bentuk pendekatan untuk memberikan bimbingan terhadap potensi kebaikan dan memberikan arah pada potensi kejahatan ke jalan yang baik.
Seperti kita maklumi bahwa dalam Islam faktor baik dan buruk merupakan sunnatullah keberadaannya, sebab tidak sempurnalah Kekuasaan Allah itu jika hanya mampu mengadakan yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk tidak.
Dorongan itu yang disebut Nafsu. Nafsu adalah bagian dari rohani yang memiliki pengaruh yang besar dan menguasai untuk memerintahkan kepada anggota jasmani. Didalam Al Qur’an dapat kita ketemukan dalam surat dan ayat yang tercantum pada QS. 2:87 ; 4:27, 135 ; 5:29, 48, 49, 70, 77 ; 6:119, 150 ; 7:81, 176 ; 12:53 ; 13:37 ; 18:28 ; 20:96 ;27:55.
Sebagaai contoh QS. 2 :87 “ Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada ‘Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dkeinginanmu lalu kamu angkuh ; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh ? “
Dari surat tersebut mengingat kita bahwa sikap orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah. Sebaliknya Allah mengunci hati orang yang menuruti nafsu, seperti yang termuat dalam QS. 45:23 ; 47:16.
Dalam QS. 45 : 23 “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat ber-dasarkan ilmunya dan Allah telah mngunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannnya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ? “
Sejalan dengan itu maka naluri yang ada pada manusia merupakan anugerah tuhan untuk dipakai secara bijaksana, karena dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.
Dengan demikian sebagai individu, maka berkat dorongan naluri berupa hawa nafsu, kebutuhannya akan dapat terjaga dan terpelihara. Sebaliknya sebagai anggota masyarakat, ia dapat menyesuaikan diri sebab ada naluri seperti keinginan berkumpul, menyelamatkan diri, minta tolong dsb.
Dengan mengutarakan hal diatas bahwa pada setiap manusia terdapat naluri dari pembawaan lahirnya, maka seberapa jauh seseorang dapat mengendalikan naluri yang ada dalam jiwanya akan sangat ditentukan oleh tingkat kedewasaan seseorang dalam berpikir.
Oleh karena itu, pahamilah nafsu yang memainkan peran dalam mempengaruhi pikiran yang kita sebut dengan :
• Nafsu Amarah adalah nafus yang belum mampu membedakan kebaikan dan keburukan sehingga mendorong kepada perbuatan yang tidak terpuji.
• Nafsu Lawwaamah adalah nafsu yang memiliki rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan sesuatu pelanggaran.
• Nafsu Musawwalah adalah nafsu yang dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Melakukan keburukan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
• Nafsu Mulhammah adalah Nafsu yang mendapat ilham dari Allah dikaruniai ilmu pengetahuan dan akhlak yang terpuji.
• Nafsu Raadhiyah adalah nafsu yang ridha (ikhlas) kepada Allah, memiliki sikap yang baik dalam kesejahteraan, mensyukuri nikmat qanaah atau merasa puas dengan apa adanya.
• Nafsu Mardhiyah adalah nafsu yang diridlai Allah. Yaitu keridlaan yang dapat terlihat pada anugerah yang diberikannya, berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, memiliki karamah, dan men-dapatkan kemuliaan.
• Nafsu Kaamilah adalah nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya. Sudah dikategorikan cakap untuk mengerjakan irsyad dan menyempurnakan ikmal terhadap hamba Allah.
• Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik. Nafsu ini bisa menyebabkan ketenangan jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang terpuji, membentengi serangan kekejian dan kejahatan.
GOLONGAN adalah mengkelompokkan orang-orang yang memiliki tingkat kesadaran yang mempengaruhi pola berpikir dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidup-annya sebagai manusia. Oleh karena itu kita dapat mengkelompokkan manusia kedalam golong-an yang disebut :
Dalam Al Qur’an mengenai Golongan terdapat dalam QS. 18:36 ; 35:6 ; 37:83 ; 38:11, 13 ; 40:5,30 ; 40:5,30 ; 42:7 ; 43:65.
Pada QS. 18 : 36 “dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mmendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu”
QS. 35 : 6 “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggap ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Golongan kanan yang termuat dalam QS. 56 : 8, 27, 38, 90,96, ; 74 : 39 ; 90 : 18.
Sebagai contoh pada QS. 56 : 8 “ Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu “
Yang dimaksud golongan kanan ialah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kanan.
Golongan kiri yang termuat dalam QS. 56 : 9, 41 ; 90 : 19. Sebagai contoh pada QS. 56 : 9 “ Dan golongan kiri . Alangkah sengsaranya golongan kiri itu”.
Yang dimaksud golongan kiri adalah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kiri.
Jadi dengan pemahaman itu adalah bukti kebenaran hari kebangkitan dan penggolongan manusia pada hari itu kepada mu’min dan kafir.
Untuk jelasnya marilah kita menyimak dalam QS. 30 : 14 “Dan pada hari terjadi kiamat, di hari itu mereka manusia) bergolong-golongan.
QS. 30 : 15 “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.”
QS. 30 : 16 “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Qur’an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).
Dengan mengungkapkan huruf dalam kata “ORANG” yang telah kita utarakan diatas, maka manusia yang diciptakan oleh Allah SWT merupakan mahluk yang mulia sebagai khalifah di bumi.
Oleh karena itu, harus kita pahami bahwa ORANG sebagai unsur O dalam kata “(O)TAK mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa ORANG adalah (O)RGAN sebagai jazad yang didalamnya terdapat (R)OH yang menggerakkan (A)KAL untuk menuntun (N)ALURI / NAFSU kedalam (G)OLONGAN umat yang selalu berpegang kepada Al Qur’an dan sunnah.
Memahami orang sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT berarti kita harus mampu mempergunakan otak sebagai sarana agar dalam bersikap dan berperilaku taat melaksanakan perintah Allah, menetapi peraturan-peraturan yang ditentukan Allah dan meninggalkan segala larang-annya.
Jadi manusia memanfaatkan OTAK dalam kemampuan untuk berpikir haruslah sejalan ajaran agama untuk mengaktualisasikan alat berpikkir yang disebut kesadaran (otak kanan atas), kecerdasan (otak kiri atas) dan akal (otak bawah sadar).
Oleh karena itu, manusia dengan kemampuan berpikir itu, ia harus menyadari benar dalam mewujudkan hikmah berpikir untuk menjauhi ma’shiat, sehingga proses dalam berpikir dapat menuntun arti mata, telinga, lidah, perut, aurat, tangan, kaki kejalan yang benar.
Untuk itu cobalah renungkan QS. 8 : 22 “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.”
Dalam perjalanan hidup ini orang sebagai manusia penuh dengan tantanngan dimana ideologi dan beragam aliran tumbuh dan berkembang yang akan mempengaruhi jalan pikiran manusia. Oleh karena itu, orang yang dapat menangkap makna “OTAK” sebagai ciptaaan Allah SWT, akan dapat menghayati hikmah berpikir untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku.
Dengan jalan pikiran itu , maka manusia berpikir, bekerja dan belajar selama hidupnya dapat membentuk kesadaran dari satu tingkat ke tingkat yang lebih sempurna sehingga dengan bantuan kecerdasan dan akal, ia dapat menolak ajaran materialisme histori dengan berpegang teguk pada Al Qur’an dan Sunnah yang menuntun manusia berbuat kebajikan dan pantang akan kejahatan.
Mengungkapkan huruf O dalam kata (O)TAK sebagai suatu pendekatan dimaksudkan untuk memahami arti manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di bumi sehingga ia selalu berpikir dalam satu kebiasaan untuk :
• Memberi kepada orang yang tidak suka memberi.
• Membuat kebaikan kepada orang yang tidak senang pada kita.
• Waktu diam digunakan untuk berpikir.
• Bila berbicara juga berisi nasehat.
• Apa dilihat dijadikan contoh dan pelajaran.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka orang hanya bisa dengan berkembang jikalau ia bisa mengatasi kesukaran-kesu-karan krena itu harus bertekun dengan tekad maju terus, meskipun mendapat pukulan dan rintangan. Mati karena melaksana-kan cita-cita adalah yang mulia. Penderitaan dan kesusahan hidup adalah pengalaman yang berharga dan membuat seseorang berjiwa besar.Tidak ada jalan yang senang menuju jalan keberuntungan hidup.
Jadi dengan daya dorong dalam memahami arti kebera-daannya di dunia berarti orang yang mendidik dirinya lebih berharga dari mendidik orang lain. Orang yang tidak dapat menguasai dirinya dia tidak dapat memimpin orang lain. Barang siapa yang pandai memelihara isterinya berarti pandai pula memelihara arti kehidupan ini.
3. Makna Tawakal Dalam Otak
Tawakal adalah berserah kepada kehendak Allah artinya percaya dengan sepenuh hati kepada Allah. Tidak cukup hanya percaya te-tapi juga menyerah. Jadi percaya dan meyerah adalah dua kata yang berbeda tapi memiliki saling keterkaitan yaitu disatu sisi kita percaya karena aqidah dan disisi lain menyerah karena ibadah.
Dengan pikiran itu marilah kita mencoba merenung dari huruf menjadi kata bermakna dalam tawakal yaitu
T menjadi (T)aat ; A menjadi (A)qidah ; W menjadi (W)ahyu ;
A menjadi (A)llah ; K menjadi (K)itab ; A menjadi (A)l Qur’an ;
L menjadi (L)ailatul qodar.
Jadi untuk mendalami makna TAWAKAL dilihat dari unsur tiap huruf dalam kata tersebut memberikan daya dorong dalam menangkap hikmah berpikir agar wujud percaya dan menyerah menjadi satu kenyataan dalam bersikap dan berperilaku.
Untuk jelasnya dibawah ini kita ungkapkan makna huruf dalam kata tersebut seperti dibawah ini :
TAAT, adalah senantiasa menurut perintah dan hukum-Nya aku taati, suruhnya aku kerjakan, larangan-Nya aku hentikan, dengan segenap keyakinan dan kerelaaan.
Mengenai kata Taat dalam surat-surat dan ayat kita dalam Al Qur’an seperti yang tercantum dalam QS. 2:93, 173 ; 3:17, 173 ; 4: 13, 34, 59, 65, 69, 80, 1 ; 5 : 7, 92 ; 8 :20, 46 ; 9 : 71 ; 20 : 90 ; 24 : 52, 53, 54,56 ; 26 : 108, 110, 126, 132, 144, 150, 163, 179 ; 29 : 65 ; 31 : 32 ; 33 : 31, 35, 66 ; 38 : 17, 19, 30, 44 ; 43 : 63 ; 47 : 21, 33 ; 48 : 17 ; 49 : 14 ; 51 : 50 ; 58 :13 ; 64 : 12, 16 ; 66 :5, 12 ; 71 : 3 ; 72 : 14 ; 81 : 21 ; 98 : 5.
Sebagai contoh, kita simak QS. 2 : 93 “Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursi-na) diatasmu (seraya Kami berfirman) : “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah”. Mereka menjawab : “Kami mendengarkan tetapi tidak menta’ati “ Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).”
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa penyembahan yang dilakukan bangsa Yahudi terhadap anak sapi, merupakan tanda bagi kecen-derungan mereka kepada benda.
Oleh karena itu Taat yang kita maksudkan adalah taat dengan percaya dan penyerahan diri sebagai satu keyakinan kepada sang pencipta Allah SWT.
Jadi simaklah apa yang tercantum dalam QS. 3 : 173 “(yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan : “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”
AQIDAH, adalah keyakinan dan percaya serta berpegang teguh atas panggilan hati kepada tingkat pemahaman aqidah yang bersifat haqqul yakin artinya orang berserah diri secara bulat dengan tingkat kesadaran yang tinggi kepada rukun iman yang akan menuntun perjalanan hidup ini yang didukung oleh pemikiran rasional, ilimiah dan mendalam serta pengalamannya dalam pengalaman ajaran agama.
Jadi dengan keyakinan dan percaya serta berserah diri terhadap rukun iman yaitu : Percaya kpada Allah Ta’ala ; Percaya kepada para Malaikat ; Beriman kepada Kitab-kitab Allah ; Beriman kepada para Rasul ; Beriman kepada hari Kiamat ; Beriman pada suratan Takdir.
Dalam Al Qur’an banyak diungkapkan dalam surat-surat dan ayat-ayat tentang :
• Iman
• Allah memberi pahala kepada orang yang beriman
• Allah pelindung orang beriman
• Balasan terhadap orang beriman dan kafir
• Beriman
• Beriman kepada yang ghaib
• Ciri iman yang sebenarnya
• Diwaktu azab datang iman tak berguna lagi
• Ganjaran untuk orang iman dan jihad di jalan Allah
• Hukuman untuk orang yang tak beriman
• Keimanan
• Kemuliaan manusia terletak pada iman dan amalnya
• Iman kepada kehidupan Akhirat
• Iman kepada semua nabi dan kitab
• Menambah keimanan
• Nikihailah wanita beriman
• Orang beriman dan berilmu ditinggikan derajadnya
• Kenikmatan di akhirat hanya untuk beriman
• Penghargaan Allah pada manusia yang sempurna imannya
• Perintah beriman kepada Allah dan Rasulnya
• Sikap yang lemah iman dalam menghadapi cobaan
• Surat orang-orang yang beriman
• Tuhan murka terhadap orang yang mengingkari iman
• Unsur iman
• Tak beriman
• Dan seterusnya.
Beberapa contoh mengenai surat-surat dan ayat-ayat tersebut sbb.
QS. 3 : 49 tentang Iman
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka):
“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”
QS. 2 : 3 tentang Beriman
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
WAHYU, adalah petunjuk yang diturunkan hanya kepada para Nabi dan Rasul melalui mimpi dsb. Nabi Muhammad saw, menerima wahyu yang pertama ketika beliau berusia empat puluh tahun.
Dalam Al Qur’an kata wahyu kita dapatkan dalam surat dan ayat yang tercantum dalam QS. 2:23 ; 3:44 ; 4:105 ; 6:50,51, 106,145 ; 7:75, 203 ; 10:15 ; 11:12, 49 ; 17:39, 60,73,86 ; 18:27, 110 ; 20:114 ; 21::45, 73, 108 ; 22:8 ; 29:45 ; 34:6, 50 ; 35 :31 ; 40::70 ; 41:6, 12, 14, ; 42:3,52, ; 46: 9 ; 54:25 ; 72:1 ; 77:5.
Dengan controh surat dan ayat tersebut diatas mengingatkan kepada kita tentang wahyu dan oleh karena itu, maka Al Qur’an selama masa dua puluh tiga tahun diturunkan secara berangsur-angsur di sekitar pribadi Muhammad, di mana antara satu wahyu dan wahyu berikutnya terdapat jarak waktu pemisah yang berbeda-beda panjang dan pendeknya.
Kita meyakini dan percaya tentang wahyu yang diungkapkan dalam banyak surat dan ayat mengungkapkan :
• Cara wahyu diturunkan
• Kebenaran adanya wahyu
• Nabi adalah laki-laki yang diberi wahyu
• Nabi Muhammad hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhan
• Penegasan Tuhan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad benar
• Pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul sama
• Dan seterusnya.
Jadi dengan memahami mengapa wahyu itu diturunkan secara berangsur-angsur, memberikan daya ingat kita nilai pendidikannya bagaimana memerangi kegelapan bangsa jahiliyah, perang badar, perang Uhud dan seterusnya.
Dengan demikian maka daya ingat kita tentang arti dan fungsi wahyu itu sendiri untuk mengingatkan kita untuk berpikir menyelami dari satu ayat ke ayat lainnya sebagai sebagai kesatuan kuantitas artinya kita memahami dimana setiap wahyu itu berdiri sendiri dan menghimpun satuan-satuan baru sehingga sampai kepada kumpulann Al Qur’an.
Allah, adalah dia ciptakan berupa berbagai ciptaan-Nya yang ada di daratan, lautan, lembah dan ngarai. Dengan kesempitan ilmu mereka menuju kekufuran. Dan dengan kelemahan nalar, mereka keluar menuju pendustaan dan kedurhakaan.
Oleh karena itu, hingga mereka mengingkari penciptaan segala sesuatu. Mereka menganggap hal itu tercipta tanpa kesengajaan , tiada penciptaan, pengaturan dan kebijakan dari Pengatur dan Pencipta.
Sejalan dengan pemahaman tersebut, Allah telah mene-tapkan sejumlah kewajiban yang menyertai syahadat tauhid. Ia dimaknai dengan rukun-rukun islam. Hikmah dari dilaksana-kannya rukun-rukun ini adalah melatih manusia untuk senantiasa taat kepada Allah, tunduk kepada-Nya dengan sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari larangan-Nya serta kburukan-keburukan.
Dari isi Al Qur’an yang tercantum dalam 114 Surat dan terperici kedalam 1.133 Ayat, hanya sedikit sekali yang tidak mengungkapkan kata Allah pada Surat 54, 55, 56, 68, 75, 77, 78, 80, 83, 86, 90, 92, 93, 94, 97, 99, 100, 101, 102, 103, 105,106,107,108, 109, 111, 113-133.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “
QS. 2 : 7 “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
QS. 2 : 8 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
QS. 2 : 9 “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Bila kita renungkan dari Surat dan Ayat, maka Al Qur’an diantaranya akan mengungkap hal-hal sebagai berikut :
• Mata manusia tidaka melihat Allah
• Kekuasaan Allah yang tergambar pada alam semesta
• Keagungan Allah
• Balasan Allah untuk orang yang berbuat kebajikan
• Allah Mengazab setelah memperingatkan
• Ketenteraman bagi orang yang mengingat Allah
• Allah mengetahui yang lahir dan yang bathin.
• Dan seterusnya.
Dengan merenung apa-apa yang terkandung dalam Al Qur’an, maka kita meyakini dan percaya sehingga dapat merubah jalan pikiran ketidaktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan dan maknanya.
Jadi dengan ilmu, bila kita memperhatikan alam ini dengan pikiran kita dengan mengkaji dengan kesadaran, kecerdasan dan akal, maka engkau mendapatinya seperti rumah yang dibangun dan tersedia semua kebutuhan yang ada didalamnya yang dibutuhkan oleh manusia. Kita dapat membayangkan mengenai langit terbentang sebagai atap, bumi terhampar sebagai alas, bintang-bintang bercahaya sebagai lampu dan mutiara-mutiara terpendam sebagai simpanan.
Begitulah adanya bahwa alam ini diciptakan-Nya dengan perhi-tungan, keteraturan dan keserasian. Dan penciptanya adalah satu.Mahaagung kesucian-Nya, Mahatinggi kemurahan-Nya, Ma-hamulia wajah-Nya dan tiada tuhan selain-Nya.
Demikian pula kita meyakini dan percaya atas ciptaan-Nya atas manusia dan pengaturan janin di dalam rahim, cara kelahiran ja-nin, makanannya, tumbuhnya gigi dan mencapai dewasa, dsb.
KITAB, adalah wahyu Tuhan yang dibukukan sebagai kitab suci yang mempercayainya. Sebelum Al Qur’an diturunkan terdapat taurat, zabur, injil seperti yang termuat dalam Surat-Surat No. 2,3, 4,5, 9,10,11, 12,13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34,35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 57, 61, 62, 66, 68, 69, 83, 84, 87, 98 beserta ayat-ayat yang tercantum didalamnya.
Sebagai contoh diungkapkan seperti dibawah ini :
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
QS. 2 : 145 “
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.
QS. 2 : 146”
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
Tuhan menurunkan Al Qur’an membenarkan kitab sebelumnya, oleh karena itu kita harus meyakini bahwa Al Qur’an sebagai kitab yang terakhir diturunkan untuk menuntun manusia sebagai makhluk yang paling mulia dimata-Nya.
Dan oleh karena itu manusia yang diungkap Qur’an dan bagi yang mempercayai, maka dengan hikmah berpikir dapat me-nuntun sikap dan perilakunya dalam perjalanan hidubnya didunia dan berusaha menyiapkan diri menuju kepada perjalan-an yang abadi.
AL QUR’AN, adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT Tuhan Alam Semesta, kepada Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril AS untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman.
Kata Al Qur’an dapat kita ketemukan dalam surat-surat beserta ayat-ayatnya pada QS. 2 : 2, 23, 41, 89, 91, 97, 129, 185 ;
6 : 90 ; 10 :15 ; 11 : 51 ; 12 :104 ; 25 : 30 ; 41 : 42 ; 42 : 7, 17, 23, 24, 52 ; 43 : 2, 3, 4, 5, 8, 29, 30, 31, 44 ; 44 : 2, 58 ; 45 : 11, 20 ; 46 : 4, 8, 10, 11, 12, 29, 30 ; 47 : 9, 24 ; 81 : 19, 25, 27 ;84 : 21 ; 85 : 21 ; 86 : 13 ; 87 : 6 ; 97 ; 98 : 2 ; 50 : 1, 45 ; 52 : 34 ; 56 : 77 ; 57 : 9 ; 68 : 44, 51, 52 ; 69 : 40, 41, 48, 50, 51 ;
72 : 1, 13 ; 73 : 5,20 ; 74 : 18, 21, 24, 25, 54, 55 ; 75 : 116, 31.
Sebagai contoh dibawah ini diungkapkan makna kata Al Qur’an dalam QS. 2 : 2 “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
QS. 2 : 23 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Dengan memahami surat dan ayat tentang Al Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (bangsa-bangsa) dan diturunkan dalam bahasa Arab , sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat islam sedunia.
LAILATUL QODAR. Artinya suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Qur’an.
Untuk jelasnya dapat kita ketemukan dalam Surat dan ayat seperti pada QS. 97 dengan 5 ayat didalamnya yaitu
QS. 97 ; 1 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
QS . 97 : 2 “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
S.Q. 97 : 3 “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
QS. 97 : 4 “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
QS. 97 : 5 “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dengan mengungkap makna huruf dalam kata TAWAKAL sebagai unsur T dalam kata “O(T)AK mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa TAWAKAL adalah (T)AAT dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri atas (A)QIDAH yang termuat dalam KITAB suci terakhir yang diturunkan-NYA seecara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW yang disebut AL QUR’AN pada suatu malam yang sangat mulia disebut dengan malam LAILATUL QODAR.
Jadi dengan kemampuan berpikir manusia dapat melaksanakan makna TAWAKAL dalam kata O(T)AK dalam usaha agar dalam hidup ini mempunyai arti atas keberadaan di bumi ini sesuai dengan rencana Allah SWT sebagai penciptanya.
Oleh karena itu manusia dalam kehidupannya dengan bertawa-kal akan menunjukkan kehadapan Allah SWT sebagai orang yang beriman dengan tanda :
• Mendengar Allah bergeletar hatinya.
• Dibacakan ayat Allah bertambah keimanannya.
• Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
• Mendirikan sembahyang
• Mendermakan sebahagian dari rezekinya.
Dengan tawakal berarti pula akan dapat menuntun manusia da-lam bersikap dan berperilaku, maka manusia dengan hikmah berpikir, maka ia akan sampai kepada tujuan dengan lidah sebagai alat manusia yang lebih mulia dalam tubuhnya. Dengan lidah itu pula seorang di lempar kedalam neraka, sebab itu jagalah dia dengan baik karena lidah itu adalah anjing yang setia, jangan lidah anda mengutuki seseorang sebab kutukan itu akan kembali kepada diri anda sendiri.
Akhirnya sebagai daya dorong perlu kita memahami bahwa tawakal tak ada paedahnya bila :
1) perkataan kalau tak disertai dengan perbuatan ;
2) kepintaran kalau tidak disertai budi ;
3) derma kalau tidak disertai niat suci ;
4) harta kalau tak dengan santun ;
5) jujur kalau tidak sanggup memegang janji ;
6) hidup kalau tak disertai kesehatan ;
7) negeri makmur kalau hati penduduknya kecewa.
Dengan demikian bahwa orang takwa senantiasa mendapat pimpinan dari Ruhan dalam penghidupan dan perjuangannya di jamin oleh Tuhanakan memperoleh kemenangan. Tinggalkanlah semua yang haram anda akan jadi manusia yang paling utama dalam beribadat pada Allah SWT.
Oleh karena itu tingkatkan manfaatkan dalam hikmah berpikir agar menjadi orang yang disegani bukan pada orang kaya tetapi pada orang berbudi tinggi.
4. Makna Amanah Dalam Otak
Amanah merupakan tanggung jawab manusia sejalan dengan fitrah dan bakat yang dimilikinya sejak lahir, oleh karena itu manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang mulia disisi Tuhan, maka dengan memanfaatkan otak, ia harus mampu meningkatkan kesempurnaan dalam perja-lanan hidup abadi.
Dengan pemikiran itu setiap manusia ibarat kata pepetah bah-wa manusia sebagai individu berusaha menemukan tentang di-rinya, itu berarti ia akan mengenal tentang Tuan. Hikmah berpikir tersebut hanyalah sebagai daya dorong dalam setiap langkah menuju kejalan kesempurnaan.
Mencintai kesempurnaan merupakan fitrah yang kuat untuk menuntun manusia dalam menjalankan amanah sebagai khalifah di dunia ini sebagai tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
Dengan pikiran itu marilah kita mencoba merenung dari huruf menjadi kata bermakna dalam amanah sebagai suatu pemahaman yang lebih mendalam apa arti hidup di dunia ini. Dengan pemahaman itu ia akan berusaha menempatkan perjalanan hidup ke arah yang diridhoi oleh Allah SWT. Sikap dan perilaku akan dituntun oleh kemampuan berpikir, oleh karena itu dibawah ini diungkapkan kata amanah sebagai berikut :
N menjadi Nasib ; A menjadi Azab ; H menjadi Hari
Jadi untuk mendalami makna AMANAH dilihat dari unsur tiap huruf dalam kata tersebut memberikan daya dorong dalam menangkap hikmah berpikir agar wujud percaya dan menyerah menjadi satu kenyataan dalam bersikap dan berperilaku.
AMAL, adalah menyangkut perintah Allah SWT melalui pesu-ruh-Nya Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan syariat yang menyeluruh persoalan hidup lahir dan batin, artinya Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad lahir, sedangkan syariat batin adalah untuk diamal-kan oleh jasad batin (roh)
Didalam Al Qur’an kata amal dapat kita ketemukan dalam surat dan ayat pada QS. 2 : 167, 223 ; 3 : 57 , 136, 139 ; 5 : 53 ; 6 : 88 , 160 ; 7 : 53 , 171 ; 11 : 7 ; 17 : 13 ; 42 : 15 ; 49 : 2, 14 ; 50 : 17 ; 58 : 6 ; 67 : 2.
Sebagai contoh QS. 2 : 167 “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api Neraka “
QS. 2 : 223 “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”
Bila kita renungkan ayat tersebut diatas dan memahami pula arti amalan, maka kita akan dapat lebih mendalami kandungan surat dan ayat lain yang akan memberikan arti dalam pemaham-an keberadaan manusia sebagai khalifah di dunia ini untuk menjalankan AMANAH sesuai dengan perintah-NYA.
Untuk itu sebagai daya dorong dalam usaha-usaha manusia untuk selalu ingat kepada keyakinan dan berserah diri kepada Allah SWT, maka diperlukan adanya suatu cara pendekatan dalam mendorong untuk menciptakan hihmak berpikir agar kita selalu dapat menempatkan sikap dan perilaku untuk menjalankan AMANAH dengan mengingat hal-hal yang termuat dalam surat dan ayat yang menjadi batasan tentang diri kita yaitu :
• Pemahaman arti amal saleh.
• Balasan Allah kepada amal seseorang menurut niatnya.
• Balasan masing-masing tergantung amalannya.
• Balasan untuk yang beramal baik
• Derajat seseorang disisi Tuhan sesuai dengan amalnya.
• Hendaknya segala amal dikerjakan karena Allah.
• Balasan terhadao orang beramal buruk.
• Jaji Allah bagi yang mengerjakan amal saleh.
• Kemuliaan manusia terletak pada amal dan imannya.
• Amal salleh mempertemukan manusia dengan Tuhannya.
• Amal saleh yang kekal lebih baik dari perhiasan dunia.
• Setiap amal mendapat pahala dari Tuhan.
• Setiap orang akan memetik buah amalnya sendiri.
• Setiap orang telah ditetapkan amal perbuatannya.
• Tuhan tidak menyianyiakan amal seseorang.
• Amal untuk kebaikan dirinya sendiri.
• Yang menerima buku amal dari kanan akan menerima pemeriksaan yang mudah.
• Yang menerima buku amal dari belakang akan masuk neraka.
• Yang mengerjakan amal dalam keadaan beriman akan diberi pahala.
Demikianlah bila kita selalu mengingat-ingat hal-hal yang kita sebutkan diatas, maka setiap kita berpikir dalam melaksanakan sesuatu akan menuntun kita dalam bersikap dan berperilaku ke jalan yang benar, maka disitulah letak kebahagian kita menyiapkan bekal dalam menuju perjalanan abadi.
MARTABAT, tingkat harkat kemanusiaan dimata Allah SWT, dimana manusia memahami secara bulat apa maksud ia diciptakan-Nya untuk beribadah, sebagai khalifah, sebagai Ummat Nabi Saw dalam melanjutkan perjuangannya.
Untuk beribadah bukan hanya manusia tetapi seluruh makhluk di muka bumi ini beribadah menurut caranya masing-masing. Untuk itu perhatikan perintah Allah SWT dalam Al Qur’an seperi yang termuat dalam
QS. 24 : 41 “Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Jadi ibadanya Matahari yaitu dengan bergerak setiap hari dari tumur ke barat, begitu juga ibadahnya air yaitu senantiasa me-ngalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Apalagi manusia makhluk yang paling sempurna asal kejadiannya.
Sebagai khalifah, ketika Allah SWT menciptakan manusia, maka malaikat proten, seperti yang termuat dalam surat :
QS. 2 : 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Oleh karena itu, manusia sebagai penanggung jawab di muka bumi dan sebagai khalifatullah yang diberi sifat kasih sayang kepadea seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya.
Sejalan dengan pikiran itu bahwa pada diri setiap manusia ter-dapat empat sifat sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu
1) sifat hewanniyah, menggunakan harta dan diri untuk makan, minum, dan keperluas jasmani lainnya ;
2) sifat Malaikat menggunakan harta dan diri untuk ibadah ;
3) sifat Khalifah menggunakan harta dan diri untuk memberi manfaat kepada orang lain ;
4) sifat Nubuwwah menggunakan harta dan diri di jalan Allah (untuk memperjuangkan agama Allah).
Sebagai Ummat Nabi Saw, setelah meninggal Rasulullah Saw, maka tugas untuk mangajak manusia taat kepada Allah SWT, maka tugas ini diembankan kepada ummat ini. Seperti yang termuat dalam surat dibawah ini :
QS. 12 : 108 “Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”.
Cobalah renungkan bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah dengan martabat yang tinggi seperti yang tercantum dalaam Al Qur’an pada
QS. 25 : 75 “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”
AKHLAK, sistem nilai yang sesuai dengan ajaran dianut oleh manusia yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dapat menuntun manusia dalam bersikap dan berperilaku.Oleh itu dalam islam maka sistem yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya.
Jadi akhlak yang menuntun dan membentuk kepribadian indi-vidu manusia sehingga setiap individu berbeda dari orang lain, oleh karena itu seberapa jauh seseorang dapat berakhlak dengan kepribadian sesuai dengan tuntunan Allah SWT, tergantung yang bersangkutan mengangkat derajatnya di mata Allah.
Mengenai dasar-dasar akhlak dapat kita ketemukan dalam Al Qur’an pada surat-surat QS. 7 : 199, 200, 201 ; 2 :109 ; 3 : 134, 159 ; 4 : 149 ; 5 :13. Dibawah ini kita ungkapkan surat dan ayat yang dimaksud sebagai berikut :
QS. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
QS. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
QS. 7 :201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
QS. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
QS. 3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Dari contoh surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bimbingan yang diberikan Islam merupakan pendekatan yang paling luhur dan paling ber-harga yang dapat menuntun akhlak dengan kepribadian yang luhur sehingga dapat menuntun dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan fitrah dan bakat untuk meman-faatkan hikmah berpikir ke jalan Allah SWT.
NASIB, adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Apa kita dapat merubahnya. Tergantung kepada perjalanan hidup yang ditempuhnya.
Oleh karena itu ingatlah selalu kata mutiara seperti “Sesungguhnya Allah menjadikan rejekiku dibawah bayang-bayang usahaku”
Kata nasib didalam Al Qur’an terdapat pada surat dalam QS. 5 : 3, 26, 90 ; 27 : 47.
Sebagai contoh kita ungkapkan pada QS. 5 : 3 “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sejenak bila kita merenung surat-surat dan ayat didalamnya tentang nasib, maka kita dapat menuntun perjalanan hidup ini dengan penuh keyakinan dan berserah diri kepada-NYA dalam memanfaatkan hihmak berpikir untuk usaha hidup kedalam :
• Bagi duniamu (perumpamaan dunia seperti air hujan ; perumpamaan kehidupan dunia yang mempesonakan maanusia ; kehidupan dunia ini kesenangan yang menipu ; dunia itu indah dalam pandangan manusia ; kehidupan dunia adalah senda gurau dan main-main ; kehidupan dunia jangan sampai memperdayakan ; kehidupan dunia jangan sampai menipu ; kenikmatan dunia jangan membuat kikir ; kehidupan dan kenikmatan dunia jangan sampai menyeret ke dalam neraka ; kehidupan dunia memperbudak oraang yang mengabdinya)
• Bagi pekerjaanmu (bekerja sebagai tanda syukur kepada Allah ; sebgian besar yang dimakan manusia dari hasil bekerja ; Allah menjadikan siang agar manusia berusaha / bekerja ; ketika bekerja ingatlah ibadah kepada Allah ; pekerjaan manusia memang berbeda-beda ; bekerjalah seadanya yang penting halal jangan malas ; tak ada yang lebih baik makan dari hasil usahanya sendiri ; para nabi juga bekerja ; ingatlah bahwa rezeki masing-masing manusia itu berbeda).
• Bagi saat kayamu (kaya yang sebenarnya adalah kaya jiwa ; kaya yang teladan, patut diirikan ; kebanyakan orang hidup mewah adalah mendustakan kebenaran ; janganlah rakus / tamak terhadap dunia ; tabungan anda yang sebenarnya adalah sedekah anda ; mendermakan kelebihan harta suatu kebajikan ; jika kaya ingatlah orang-orang miskin ; jangan berlaku boros tidak pula kikir ; jangan terperdaya oleh harta dan wanita ; jangan menjadi hamba harta )
• Bagi saat miskinmu (kaya atau miskin itu kehendak Allah, tak perlu hiri hati ; dialah orang yang sesungguhnya miskin ; orang miskin masuk surga lebih dahulu ; kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang miskin ; rasulullah hidup sangat sederhana ; keluarga rasulullah juga sangat sederhana ; doa nabi untuk memohon rezeki ; qona’ah terhadap pemberian Allah ; meski miskin jangan meminta-minta ; jika mengetahui balasannya, maka akan minta miskin.)
• Bagi waktu luangmu (gunakan lima perkara penting se- belum datang lima yang lain ; selalu ingatlah terhadap mati agar waktu bermanfaat ; hari demi hari hendaklah amalan ibadah semakin meningkat ; berlomba-lomba dalam kebajikan unrtuk mengisi waktu ; perlu menyusun rencana untuk masa depan / akhirat ; senantiasa ingat kepada allah agar tidak merugi ; sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi ; banyak berbuat kemanfaatan untuk orang lain ; jangan menghabiskan waktu seperti orang-orang kafir ; jangan mengisi waktu dengan dosa.
• Bagi waktu sempitmu ( mohon perlindungan allah ; tidak memanfaatkan kesempitan untuk kejahatan ; selalu ingat bahwa kehidupan dunia hanya sebentar ; beramal kebajikan meski dalam kesempitan ; dalam kesempitan hendaklah selalu bersabar ; dalam kesempitan hendaklah bersegera untuk taubat ; meskipun dalam kesempitan iangan melanggar larangan allah ; meski dalam kesempitan jangan melanggar hak orang lain ; meski dalam kesempitan janganlah berharap akan kematian ; mohon kelapangan keepada allah)
• Bagi masa mudamu (pemuda yang mendapat naungan allah ; menjaga masa muda senantiasa dekat kepada allah ; mulai muda banyak mengisi dengan amat ibadah ; mulai muda banyak mencari ilmu dan mengajarkannya ; ingatlah perjuangan jihad mumpung masih muda ; jadilah anak yang saleh ; senantiasa yang muda menghormati yang tua ; Yang muda mengetahui hak yang lebih tua ; yang muda ingin panjang umur dan lapang rezeki ; berusahalah jika allah menghendaki segala sesuatu akan berubah atau terjadi)
• Bagi masa tuamu (sadar dengan cukupnya umur ; umur panjang yang tidak berkah ; sudah berapakah umur di badan ? ; meski tua jangan berharap mati ; kiat umur panjang penuh berkah ; akhlak yang baik menambah beratnya timbangan ; semakin tua semakin banyak berdzikir ; semakin tua banyak istighfarnya ; beramal yang tiada putus pahalanya ; orang tua yang baik selalu menyayangi yang muda
• Bagi kala sehatmu (sehat adalah kenikmatan yang perlu disyukuri ; menggunakan waktu sehat sebaik-baiknya sebelum datang sakit ; memperbanyak amal ibadah agar usia lebih berkah ; jangan sombong karena badan sehat dan kuat ; badan dan dan mental sehat,hati harus juga sehat dan selamat ; meski sehat memperbanyak doa, itu tanda tidak sombong ; menjaga kesehatan dengan berhati-hati mengisi perut ; ingaat banyak mati, orang sehat ada juga mati ; menjaga diri dan kesehatan tidak membinasakan diri ; dilarang keluar masuk daerah yang terserang wabah.)
• Bagi kala sakitmu (sadar bahwa sakit itu dengan izin allah dan dia yang menyembuhkannya ; sabar dan tabah di kala sakit dan berbaik sangka kepada allah ; sakit dapat menghapus dosa-dosa ; perlu bersyukur meski sakit, karna amalan harian ketika sehat diberi pahala ; boleh mengadu kepada allah atau seseorang asalkan bukan karena kecewa ; bila sakit segera berobat ; dilarang berobat dengan barang haram ; boleh berobat dengan doa-doa dan mantra yang tidak syirik ; dilarang memakai jimat dan isim ; banyak mengingat mati, tetapi jangan minta mati.)
Oleh karena itu, apa yang telah kita ungkapkann diatas untuk merenung nasib apa yang harus kita kembangkan dalam pikiran ini agar selalu ingat bagaimana sebaiknya bersikap dan berperilku. Sejalan dengan pikiran tersebut, marilah kita renungkan bahwa Allah tidak mengubah nasib seseorang kecuali mereka merubah keadaan, seperti termuat pada surat :
QS. 8 :53 “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,”
QS. 13 : 11” Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Begitu pula halnya untuk kita renungkan dalam menjalankan hidup ini yang kita sebut dengan :
Nasib Malang karena perbuatan sndiri, yang dimuat dalam surat
QS. 36 : 19 “Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas”.
Nasib orang yang menentang ayat Allah, yang dimuat pada QS. 40 : 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76 .
Sebagai contoh pada
QS. 40 : 69 “Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?
AZAB, adalah siksa atas perbuatan manusia yang diturunkan oleh Allah SWT, karena manusia tidak mengikuti perintah dan menjahui larangan yang telah di tetapkan-Nya.
Seharusnya manusia memahami benar atas tiga alat yang harus kita perhatikan dalam menjalankan hidup ini :
1) Otak letaknya lebih tinggi dari jantung, tempatnya juga lebih rapi dari tempat jantung yaitu di kepala ;
2) Jantung lebih tinggi dari perut besar dan tempatnya lebih rapi dari perut yaiti di dada ;
3) Perut besar hanya di bungkus dengan kulit saja sedang tempatnya juga lebih rendah. Dari ketiga tempat masing-masing itu mempunyai hikmah dan arti bagi orang yang berpikir.
Bertitik dari pemikiran diatas, maka Allah SWT telah menetapkan tempat tinggal sementara bagi manusia dan makhluk-makhluk lain yang hidup berdampingan. Dalam menempuh kehidupan ini manusia sangat membutuhkan sarana dan fasilitas hidup yang memadai dan semua itu telah Allah sediakan jauh sebelum manusia diciptakan. Sejalan dengan itu begitu banyak telah diungkapkan dalam surat dan ayat mengenai Azab seperti pada surat No. 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 51, 52, 53, 54, 57, 58, 59, 61, 64, 65, 67, 68, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 83, 84, 85, 88, 89, berikut dengan ayat-ayat yang ada dalam surat tersebut. Sebagai contoh dibawah ini diungkap dalam surat
pada QS. 3 : 77 “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
QS. 3 : 106 “pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”.
Begitu banyak surat dan ayat yang mengingat manusia dalam bersikap dan berperilaku, tapi manusia masih saja kita mengerti arti keberadaannya di dunia dan oleh karena itu lebih sering kita mengingat hal-hal seperti dibawah ini :
• Allah mengazab orang kafir
• Allah mengazab suatu kaum setelah diperingatkan
• Azab Allah pasti datang pada waktunya
• Azab Allah pasti kepada yang mendustakan karunianya
• Azab bagi orang kafir di neraka
• Azab buruk untuk orang yang tidak percaya akhirat
• Azab Tuhan atas kaum yang durhaka
• Dan seterusnya.
Dengan sering kita merenung dan menghayati tentang datangnya azab oleh Allah SWT dan dalam Al Qur’an pun menye-butkan istilah dan penamaan yang berbeda seperti Fitnah, Musibah, Bala’, dsb, namun manusia masih saja tidak mampu memanfaatkan hikmah berpikir untuk mngingat dalam perjalanan hidupnya bahwa :
• Kalau jasmani makan, rohani juga makan yaitu dengan pengetahuan.
• Kalau jasmani berpakaian, rohani mesti berpakaian yang kita sebut dengan budi.
• Kalau jasmani berlatih, rohani juga dilatih yaitu dengan kesusahan.
• Kalau jasmani dibersihkan, rohani juga dibersihkan dengan kesucian bathin.
• Kalu jasmani diobati, rohani juga harus diobati.
Oleh karena dengan itu hikmah berpikir, menuntun manusia untuk memahami ajaran islam tidak mau tumbuh di atas jiwa yang dibungkus oleh kemusyrikan dan kebendaan.
HARI, adalah bagai sepatu yang harus dipakai untuk berjalan. Kita akan berpikir pula bahwa hari yang terpanjangpun akan berakhir. Oleh kareena itu bayangkan pula hari-hari tanpa tujuan akan berakhir dengan kehampaan, sedang kehampaan akan berakhir dengan kehancuran.
Jadi dengan pikiran tersebut diatas untuk menuntun perjalanan hidup dengan memahami hari-hari yang akan kita lalui dalam hidup ini. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia melalui beberapa fase kehidupan kedalam hari-hari yang dilalui yaitu
• Alam Roh, alam sebelum jazad manusia diciptakan.
• Alam Rahim, alam kandungan ibu tempat menyempurnakan jazad manusia dan penentuan kadar nasibnya di dunia yaitu hidupnya, rezekinya, kapan dan di mana ia meninggal dunia
• Alam dunia, alam tempat ujian bagi manusia, siapakah di-antara mereka yang paling baik amalnya.
• Alam kubur, alam tempat menyimpan amal manusia. Di alam ini Allah menyediakan dua keadaan yakni nikmat atau azab kunur.
• Alam akhirat (alam tempat pembalasan amal-amal manusia) Di alam ini Allah menentukankeputusan dua tempat untuk manusia, apakah ia akan menghuni surga atau menghuni neraka.
Hari-hari yang dilalui manusia di dunia merupakan usaha manusia menempuh ujian dalam perjalanan hidupnya untuk meningkatkan amal dan iman.
Untuk mengingat hari yang kita maksudkan itu, kita dapat me-mahaminya dalam Al Qur’an pada Surat No.3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17 dengan ayat-ayat yang tercantum dalamnya, sebagai contoh dibawah ini diungkapkan :
QS. 3 : 9 “”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
QS. 3 : 25 “Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).
QS. 4 : 38 “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
QS. 5 : 3 “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dengan kemampuan manusia untuk berpikir diharapkan manusia menyadari arti hidup baginya dalam menatap dalam perjalan an hidup pada hari-hari yang dilalui dengan mengingat seperti hal-hal dibawah ini :
• Hari anak dan harta tak berguna.
• Hari hisab / perhitungan
• Hari kemenganan
• Hari akhirat
• Hari kiamat
• Yang percaya pada kiamat akan mendapat pahala
• Dan seterusnya.
Jadi dengan bepikir, manusia dapat menghayti arti hidup yang hari-hari dilaluinya, oleh karena itu brusahalah selekas-lekasnya berbuat yang baik sehingga lebih baik berbuat demikian hari ini daripada hari esok hari. Sebab hidup adalah pendek sedangkan waktu berlari kencang.
Dengan mengungkap makna huruf dalam kata AMANAH sebagai unsur A dalam kata “OT(A)K mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa AMANAH adalah(A)MAL dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri dalam amalan lahir dan amalan batin kedalam usaha menumbuh kembangkan (M)ARTABAT menjadi kepribadian individu yang memiliki(A)KHLAK untuk menuntun (N)ASIB agar menjahui (A)ZAB yang diturunkan Allah SWT bagi manusia yang tidak percaya akan (H)ARI Akhirat dalam menuju perjalanan abadi.
Dengan memahmi makna amanah dari unsur huruf menjadi kata bermakna, mampukah kita secara berkelanjutan untuk mening-katkan kesadran dari tingkat yang paling rendah yang disebut indrawi ke tingkat kedua yang disebut berpikir logis ke tingkat ketiga yang disebut berpikir rohaniah ke tingkat yang paling tinggi disebut berpikir tauhid. Itu berarti secara bertahap kita berusaha untuk mengenal tentang diri kita. Oleh karena itu, makin lama saya hidup makin terasa indah hidup ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jadi ingatlah selalu dalam bersikap dan berperilaku untuk selalu menyiapkan diri menuju ke perjalanan abadi karena itu janganlah kamu menyesali hidup ini tapi pandanglah hidup itu adalah lautan pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang luhur yang tak terbatas. Dengan begitu kita menyadari sepenuhnya arti penderitaan hidup yang mengajarkan kepa-da manusia menghargai kebaikan dan keindahan hidup.
5. Makna Kerja Dalam Otak
Salah satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain daripada itu manusia harus berpikir dan belajar, oleh karena itu apapun usaha manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di muka bumi ini.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, kita merenung untuk meng-hayati makna KERJA dalam unsur kata OTA(K) itu dalam mencari jawaban arti keberadaan hidupnya dari unsur huruf dalam kata “KERJA” menjadi kata yang bermakna yaitu :
K menjadi KEBAJIKAN ; E menjadi ENERGI
R menjadi RASIONAL ; J menjadi JANJI ; A menjadi ADIL
Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi masalah apa kgiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.
Jadi untuk mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabi’in adalah islamnya jiwa secara utuh kepada Allah.
Dengan pemikiran itu, marilah kita merenung unsur huruf da- lam kata KERJA menjadi kata bermakna dengan menyadari sepenuhnya bahwa eksentensi manusia seutuhnya dituntut untuk menyerahkan diri kepada Allah, dengan pikirran itu simaklah uraian berikut dibawah ini :
KEBAJIKAN, adalah kebaikan atau dapat juga kita katakan dengan segala perbuatan yang baik, jadi dalam suatu situasi memperlihatkan semakin tinggi penghargaan orang kepada harta benda, semakin dalam pulalah turunnya penghargaan pada orang yang terkait dengan kebaikan.
Coba kita renungkan ungkapan dari Al Hadisth, riwayat At Tabrani yang mengungkapkan bahwa “Ada empat macam yang bilamana seseorang mempunyai keempat-empatnya, seolah-olah dia mempunyai seluruh kebajikan dunia dan akherat: lidah yang selalu memberi ingat, hati yang selalu berterima kasih, tubuh yang selalu tabah atas setiap datang benncana, isteri yang tak pernah menghianati suaminya.”
Sejalan dengan ungkapan diatas, marilah kita merenung apa-apa yang diungkapkan dalam Al Qur’an tentang kebajikan dalam surat dan ayat : QS. 2 :215, 224, 269, 286 ; 3 : 115, 134 ; 4 : 40, 53, 125, 127, 144 ; 5 : 2, 48, 85, 93 ; 6 : 17, 154, 156 ; 10 : 11 ; 11 : 31 ; 16 : 76, 90, 128 ; 17 : 11 ; 21 : 73 ; 22 : 11, 17
Sebagai contoh diungkapkan pada : QS. 2 : 200 “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”
QS. 3 : 115 “Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala) nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”
QS. 4 : 40 “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”
Jadi bila kita renungkan makna kebajikan yang diajarkan oleh Allah SWT seperti yang termuat dalam surat dan ayat diatas untuk mengingatkan kita dalam bersikap dan berperilaku, oleh karena itu kita harus selalu meyakini bahwa :
• Allah mengetahui kebajikan yang dikerjakan manusia.
• Balasan Allah terhadap orang yang berbuat kebajikan.
Dengan pemahaman itu melaksanakan kebajikan menjadi suatu kebiasaan dalam perjalanan hidup ini, sehingga ia dapat tum-buh dan berkembang dalam pikiran karena kesenangan hati dan ketenteraman jiwa lebih berharga dari kesenangan pangkat dan kekayaan.
Sejalan dengan pikiran tersebut, simaklah ungkapan dibawah ini sebagai daya dorong dalam menuntun kemampuan melihat kedepan, apa yang terpikirkan dalam bersikap dan berperilaku “Carilah kebaikan diantara kaum melarat ummatku, hiduplah ditengah-tengahnya. Kamu tidak akan memperoleh kebajikan dalam lingkungan orang yang berhati bengis. Laknat Allah turun atasnya, hai Ali ! Tuhan menciptakan kebajikan dan menciptakan pemangku-nya lalu menamakan dalam hati mereka kerinduan kepada kebajikan dan keinginan buat mengerjakan-nya dan menumpahkan minatnya seluruhnya untuk itu, seperti air tumpah kepada bumi yang tandus, maka tercipta kehidupan disitu serta kehidupan penghuninya. Pemangku kebajikan di dunia ini itulah juga pemangku keebajikan diakherat. (Al Hadisth, riwayat Ali bin Abi Thalib)
ENERGI, adalah daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Daya (kekuatan) harus dibangun atas dasar kebiasan yang produktif yang ditopang oleh kekuasaan disatu sisi dan disisi lain oleh kebenaran.
Kata Kekuasaan yang kita maksudkan disini, kita merujuk apa yang tertera dalam Al Qur’an seperti yang disebutkan pada surat dan ayat dalam S.Q. 2 : 251, 258 ; 4 : 153 ; 12 : 101 ; 18 : 84 ; 20 : 23, 54 ; 21 : 32 ; 22 :56 ; 23 : 50, 88 ; 25 : 2 ; 26 : 8, 44, 103, 121, 139, 190 ; 27 : 86 ; 28 : 35 ; 29 : 44 ; 67 : 16, 17 ; 69 : 2 ; 72 : 11 ; 74 : 14 ; 43 : 59 ; 45 : 16.
Sebagai contoh kita ungkapkan QS. 2 : 251 “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.”
QS. 4 : 153 “Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: “Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.”
Dengan mengungkapkan dua surat tersebut diatas, mengingatkan kepada kita bahwa kekuasaan haruslah sejalan dengan perintah, sehingga harus dapat meyakini dan menghayati yang terkait dengan kekuasaan mengenai :
• Kekuasaan Allah adalah mutlak
• Kekuasaan Allah dan kesempurnaan ilmunya
• Kekuasaan Allah meliputi alam semesta.
• Dan seterusnya.
Kata Kebenaran terdapat pada surat dan ayat dalam QS. 4 : 83, 105, 135, 170, 174 ; 5 : 8, 48, 119 ; 6 : 25, 104, 115 ; 7 : 43, 53, 168, 174, 180 ; 8 : 5, 6 ; 9 : 48, 76 ; 10 : 32, 35, 36, 76, 94, 108 ; 11 : 20, 5, 64, 120 ; 12 : 35, 51 ; 15 : 64, 85 ; 17 : 41, 105.
Sebagai contoh QS. 4 : 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”
QS. 5 : 8 “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dari kedua contoh surat yang kita ungkapkan diatas, apapun yang kita lakukan bertolak dari pikiran-pikiran dalam mewujudkan dayaguna dan hasilguna sehingga disitulah terletak akhir usaha mencari kebenaran. Oleh karena itu untuk membangkitkan daya ingat bahwa dunia adalah tempat usaha menyempurnakan iman, ujian amal manusia.
Sejalan dengan pikiran tersebut, maka dalam pikiran kita akan selalu digerakkan oleh adanya keyakinan atas
• Akibat yang menolak kbenaran
• Bukti kebenaran Allah yang mengharuskan kita menyukurinya.
• Bukti kekuasaan dan kebenaran Allah
• Larangan mentaati orang yang mendustakan kebenaran.
• Kebenaran selalu mengalahkan kebathilan.
• Dan seterusnya.
Untuk mewujud energi yang berdayaguna dan berhasilguna yang sejalan dengan kekuasaan dan kebenaran yang telah kita utarakan diatas harus dibangun menjadi satu kebiasaan yang produktif artinya harus dibina dalam usaha untuk menuntun sikap dan berperilaku kedalam kemampuan untuk menggerakkan berpikir dengan memanfaatkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan menjadi usaha untuk menuntun kehidupan.
Jadi energi harus didorong pemanfaatannya untuk mencapai tujuan hidup ialah kebahagian dan ini tidak dapat dicapai kare-na keinginan dengan niat memburu kesenangan, tetapi adanya di dalam suatu kehidupan yang sederhana dan sewajarnya, sedapat mungkin bebas dari segala alat benda kediniaan.
RASIONAL, adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis yang sejalan dengan akal yang bermanfaat. Jadi berpikir logis adalah proses nalar, menyusun ketahuan-ketahuan yang ada menuju kepada suatu kesimpulan yang memiliki kebenaran.
Kata berpikir terdapat pada QS. 3 : 65 ; 13 :4 dan pikiran yang terdapat pada QS. 6 : 46 ; 11 :63, 88 ; 12 :35 ; 17 :51 ; 68 : 28.
Sebagai contoh kita ungkapkan apa yang termuat pada surat :
QS. 3 : 65 “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? “
QS. 13 : 4 “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”
QS. 6 : 46 “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?” Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).”
QS. 11 : 63 “Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian.”
Menyimak dari surat dan ayat yang diungkapkan diatas, untuk memahami arti berpikir bahwa dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan berpikir manussia juga tidak boleh puas dengan satu pemikiran karena adakalanya apa yang terpikirkan itu hanyalah sebuah bayangan atau sebuah fatamorgana belaka.
Itulah satu kenyataan yang kita hadapi saat ini khususnya Bangsa Indonesia dimana semakin bertambah terhadap orang-orang islam dapat berkurang bila kita sendiri menutup pintu rahmat dan menggunakan segala cara yang menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
Manusia yang tidak mempergunakan alat pikiran berupa kesa-daran, kecerdasan dan akalnya untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan tuhan sehingga hatinya beku, matanya buta dan telinganya tuli, maka semua perbuatannya dikendalikan hawa nafsu kedalam tingkat kesadaran inderawi, maka pembalasan datang kepadanya bisa dalam bentuk peringatan , musibah dan azab yang menimpa manusia dalam kehidupan akibat perbuatannya.
Kehidupan masa kini, manusia terjebak dalam kemampuan berpikir ketidaktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan dan maknanya, dimana mereka tidak mampu me-nangkap arti menuju perjalanan abadi dalam kehidupannya.
Oleh karena itu manusia masa kini, dengan kesempitan ilmu mereka menuju kekufuran serta dengan kelemahan nalar mere-ka keluar menuju pendustaan dan kedurhakaan.
JANJI, adalah perkataan yang diucapkan untuk menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat seperti hendak memberi, menolong dsb.
Untuk mendalaminya makna kata janji ini banyak diungkapkan dalam Al Qur’an seperti yang tercantum pada QS. 2 : 40, 63, 83, 84, 93, 177 ; 3 : 9, 76, 77, 80, 81, 112, 152, 187, 194 ; 4 : 21, 90, 92, 95, 120, 122, 154 ; 5 : 9, 13 ; 6 : 34, 52 ; 7 : 102, 137, 142, 150 ; 8 : 56 ; : 4, 12, 112, 114 ; 10 : 4, 55, 64 ; dan seterusnya.
Sebagai contoh diungkapkan pada QS. 2 : 40 “Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).”
QS. 3 : 9 “”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”
Dengan mngungkapkan surat dan ayat diatas, maka kata janji haruslah mengingatkan kita dalam bersikap dan berperilaku artinya sekali kita mengucapkan apa yang dinamakan janji, tidak bisa dibayar dengan apapun kecuali melaksanakan janji itu. Jadi dengan lebih sering kita menghayati makna janji seperti yang termuat dalam Al Qur’an akan memberikan daya dorong dalam kebiasaan untuk memenuhi janji untuk setiap janji yang kita ucapkan bukan hanya sekedar bayangan yang tidak pasti.
Begitu banyak dalam surat dan ayat pada Al Qur’an untuk me-ngingatkan kepada kita agar kita dapat membentuk kepribadian sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan dengan mengingat ingat hal seperti yang kami ungkapkan dibawah ini :
• Janji Allah dalah benar pada QS. 35 : 5
• Janji Allah kepada orang mukmin pada QS. 67 : 12
• Janji Allah pasti terjadi pada QS. 77 : 7
• Janji Allah untuk orang bertaqwa pada QS. 3 : 15, 16, 17
• Dan seterusnya.
Jadi dengan jalan pikiran yang kita utarakan diatas akan selalu terbina dalam kemampuan berpikir yang dapat menggambar dengan janji adalah sebagai ukuran sampai dimana keluhuran budi seseorang sehingga dalam pikirannya terbina kesetiaan pada janji yang diucapkannya. Dalam situasi dimana kita membuat kesalahan, maka dengan sendirinya terdapat dorongan dalam pikiran untuk tidak malu untuk mengakuinya dan ia melangkah untuk memper-baikinya.
ADIL, adalah berpihak yang benar, berpegang pada kebenaran atau dalam bersikap dan berperilaku menun-jukkan kepribadian yang tidak berat sebelah atau tidak memihak.
Untuk menggugah apa yang kita katakan adil, maka renungkanlah apa yang tertuang dalam Al Qur’an mengenai kata adi se-perti yang termuat dalam surat pada QS. 3 : 8 ; 4 :3, 58, 105, 127, 129, 135 ; 5 : 8, 42, 95, 106 ; 6 : 157 ; 7 : 89 ; 10 : 4, 54 ; 11 : 85 ; 16 : 90 ; 20 : 112 ; 21 : 112 ; 33 : 5 ; 38 : 22, 26 ; 3 9 : 69, 75 ; 40 : 78 ; 42 : 15, 17 ; 45 : 9 ; 60 : 8 ; 65 : 2.
Sebagai contoh kita ungkapkan dari surat dan ayat diatas :
QS. 3 : 8 “(Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”
QS. 4 : 3 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
QS. 5 : 8 “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dengan menghayati makna yang tercantum dalam Al Qur’an seperti yang kita ungkapkan diatas, memberi daya dorong kita dalam bersikap dan perilaku, maka setiap kita melangkah dalam kemampuan kita berpikir menumbuhkan benih-benih untuk menghayatinya menjadi keyakinan dalam kehiddupan bahwa orang tak mungkin adil tanpa perikemanusiaan.
Oleh karena itu, keruntuhan umat islam saat ini, apapun yang diperlihatkan oleh pemimpin kita tidaklah memberikan ketela-danan dalam kehidupan ummat, apapun usaha untuk memperbaikinya menemukan jalan buntu bahkan penyakit bertambah, peringatan, musibah dan azab timbul dan silih berganti, tapi manusia sebagai pemimpin ummat tidak menghayati belajar 1350 tahun yang lalu , ketika di dunia ini terjadi kekafiran, kegelapan dan kebodohan (kejahilan), maka dari balik pegunungan Makkah terpancarlah cahaya hidayah menembus ke arah timur, barat, utara dan selatan. Seluruh penjuru dunia mendapat cahaya hidayah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu selama 23 tahun, Nabi Muhammad Saw.dapat membawa manusia kepada kemajuan
Inilah kehidupan manusia di dunia, diciptakan sebagai mahkluk yang paling mulia dimata Allah Swt, tapi sebaliknya manusia tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah-Nya. Sedangkan manusia tahu bahwa Tuhan itu adil dalam segala jalannya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatannya. Jadi ingatlah selalu bahwa Allah Swt itu hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.
Dengan mengungkap makna huruf dalam kata KERJA sebagai unsur K dalam kata “OTA(K) mengandung makna dari untaian huruf menjadi kata bermakna bahwa KERJA adalah (K)EBAJIKAN yang harus kulakukan dalam perjalanan hidup ini sebagai baktiku dalam menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dengan percaya dan menyerahkan diri dalam amalan lahir dan amalan batin dengan memanfaatkan (E)NERGI dengan berpikir (R)A-SIONAL kedalam usaha menumbuh kembangkan menjadi kesadaran dalam berpikir agamis menuju tauhid untuk memenuhi (J)ANJI sebagai manusia yang menyiapkan untuk menuju perjalanan abadi agar dalam bersikap dan berperilaku memiliki kepribadian individu yang selalu (A)DIL menjalankan amanah sebagai khalifah yang dutugaskan untuk meneruskan jejak dan langkah nabai Muhammad Saw.
Bila sejenak kita merenungkan unsur huruf menjadi kata ber-makna dalam kata KERJA yang kita kemukakan diatas, dapatkah ia menuntun dalam bersikap dan berperliku. Bahkan banyak orang telah mengetahui dan tidak jarang pula selalu mengungkapkan isi Al Qur’an dan Sunnah sebagai pegangannya tapi mengapa orang sebagai pemimpin ummat di negeri ini tidak mampu melakukan perubahan ke-pribadian yang berakhlak dan bermartabat yang sangat dicintai dan dikasihi oleh Allah Swt, karena itu ketidktahuan orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan daan maknanya.
Jadi pergunakanlah ilmu dan belajarlah dari pengalamanmu itu untuk merubah kemampuan berpikirmu dengan meme-lihara jasmani dan rohani hendaklah seimbang, jngn berat sbelah bahkan lebihkan kepentingan jiwa. Karena keadaan jiwa itulah terjadi orang bertinggi brendah. Jiwa itulah yang dapat mengangkat ketingkat yang lebih tinggi. Kepada jiwa itu Tuhan memberikan kekuasaan yang dapat menguasai bumi dan alam sekelilingnya.
6. Mengamalkan Makna Otak
Bumi Indonesia diciptakan oleh Allah Swt, penuh dengan ke-kayaan alam yang melimpah ruah untuk kehidupan ummatnya, tetapi mengapa keruntuhan ummat islam yang terbesar ada disini tapi ummatnya saling mengejar kekuasaan untuk kepentingan individu dan kelompoknya, tahukah anda begitu banyak pemimpin ini mengaku sebagai muslim, tapi jiwanya penuh dengan topeng kepalsuan karena mereka meangaggungkan kesadaran inderawi, kiblat kepada paham materialisme, kiblat kepada manusia sehingga ulamapun tidak berani mengkritik akhlak dan martabat mereka, bisa-bisa berbalik ia dituduh mencemar nama baik mereka. Begitu lantangnya orang menentang bahwa berbuat kebaikan dalam membuat aturan yang terkait dengan perbuatan zinah dsb dituduh bertentantangan dengan UU RI yang lebih tinggi atau melanggar hak azasi manusia Jadi tidak heran kita bahwa perbuatan KKN adalah budaya baginya.
Yang menjadi pertanyaan kita pada saat ini mampukah kita memperbaiki keadan ini, atau pemimpin ummat kita saat ini termasuk Ghuru’r seperti yang tercantum dalam Al Qur’an :
QS. 31 : 33 “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”
QS. 57 : 14 “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mu’min) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.”
Kedua surat dan ayat tersebut menunjukkan kepada kita yaitu Apa yang terjadi saat ini itulah yang diperlihatkan pemimpin ummat kita saat ini adalah termasuk apa yang yang disebut Qhur’ur atau kebodohan artinya manusia memiliki OTAK tapi tidak mempu memaksimumkannya untuk kepetingan Ummat.
Lihatlah dalam kehidupan ini begitu banyak manusia di peringatkan oleh Allah SWT bagi pemimpin tentang keluarganya yang dipermalukan tentang akhlak dan martabatnya, begitu juga muzibah yang diturunkannya seperti kemiskinan, kelaparan, KKN, penyakit dan akhirnya diturunkannya azab berupa letusan gunung api, tsunami, banjir dan tanah longsor, angin kencang dan badai dsb.
Jadi manusia yang diciptakan oleh Allah Swt tidak mampu mengenal tentang dirinya, walaupun ia mahkluk yang paling mulia tapi ia tidak mampu mempergunakan buah pikiran dalam jiwanya karena ia tidak mampu memerangi bujukan setan sehingga buah pikirannya mengatakan bahwa dunia yang bersifat tunai sementara akhirat adalah sesuatu yang bersifat ditangguhkan, begitulah model pemimpin ummat kita berpikir. Mengapa, tidak lain karena ia tidak mampu membuka mata hati yang sejalan dengan pengakuannya sebagai muslim, bujukan setan menuntun nyamenjadi orang-orang yang ragu terhadap sebab penciptaan dan maknanya.
Mereka tidak mampu mengaktualisasikan kedalam kehidupan atas makna “OTAK” ciptaan Tuhan, sehingga tidak heran ketidakmampunnya untuk memerangi bujukan setan karena sifat keragu-raguan yang mendorong setan menguasai jiwanya hingga mata hatinya tertutup tidak mampu mengendalikan diri dari tipuan setan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan dampak cara dalam berbikir memandang hal-hal yang berkaitan dengan marah, dengki, kenyang, tergesa-gesa, rakus, bakil, mengejek dan berdebat.
Untuk menghilangkan keragu-raguan itu cobalah kita merenung untuk berpikir, bekerja dan belajar untuk mengatasi Ghur’ur dalam arti kebodohn dalam menuju perjalanan hidup abadi dengan memanfaat makna “OTAK” tentang :
• Permulan penciptaan langit, bumi dan malaikat.
• Sifat-sifat Allah
• Malaikat maut
• Bagaimana melihat Allah
• Keagungan Allah Swt dan keindahan ciptaannya
• Orang yang mengharapkan Allah tapi tak beramal untuknya
• Dan seterusnya.
Dengan mengungkapkan hal-hal yang perlu kita pahami diatas diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan untuk mengaku beriman dan muslim dalam bersikap dan berprilaku dengan tingkat kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan inteletual yang diridhoi oleh Allah Swt.
Jadi membangun kebiaasaan yang produktif dalam berpikir, maka perlu menuntun sikap dan perilaku yang sejalan dengan keyakinan dan keprcayaan, itu berarti merupakan laangkah awal untuk mengenal tentang diri kita sendiri, dalam usaha untuk mengenal kebesaran Allah Swt.
Ungkapan dibawah ini dapat menggugah jiwa kita seperti :
“Orang takwa senantiasa mendapat pimpinan dari Tuhan dalam penghidupan dan perjuangannya di jamin oleh Tuhan akan memperoleh kemenangan. Tinggalkanlah semua yang haram anda akan jadi manusia yang paling utama dalam beribadat pa-da Allah Swt.”
“Orang bertakwa tidak pernah merasa resah atau kebingungan dalam hidupnya karena selalu mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah Swt serta tidak pernah merasa susah karena kekurangan harta benda sebab ia merasa cukup atas segala apa yang telah dilimpahkan Allah kepadanya.
BAB. III
MENGELOLA PEMBERDAYAAN OTAK
1. Mendalami Pengertian
1.1. Otak
Otak adalah benda putih yang lunak, terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf, yang memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf itu mempunyai ribuan sambungan. Oleh karena itu otak anda berfungsi seperti super komputer.
Berdasarkan penelitian ahli otak bahwa rata-rata orang menggunakan otaknya kurang dari satu persen, sehingga otak merupakan perangkat keras yang memiliki potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan oleh manusia. Jadi otak merupakan organ satu-satunya di tubuh kita yang terus berkembang asalkan terus dipakai.
Sejalan dengan hal diatas, maka gariskan visi hidup anda untuk memanfaatkan otak untuk berpikir, bekerja dan belajar sampai akhir hayat, disinilah letak arti penting manajemen pemberdayaan otak untuk kita pahami karena ia merupakan fungsi menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi.
Jadi otak dapat kita ibaratkan sebagai tongkat, makanya bagaimana kita menggali potensi yang begitu besar yang belum tersentuh secara benar. Untuk memproduktifkan otak sebaiknya kita harus dapat memahami struktur otak.
Struktur otak terbagi dalam dua bagian yaitu pertama disebut dengan otak atas dan kedua disebut dengan otak bawah. Otak atas disebut juga sebagai otak “intelektual” yang terbagi kedalam otak kiri dan otak kanan.
Otak atas adalah hal-hal yang terkait dengan kegiatan intelektual, artinya ia memberikan peran secara sadar terhadap fungsi seluruh tubuh, sehingga ia tidak memiliki peran terhadap kegiatan anda yang tidak disadari.
Fungsi otak atas bagian kiri adalah yang berperan untuk mengendalikan tubuh bagian kanan dengan fungsi menangani angka, logika, analisis, sains, matematika dan hal lain yang terkait dengan pemikiran rasional. Sedangkan otak atas bagian kanan adalah yang berperan mengendalikan tubuh bagian kiri dengan fungsi gambar, ritme, warna, seni, imajinasi, kreativitas, sehingga ia tidak terlalu terikat kepada parameter ilimiah dan matematis.
Yang perlu disadari oleh anda dalam memanfaatkan otak menjadi produktif terhadap otak atas (kiri dan kanan) bahwa masing-masing otak harus dapat memberikan rangsangan satu sama lain, jangan sampai terjadi salah satu tidak berperan sebagaimana layaknya.
Otak bawah adalah otak bawah sadar artinya ia berpusat di hati, oleh karena itu, ia berperan untuk mengendalikan semua fungsi tubuh yang tidak disadari dan otomatis, sehingga otak bawah akan bekerja secara terpisah dengan otak atas. Jadi hati akan berperan untuk menghayati dalam mengendalikan emosi, sikap dan insting seseorang.
1.2. Memori
Telah kita kemukakan diatas bahwa otak memiliki kemampuan untuk menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi, oleh karena itu kiranya anda akan menyadari betapa pentingnya untuk mengembangkan memori yang lebih baik. Jadi pengertian dan pemahaman hal tersebut memberikan daya dorong untuk memperbaiki daya ingatan kita, sebagai proses mental yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang pernah diterima.
Bertolak dari otak menjadi semakin efisien jika lebih banyak digunakan baik otak atas maupun otak bawah secara bersamaan, maka pengetahuan akan bertambah bila kita belajar merangsang sel-sel otak untuk saling berhubungan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu kita perlu memantapkan pengalaman belajar dengan metode belajar input/output secara terus menerus untuk menghindari seseorang menjadi pikun.
Jadi disinilah letak arti kita memahami fungsi memori yang terdiri atas kumpulan informasi didalam otak, dengan pemahaman itu kiranya memberikan daya dorong untuk kita mengembangkan memori yang lebih baik, sehingga kemampuan mengingat kembali tentang fakta, nama, tempat dan kejadian berarti mengaktifkan daya ingat yang tajam.
Sejalan dengan hal-hal diatas maka Memori terdiri atas kumpulan informasi didalam otak serta memiliki kemampuan untuk menyaring semua fakta yang tersimpan dalam otak dan dapat muncul dengan fakta tertentu pada saat diperlukan.
Jadi bila anda tidak dapat mengingat sesuatu, itu tidak berarti fakta atau informasi belum tersimpan di dalam otak, melainkan bermakna bahwa hubungan sel otak yang mengatur sepotong informasi tidak disimpan dengan cara yang mudah untuk memenuhi proses mengingat dengan cepat. Oleh karena itu kunci untuk meningkatkan memori erat hubungannya dengan kemampuan mengaktifkan daya ingat dengan memanfatkan peran panca indera. Jadi memori dapat diperbaiki bila anda dapat menyadari untuk menerapkan situasi yang berdaya ingat tinggi dalam strategi belajar terus menerus sampai akhir anda dipanggil oleh Sang Pencipta.
1.3. Naluri
Setiap manusia pasti memiliki naluri. Naluri artinya fitrah dan oleh karena itu naluri adalah sesuatu yang tidak dipelajari dan sifatnya wajar yang dibawa manusia sejak lahir yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu.
Sifat dorongan itu, manusia bertindak dengan nalurinya pada dasarnya untuk kebaikan dan ada pula dasar untuk kejahatan, sehingga manusia diberi ikhtiar untuk berusaha dalam pelbagai bentuk pendekatan untuk memberikan bimbingan terhadap potensi kebaikan dan memberikan arah pada potensi kejahatan ke jalan yang baik.
Seperti kita maklumi bahwa dalam Islam faktor baik dan buruk merupakan sunnatullah keberadaannya, sebab tidak sempurnalah Kekuasaan Allah itu jika hanya mampu mengadakan yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk tidak. Sejalan dengan itu maka naluri yang ada pada manusia merupakan anugerah tuhan untuk dipakai secara bijaksana, karena dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.
Dengan demikian sebagai individu, maka berkat dorongan naluri berupa hawa nafsu, kebutuhannya akan dapat terjaga dan terpelihara. Sebaliknya sebagai anggota masyarakat, ia dapat menyesuaikan diri sebab ada naluri seperti keinginan berkumpul, menyelamatkan diri, minta tolong dan sebagainya.
Dengan mengutarakan hal diatas bahwa pada setiap manusia terdapat naluri dari pembawaan lahirnya, maka seberapa jauh seseorang dapat mengendalikan naluri yang ada dalam jiwanya akan sangat ditentukan oleh tingkat kedewasaan seseorang dalam berpikir.
1.4. Emosi
Secara “fisiologis” emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang.
Perubahan-perubahan ini terlihat dengan jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernafasan, banyaknya keringat dsb. Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi yang paling tidak menyenangkan, yang kita gambarkan dengan kata-kata seperti gembira atau marah.
Atau dengan kata lain secara singkat bahwa EMOSI didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah untuk mengeluarkan perasaan. Jadi emosi merupakan daya dorong pikiran orang berpikir untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan, oleh karena itu lahirlah penelitian-penelitian seperti:
EQ MAP, yang oleh penulisnya Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf telah merumuskan Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi mengemukakan bahwa Kecerdasan Emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Selanjutnya mereka merumuskan sebuah Model Empat Baru Penjuru yang akan memindahkan kecerdasan emosional dari dunia analisis psikologis dan teori-teori filosofis ke dalam dunia yang nyata dan praktis.
Batu penjuru pertama disebut dengan KESADARAN EMOSI yang bertujuan membangun tempat kedudukan bagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran, emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi.
Batu penjuru kedua disebut KEBUGARAN EMOSI bertujuan mempertegas kesejatian sifat dapat dipercaya, dan keuletan anda, memperluas lingkaran kepercayaan anda dan kemampuan anda untuk mendengarkan, mengelola konflik, dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif.
Batu penjuru ketiga disebut KEDALAM EMOSI, anda akan mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja anda dengan potensi serta bakat unik anda dan mendukungnya dengan ketulusan, kesetiaan pada janji dan rasa tanggung jawab, yang pada gilirannya memperbesar pengaruh anda tanpa mengobral kewenangan.
Batu penjuru keempat disebut ALKIMIA EMOSI, tempat anda memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan dan bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka akan adanya kemungkinan-kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka.
Dengan memahami seperangkat pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan pengalaman tentang emosi yang diperoleh dari hasil penelitian yang pada saat ini terus dikembangkan oleh para peneliti dan kita dapat memanfaatkannya.
Jadi memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik emosi kita, kebijakan intuisi kita dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang ada diri kita dalam komunikasi.
1.5. Berpikir
Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan memecahkannya.
Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.
Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.
Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima tahapan, yaitu:
(1) BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.
(2) BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).
(3) BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
(4) BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.
(5) BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.
Macam berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERSAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.
Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.
Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.
Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.
Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.
Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.
Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.
Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu dan arti mengenal segala sesuatu. Jadi apabila Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.
Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.
Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang tersembunyi di dalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:
(1) Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;
(2) Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;
(3) Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;
(4) Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;
(5) Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.
1.6. Sikap, Perilaku, Kepribadian
SIKAP dapat dikatakan merupakan prediposisi stabil untuk bertindak secara positif atau negatif terhadap kategori atau objek tertentu. Misalkan Abdul mempunyai sikap yang negatif terhadap tokoh penguasa.
Sebagai karyawan, ia mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa para atasannya bersifat diktator. Jadi kita dapat mengatakan bahwa sikap sebagai fokus mental anda dalam memandang dunia luar dimana anda dapat merasa optimistik dan atau merasa pesimistik.
Dalam bahasa sederhana sikap adalah cara anda melihat sesuatu secara mental (kesiapan berpikir dan memahmi menurut pola berpikir tertentu) atau dengan kata lain sikap adalah cara anda mengkomunikasikan suasana hati anda kepada orang lain.
Dengan demikian anda dapat memfokuskan atau mengarahkan pikiran anda dalam suatu situasi sebagai peluang ataupun sebagai hambatan seperti halnya hari yang mendung dapat terasa indah, dapat pula terasa buruk, oleh karena itu andalah yang dapat menentukan suatu persepsi sebagai suatu proses memandang atau menafsirkan lingkungan anda.
Singkatnya sederhana sekali bahwa anda akan memotret kehidupan yang ingin anda potret, sehingga bila anda menekankan hal yang positif dan mengabaikan yang negatif adalah seperti menggunakan kaca pembesar artinya disatu sisi bila anda membayangkan anda menggunakan lensa binokuler, maka akan bermakna sisi pembesarnya untuk memandang hal-hal yang postif dan baliklah bilamana anda menjumpai unsur-unsur negatif untuk membuatnya kelihatan lebih kecil.
Sejalan dengan uraian diatas, kita tidak dapat melepaskan pemahaman tentang terbentuknya sikap itu sendiri karena dari situlah kita dapat memahami struktur sikap beserta komponen-komponennya yaitu komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek.
Kesimpulan kita bahwa SIKAP anda adalah suatu isyarat yang anda pancarkan kepada orang lain, yang berarti juga cara anda melihat sesuatu secara mental dari dalam, dengan demikian memusatkan perhatian pada faktor-faktor positif dari lingkungan, maka akan mudah untuk tetap bersikap positif. Sebaliknya bilamana ada goncangan pada diri anda akan berdampak sikap anda menjadi negatif, dalam situasi demikian tantangannya adalah penyesuaian sikap untuk mengembalikan kepada yang positif.
PERILAKU adalah segala tindakan yang dilakukan oleh suatu organisme, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati (seperti pikiran dan perasaan), dengan kata lain perilaku adalag “gaya”.
Jadi setiap manusia akan mengaktualisasikan diri kedalam tiga gaya perilaku yang disebut dengan asertif, nonasertif dan agresif.
Jadi ada kemampuan untuk mempengaruhi, mendengarkan Perilaku ASERTIF bersifat aktif, langsung dan dan bernegosiasi sehingga orang lain bersedia untuk be-kerjasama dengan secara suka rela.
Perilaku NONASERTIF bersifat pasif dan tidak langsung. Merupakan kebalikan dari asertif karena ia membiarkan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain menjadi lebih penting dari milik kita, ini berarti menciptakan situasi ”menang-kalah”.
Perilaku AGRESIF bersifat lebih komplek karena dapat aktif atau pasif, jujur atau tidak jujur, langsung atau tidak langsung, tetapi pada dasarnya mengkomunikasikan suatu kesan superioritas dan tidak adanya respek, jadi kita menempatkan keinginan, kebutuhan dan hak kita diatas orang lain.
Dengan memahami ketiga gaya tersebut, kita dapat secara bertahap melakukan perubahan gaya, walaupun kita semua menggunakan tiga gaya perilaku tersebut, yang menjadi masalah bagaimana kita dapat menuju yang asertif secara konsisten dengan melepaskan diri dari situasi dan faktor pribadi, dengan cara memahami filosofi asertif itu sendiri seperti dibawah ini :
(1) Saya memahami bahwa orang akan berubah hanya bila mereka memilih untuk berubah;
(2) Saya menyadari bahwa setiap pilihan asertif menghalangi gaya yang lain dan meyakini keberhasilan itu ada;
(3) Saya meyakini aktualisasi sikap saya dari bereaksi atas sikap orang lain;
(4) Saya menyadari bahwa sikap orang lain berbeda dengan sikap saya, tetapi orang lain tetap baik adanya;
(5) Saya menerima tanggung jawab karena kesadaran, kecerdasan dan akal sendiri bukan dari orang lain.
KEPRIBADIAN, adalah suatu pengertian yang dimaksudkan disini yang menyangkut suatu kesan menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat orang lain. Kesan itu merupakan bauran yang unik dari ciri-ciri fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang.
Kesan yang ditarik oleh orang lain menjadi positif tentang kepribadian orang, bila yang bersangkutan menunjukkan semua kemampuan, perbuatan, dan kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial dapat dijadikan panutan bagi orang lain, kecuali keadaan penampilan yang sebaliknya.
Kepribadian yang sehat akan sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk terus meningkatkan kedewasaannya dalam mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh orang lain dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber dari kepercayaan diri karena kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.
1.7. Pemberdayaan Otak Dan Kreativitas
Siapakah yang dapat merobah nasib dan menentukan nasib dirimu kalau bukan dirimu sendiri dan siapakah yang bertanggung jawab atas kesengsaraan dan kemuliaan dirimu kalau bukan dari usahamu dan perjuangan jerih payah sendiri? Oleh karena itu sesuai dengan fitrahmu yang sejalan dengan pribahasa yang mengatakan “Tambang emas pada diri anda adalah pikiran anda. Anda dapat menggali sepuas anda inginkan“.
Pada bagian terdahulu telah diungkap secara sepintas tentang otak, memori, emosi, berpikir, sikap, perilaku dan kepribadian, maka bila anda dapat menghayati makna yang tersembunyi itu berarti anda mempunyai kemampuan untuk menggali tambang emas pada diri anda. Masalahnya bagaimana anda dapat menggunakan kepala anda untuk menuju kepada perspektif dalam hidup, bekerja dan belajar sepanjang hayat. Untuk itu semuanya diperlukan seperangkat pengetahuan yang kita sebut dengan manajemen pemberdayaan otak.
Manajemen pemberdayaan otak adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengawasi pemanfaatan otak dalam mencapai tujuan pemberdayaan otak diri menjadi kreatif.
Kreatifitas adalah sumber dari kemampuan untuk menggerakkan imajinasi sebagai kekuatan murni dari pikiran manusia. Betapa pentingnya imajinasi itu, seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan”; Shakespeare “Imajinasi menjadikan manusia sebagai suri tauladan bagi makluk lainnya”.
Mengaktualisasikan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal, tidak lain dari kemampuan anda untuk mengimplementasikan manajemen pemberdayaan otak agar tumbuh dan berkembang berpikir kreatif. Satu kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini bahwa kita diajarkan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana cara berpikir terhadap fungsi (1) mengamati dan memperhatikan; (2) mengingat kembali; (3) menganalisa dan mempertimbangkan, tetapi kita lupa untuk menggali tambang emas yang ada, apa yang kita sebut pikiran dengan fungsi yang (4) berupa kemampuan untuk menggerakkan ide-ide baru, meramalkan dan memvisualisasikan yang belum ada.
Dengan memahami manajemen pemberdayaan otak sebagai suatu konsepsi bahwa disatu sisi kita dapat menggali tambang emas pada diri kita melalui otak atas dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan yang berarti kita berpikir secara metodis artinya berpikir yang disadari dalam fungsi (1), (2), (3) diatas, disisi lain kita juga dapat menggunakan otak dibawah sadar yang berpusat di hati, dimana hasil kerja hati dengan penghayatan yang kita sebut dengan intuisi yang memenuhi fungsi ke (4). Fungsi keempat yang kita sebut diatas, itulah yang membuka jalan pikiran dengan berpikir intuitif untuk mewujudkan kreatifitas.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk mengaktualisasikan berpikir intuitif, terdapat kesalahan dalam berpikir tentang wujudnya kepribadian yang kreatif, kesan itu ditimbulkan karena pandangan yang keliru mengenai:
(1) Manusia kreatif adalah manusia yang mendapat fitrah, pikiran ini ditimbulkan salah menafsirkan soal bakat yang ada pada seseorang;
(2) Manusia kreatif disebut juga para ahli yang melekat pada dirinya karena hanya ia yang memiliki kemampuan untuk memecahkan semua kehidupan ini.
(3) Manusia kreatif dibayangkan cenderung menjadi manusia yang memiliki gangguan emosional karena selalu ingin menunjukkan kemampuan yang non-rasional.
(4) Manusia kreatif dibayangkan untuk selalu berpikir kearah hal-hal yang sama sekali baru dalam pengamatannya.
(5) Manusia kreatif disebut juga sebagai orang yang suka berhayal sehingga dipandang tidak praktis dan berdampak beban biaya yang harus ditanggung.
Dengan pandangan yang keliru itu, kiranya perlu diluruskan agar benih kreatifitas yang ada pada pikiran anda perlu digali sepuas hati anda, maka disitu terletak keyakinan pada diri anda bahwa potensi yang ada dalam diri anda, hanya dapat tergerak bila anda menyadari betapa pentingnya untuk memproses pemberdayaan otak dalam mewujudkan kreatifitas untuk tumbuh dan dikembangkan sepanjang masa.
2. Perencanaan Pemberdayaan Otak
2.1. Perencanaan Strategik
Sebelum anda melangkah untuk melaksanaan pemberdayaan otak, maka diperlukan suatu kepercayaan diri bahwa potensi otak anda belum dimanfaatkan sebagai mana mestinya dalam usaha-usaha meraih peluang-peluang masa depan, oleh karena itu diperlukan keputusan strategik sebagai perencanaan jangka panjang untuk menerobos otak dibawah sadar dengan mengintergrasikan otak atas sebelah kiri dan kanan.
Perubahan tentang diri anda, akan sangat tergantung keyakinan anda untuk berubah. Sejalan dengan itu bahwa untuk menggerakan imajinasi yang ada dalam diri dalam usaha anda untuk menggali tambang emas dalam diri anda adalah pikiran, juga ditentukan pula suatu komitmen pada diri anda untuk mempergunakan alat pikiran (kesadaran, kecerdasan dan akal) menuju kepada perubahan-perubahan yang positip yang anda inginkan dalam perspektif dalam hidup, bekerja dan belajar.
Langkah awal untuk menggerakkan anda berpikir dalam memperdayakan otak, diperlukan suatu rencana yang dapat menuntun anda yang sejalan dengan umur anda, yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu yang menyebutkan umur ini menjadi lima masa, dalam posisi itulah anda berusaha untuk apa anda hidup didunia ini, keputusan ini kita sebut perencanaan strategik.
Keputusan-keputusan yang kita ambil itu kita tuangkan kedalam apa yang kita sebut dengan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, KEBIJAKAN, PROGRAM dalam hidup anda sebagai tuntunan untuk anda melakukan perubahan-perubahan secara terus menerus sampai anda menemukan tentang diri anda, maka disitu pula anda mengenal keberadaan TUHAN.
Bagaimana anda merumuskan VISI HIDUP ANDA, visi menggambarkan perjalanan hidup anda sebagai anda memiliki cita-cita akan menjadi apa. Memang tidak gambang untuk merumuskan visi tersebut tanpa dapat menghayati tentang kepribadian anda, oleh karena itu menyelami untuk ingin tahu diperlukan suatu analisis. Daur hidup manusia dapat diibaratkan dengan daur hidup organisasi, sejalan dengan itu dalam hal inipun dapat kita pergunakan sebagai tahap awal dengan mempergunakan analisis SWOT yang merupakan singkatan dari lingkungan internal STENGHTS dan WEAKNESSES serta lingkungan eksternal OPPORTUNITIES dan TREATS. Bertitik tolak dari analisis tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran misalkan posisi dari masa muda memasuki masa dewasa pada umur 35 tahun s/d 50 tahun, bagaimana posisi letak kepribadian saat ini dan bagaimana kita mengembangkan ke masa depan.
V I S I
Untuk dapat menuntun perubahan-perubahan yang diinginkan, diperlukan langkah awal untuk merumuskan VISI hidup sebagai suatu pernyataan artikulasi dari CITRA, NILAI, ARAH DAN TUJUAN yang menggambarkan perjalanan mental dari yang diketahui ke yang tidak diketahui dalam rangka mewujudkan masa depan dari imajinasi atas fakta, harapan, impian, tantangan dan kesempatan.
Oleh karena itu visi hidup anda dimasa depan akan sangat ditentukan wajah visi anda dalam sikap yang positip dalam mengkomunikasikan suasana hati kepada orang lain Wujud visi dalam sikap digambarkan seperti dibawah ini:
CITRA dalam sikap menunjukkan VISI anda dalam mengkomunikasikan suasana hati yang dapat diterima oleh semua pihak atas gambaran peran yang diaktualisasikan dalam bentuk pengasih, penyayang, pelindung, pengampun, penyantun, pemurah, pendengar, pemberi, pengendali, kejujuran, rasa cinta, bersukur, sabar, silaturahmi dan memahami aturan main.
NILAI dalam sikap menunjukkan visi anda dalam mengaktualisasikan berpikir untuk mewujudkan citra yang berada dalam diri anda yang ditunjukkan dalam bentuk keteladanan, kebenaran, kepekaan, gaya hidup, pemberi manfaat, pemberi petunjuk.
ARAH dalam sikap menunjukkan visi anda dalam mengaktualisasikan untuk bertindak dalam mewujudkan citra, nilai sebagai tuntunanan untuk membangkitkan kesadaran dalam bentuk merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
TUJUAN dalam sikap mewujudkan visi anda dalam mengaktualisasikan dalam usaha melakukan perubahan sikap dan perilaku berpikir secara metodis artinya terjadi keseimbangan antara otak alat pikir dan hati alat menghayati yang didukung dengan alat kesadaran, kecerdasan dan akal sehingga terwujud imajinasi dalam menumbuhkan kreativitas berpikir dan bertindak.
M I S I :
Bertolak dari rumusan visi, maka langkah kedua menyiapkan sarana sebagai alat untuk mengadakan perjalanan, yang kita sebut dengan suatu pernyataan MISI yang menggambarkan bagaimana kita seharusnya melakukan perubahan kepribadian dimasa depan.
Perubahan harus dilakukan dari proses kita belajar secara terus menerus agar kita dapat menemukan tentang diri kita, oleh karena itu disatu sisi kita merumuskan visi yang mengambarkan perjalannan dan disisi lain kita merumuskan suatu pernyataan yang kita sebutkan MISI sebagai perwujudan dari visi.
Sejalan dengan yang kita utarakan diatas, maka sarana yang kita perlukan adalah MISI hidup sebagai suatu pernyataan artikulasi dari RASIONAL, EMOSIONAL, NALURI dan INDERA yang menggambarkan sarana yang kita perlukan dalam melakukan perjalan yang hendak kita tuju dalam bentuk perilaku asertif yang berujud kepribadian yang memiliki harga diri, kreativitas, tanggung jawab, kebijaksanaan, tujuan, komunikasi, keyakinan, adaptasi, kebulatan tekat (komitmen) dan penghayatan.
RASIONAL dalam perilaku menunjukkan misi anda dalam mewujudkan suatu kepribadian secara utuh, apa yang anda inginkan baik material maupun non-material dapat diawasi dan dikendalikan oleh batin rasional.
EMOSIONAL dalam perilaku menunjukkan misi anda dalam mewujudkan suatu kepribadian secara utuh untuk menerapkan secara effektif kemampuan merasakan dan memahami sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi, menjadi menarik bagi emosi anda.
NALURI dalam perilaku menunjukkan misi anda dalam mewujudkan suatu kepribadian yang utuh untuk berbuat atau bereaksi yang sangat majemuk dan tidak disadari akan tetapi dapat diterima oleh naluri anda.
INDERA FISIK dalam perilaku menunjukkan misi anda dalam mewujudkan suatu kepribadian yang utuh untuk menggapai kemasyhuran atau kesuksesan dengan mengikutsertakan bantuan indera fisik yang sangat penting berupa alat pengliahatan dan alat pendengaran tapi tidak berarti alat-alat lainnya tidak berperan.
TUJUAN
Dibayangkan seandainya masa muda dari 15 tahun sampai dengan 30 tahun, ia berusaha memelihara masa muda agar tidak terjerumus dalam kemurkaan ALLAH SWT, serta siksaanNya yang pedih, membawanya mencapai keridhaan Allah SWT dan memperoleh pahalanya yang besar, maka memasuki masa dewasa dari umur 30 tahun sampai dengan 50 tahun, anda memerlukan suatu perencanaan yang akan merumuskan tujuan-tujuan yang anda inginkan dari penjabaran MISI HIDUP seperi yang telah kita ilustrasikan diatas, maka anda diharapkan perolehan karunia hikmah dan kebijaksanaan dengan kemurahan Allah SWT. Sehingga kelihatannya pada sifat lebih cenderung untuk mengerjakan berbagai ketaatan, menunjukkan hatinya kepada Allah SWT dan selalu bertobat kepadanya.
Ini tentunya bila ia mendapat taufiq dan inayah dari Allah SWT, seperti dalam firmannya: “Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah kami memberi balasan bagi orang-orang yang suka melakukan kebajikannya “ (Q.S.28:14) dan firmannya pula: “… sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun, berkatalah ia: “ Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kepada kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ….” (Q.S46:15)
Dengan memperhatikan uraian yang kita kemukakan diatas, dapat ditarik satu kesimpulan, mengapa merumuskan tujuan secara kualitatif begitu penting bagi anda karena:
(1) Dengan merumuskan tujuan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, ia dapat memenuhi fungsi kesehatan dan keselamatan;
(2) Dapat menuntun kegiatan kearah waktu, usaha dan gagasan-gagasan;
(3) Dapat memberikan daya dorong kedalam diri sebagai dasar perkembangan dan harga diri berarti membentuk percaya diri sebagai summber sukses dan kemandirian;
(4) Dapat memberikan daya dorong untuk mengatakan, selalu ada sesuatu yang dapat anda lakukan, sehingga ia merasa bebas dan membuat kehidupan menarik dan menggembirakan;
(5) Dapat menuntun untuk secara terus menerus mengembangkan sikap positip dengan perilaku asertif.
Bertolak dari arti penting kita merumuskan TUJUAN yang dijabarkan dari MISI, maka sebagai dasar untuk menuntun langkah perumusan, beberapa hal-hal dibawah ini perlu mendapatkan perhatian :
(1) Seandainya anda menginginkan adanya pembaharuan, maka anda harus memiliki kepercayaan diri bahwa tujuan-tujuan yang dirumuskan itu milik anda;
(2) Susunlah tujuan yang menggerakkan anda menjadi suatu tantangan, tidak mudah tapi anda berkeyakinan untuk mengejarnya;
(3) Rumusan tujuan sebaiknya bersifat fokus dan jelas apa yang anda inginkan dan sejauh mungkin segala sesuatu akhirnya dapat diukur;
(4) Rumusan tujuan yang hendak dicapai haruslah memberikan ruang gerak yang harmonis sehingga antara tujuan-tujuan yang hendak dicapai tidak saling bertentangan;
(5) Rumusan tujuan yang hendak dicapai haruslah memberikan fleksibilitas dalam rangka perbaikan dan perubahan bila dipandang perlu sesuai dengan target-target waktu dalam pencapaiannya.
Dengan memperhatikan kerangka berpikir diatas, maka rumusan TUJUAN DARI PENJABARAN MISI DALAM MASA PEMUDA ANDA MEMASUKI DEWASA, dapat kita ilustrasi seperti dibawah ini :
1) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi
dan pengetahuan dalam usaha anda untuk bereaksi dari sentuhan anda
yang penuh pengetahuan;
2) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dan perubahan dalam usaha anda secara terus menerus komit untuk melaksanakannya;
3) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha anda untuk membangun rasa tanggung jawab;
4) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha anda untuk membangun integritas sebagai landasan dasar yang mutlak;
5) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha menggali tambang emas yang ada pada diri adalah dalam bentuk nilai-nilai inti yang berpotensi besar;
6) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha menumbuhkembangkan wawasan kedalam realita khayalan;
7) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha membentuk sikap positip dan perilaku asertif sebagai predeksi yang dapat terwujud dari keinginan anda;
8) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha mengendalikan nafsu agar tindakan sejalan dengan tujuan;
9) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha memanfaatkan kekuasaan agar tindakan sejalan dengan semua kepentingan;
10) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha mewujudkan keuletan sebagai tonggak keberhasilan;
11) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha mewujudkan cinta dalam kehidupan sebagai anugerah yang tidak terbayangkan;
12) Membangun Kepribadian yang utuh menjadi kepemimpinan pribadi dalam usaha mewujudkan keteladanan sebagai keunggulan.
SASARAN
Sasaran dijabarkan berdasarkan rencana kualitatif tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti yang kita gambarkan diatas. Selanjutnya setiap tujuan tersebut dijabarkan sebagai suatu rencana yang menggambarkan secara kuantitatif untuk jangka waktu setiap lima tahun sekali, bila dipandang perlu diadakan perubahan sesuai dengan kemampuan untuk mewujudkan kepribadian yang utuh, yang terus menerus harus digali sepanjang hayat.
Sebagai ilustrasi, anda menjabarkan SASARAN No.1 secara kuantitatif seperti:
(1) Selama lima tahun dan secara berkelanjutan untuk mendalami penguasaan bahasa arab, inggeris;
(2) Dalam satu tahun meningkatkan keterampilan pemanfaatan komputer;
(3) Dalam satu tahun memiliki kemampuan dua kali khatam membaca kitab suci;
(4) Dsb.
STRATEGI
Untuk merealisasikan pencapaian sasaran yang telah digariskan sesuai dengan masa hidup yang anda jalani, maka strategi yang dapat ditempuh untuk kita dapat melaksanakan perubahan tentang diri sebagai mana yang kita harapkan adalah:
(1) Anda harus meyakini bahwa perubahan hanya dapat dilakukan sepanjang anda memiliki niat untuk berubah, untuk itu perlu komitmen diri anda sendiri;
(2) Secara terus menerus memaksimumkan alat berpikir dalam bentuk kesadaran, kecerdasan dan akal dalam memperdayakan otak;
(3) Melaksanakan syariat lahir (syariat) dan syariat batin (hakikat) tanpa terpisah-pisah sehingga amalan lahir dan batin wajib dilaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.
KEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM
Bertolak dari strategi yang kita kemukakan diatas untuk memberikan pedoman kepada anda bahwa pencapaian visi, misi tujuan dan sasaran dengan memberikan arah dan keterkaitan dalam pemberdayaan otak, maka diperlukan penjabarannya kedalam seperangkat kebijaksanaan dalam bentuk pengaturan dan petunjuk dari mana rencana kegiatan kedalam program untuk diformulasikan.
Sebagai ilustrasi kita menjabarkan strategi pertama “anda harus meyakini bahwa perubahan hanya dapat dilakukan sepanjang anda memiliki niat untuk berubah, untuk itu perlu komitmen diri anda sendiri“. Untuk mencapai sasaran NO.1, yang telah digariskan, maka strategi diatas digariskan, apakah akan belajar sendiri, belajar mengikuti kursus, belajar dengan privat dsb. Selanjutnya disusunlah program yang mengaitkan serangkaian tindakan yang berisikan sumber daya yang diperlukan.
PELAKSANAAN
Membangun dan memelihara suatu kepribadian yang utuh berarti adanya suatu kepercayaan diri sebagai sumber sukses dan kemandirian melalui peningkatan kedewasaan rohaniah, sosial, emosial dan intelektual.
Sejalan dengan apa yang kita utarakan diatas, maka sukses dan kemandirian tidak mungkin kita raih, bila kita tak berkeinginan untuk mendorong kemajuan berpikir. Tak satupun ummat didunia tidak meyakininya bahwa kemajuan suatu ummat akan terletak pada cara berpikirnya.
Oleh karena itu hasil pemikiran dan ilmu pengetahuan sangat menentukan kemajuan ummat dalam bidang agama dan bidang dunia adalah manusia harus menggali tambang emas yang ada pada dirinya yaitu pikiran untuk kehidupan baik di dunia kini maupu di akhirat nanti.
Betapa sempurnanya ajaran Islam mengajarkan agar setiap orang mau memikirkan berbagai kejadian langit dan mengamati alam semesta, menghayati dan mentafakkuri setiap persoalan dan peristiwa yang terdapat dalam alam semesta ini, supaya meyakini terhadap kebesaran, kekuasaan dan kesempurnaan Allah swt, yang menjadikan dan mengatur semuanya, sehingga makin sadarlah akan segala kelemahan dirinya masing-masing dihadapan Allah SWT.
Akhirnya, marilah kita mengingat kata-kata mutiara yang diucapkan Muhammad S.A.W berupa “Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok”, oleh karena itu berdayakanlah otak untuk berpikir, bekerja dan belajar dengan suatu rencana sebelum bertindak.
3. Mengorganisir Pemberdayaan Otak
3.1. Makna Mengorganisir
Mengorganisir dalam pemberdayaan otak dimaksudkan seberapa jauh seseorang setelah mampu merumuskan perencanaan agar memiliki kemampuan untuk menata berpikir agar memori, naluri dan emosi terorganisir sedemikian rupa untuk mewujudkan sikap positip dan perilaku asertif menjadi produktif dalam merealisir seluruh rencana yang telah digariskan.
Sumber daya yang tersembunyi dalam memori, naluri dan emosi dapat digali sepuas hati anda akan sangat tergantung kepada kemampuan anda dalam berpikir agar sumber daya yang digali itu menjadi bermanfaat, dan oleh karena itu dalam anda menggunakan alat berpikir dalam bentuk kesadaran, kecerdasan dan akal tidak dapat diaktualisasikan berdiri sendiri-sendiri, melainkan bersamaan dan saling mengisi.
Agar anda dapat mengorganisir secara baik dan sistimatik terhadap memori, naluri dan emosi secara berkesinambungan, maka manusia tidak dapat melepaskan diri dari empat sifat yaitu:
(1) sifat yang menyelamatkan,
(2) sifat yang merusakkan,
(3) sifat kepatuhan,
(4) sifat nafsu kemaksiatan.
Dengan mempertajam pemahaman keempat sifat tersebut, maka anda akan dapat memperdayakan sumber daya memori, naluri dan emosi ke arah yang terorganisir secara produktif sehingga secara langsung anda dapat menyadari untuk mengoreksi semua tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Berpikir disatu sisi memanfaatkan memori untuk mengumpulkan dan mempergunakan informasi dan disisi lain bagaimana kita dapat mengendalikan naluri sehingga dapat membentuk suatu kecerdasan emosional yang dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku, maka dalam kerangka mengkoordinir sumber daya yang ada dalam otak tidak berarti kita tidak memanfaatkan mata, telinga, lisan/lidah, perut, kemaluan, tangan dan kaki, kesemuanya menjadi satu kesatuan tetapi masing-masing sumber daya tersebut tetap memiliki fungsinya sendiri-sendiri, disitulah letak hikmah manusia selalu berpikir sepanjang masa dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam dirinya melalui suatu proses untuk mengkoordinirnya supaya tidak saling bertabrakan dalam kepentingan fungsinya masing-masing. Itulah arti makna mengkoordinir dalam pemberdayaan otak secara produktif dimana sel-sel otak manusia mempunyai kemampuan yang tidak terbatas.
3.2. Mengkordinir Pemberdayaan Memori
Setiap pemecahan ada didalam persoalan. Semua jawaban ada didalam pertanyaan. Jadi jika lahir persoalan yang abnormal dari yang normal menunjukkan persoalan itu rumit dan serba komplek adanya, maka disitulah kita kita serahkan pemecahannya kepada otak dibawah sadar.
Sejalan dengan itu mengembangkan memori yang lebih baik berarti mengingat kembali tentang fakta, nama, tempat dan peristiwa akan sangat ditentukan oleh kemampuan berpikir, sedangkan tujuan berpikir adalah untuk mengumpulkan dan menggunakan informasi sebaik mungkin, oleh karena manusia adalah makluk kebiasaan, sedangkan kebiasaan merupakan fungsi dibawah sadar,
maka kebiasaan berpikir yang tradisional mengajarkan cara kerja pikiran berlandaskan pola-pola konsep yang tetap sehingga kita selalu kurang dapat memanfaatkan informasi yang tersedia dengan sebaik mungkin kecuali kita memiliki kemampuan untuk menciptakan pola-pola baru.
Jadi pemberdayaan memori, kita tidak dapat berpegang kepada kebiasaan buruk dalam arti kita terlalu terikat dengan satu pola berpikir tradisional yang biasa juga disebut dengan berpikir vertikal, oleh karena itu kita perlu juga mengembangkan pola berpikir lateral.
Edward Debono mengungkapkan berpikir lateral itu, ia mengemukakan bahwa kebutuhan akan berpikir lateral timbul dari keterbatasan perilaku pikiran sebagai sistem ingatan pemaksimum diri, dimana berpikir vertikal berkaitan dengan pembuktian atau pengembangan pola-pola konsep. Berpikir lateral berkaitan dengan penyusunan ulang pola-pola seperti itu (wawasan) dan menimbulkan pola-pola yang baru (kreativitas). Selanjutnya ia mengungkapkan perbedaan pola berpikir tersebut seperti dibawah ini :
Berpikir Vertikal : Berpikir Lateral :
• Bersifat selektif • Generatif
• Berpikir analitis • Provokatif
• Berurutan negatif menutup jalan tertentu • Dapat membuat lompatan
• Orang harus benar pada setiap langkah • Orang tidak harus demikian
• Orang menggunakan bentuk negatif • Tidak ada bentuk
• Orang berkonsentrasi dan mengesampingkan apa yang tidak relevan • Orang menyambut baik terobosan yang kebetulan
• Kategori, klasifikasi dan label bersifat tetap • Ketiganya tidak tetap
• Mengikuti jalan yang mungkin • Menjajaki yang tidak mungkin
• Merupakan proses yang terbatas • Proses yang serba mungkin.
Pengungkapkan jalan pikiran yang dikemukakan oleh Edward Debono, memberikan daya dorong untuk kita membangun bayangan mental dan mengarah kepada perhatian terpusat dalam rangka menghapus kebiasaan berpikir yang terikat, sehingga kita mencoba membangun pola berpikir bebas tetapi terikat artinya kedua pola berpikir tersebut diaktualisasikan saling mengisi, tidak berdiri sendiri.
Bertolak dari pemikiran diatas, sebenarnya tidak ada yang disebut dengan kelelahan mental, oleh karena itu kekuatan otak tidak mengenal batas akhir, yang menjadi masalah kita adalah bagaimana kemampuan berpikir kita dalam mengkoordinir pemberdayaan memori?
Kita mengagumi bahwa INGATAN merupakan pusat penerimaan yang laur biasa, dengan penggunaan yang terus menerus dan suplai zat asam, glukosa dan zat-zat makanan lain yang diangkut oleh daerah yang mengalir ke otak, ingatan manusia sanggup terus menerus menyimpan dan menimbun informasi dan data yang tak tak terbilang jumlahnya.
Jadi dengan kemampuan untuk melatih terus menerus ingatan memberikan ruang gerak yang luas untuk berpikir secara terbuka dan luas. Para ahli fisiologi syaraf berkata bahwa ingatan manusia sedikitnya mampu menampung 15 triliun informasi, tapi sebaliknya tak ada seorangpun yang tahu secara tepat, bagaimana ingatan itu disimpan, dan karenanya dari hasil penelitian mengatakan bahwa rata-rata manusia hanya mengunakan 10% potensi otak selama hidup mereka.
Oleh karena itu mengkoordinir berpikir vertikal dan berpikir lateral memberikan daya dorong untuk kita menggali tambang emas yang ada pada diri kita, maka menggunakan otak dan daya kekuatan yang tersembunyi didalamnya untuk berpikir luas dan terbuka, ada para ahli psikiater memberikan jawabannya seperti:
(1) Anda harus menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya, hanya persoalan adakah keinginan untuk menggalinya dan kita tahu tidak akan otak kehabisan energinya;
(2) Rentangkan pemikiran anda dengan pendapat, gagasan dan pemikiran orang lain yang berharga dan bermutu, dengan cara itu anda pemikiran anda akan terbuka;
(3) Kembangkan pengawasan pikiran anda agar dapat digunakan secara produktif seperti mendisiplinkan aktivitas otak anda, belajar memusatkan perhatian secara penuh, mengembangkan daya ingatan;
(4) Berikan terus menerus latihan otak dibawah sadar, dengan demikian anda dapat memiliki penguasaan keadaan jiwa untuk menuntun pikiran sadar yang kerap kali dapat melupakan sesuatu peristiwa karena alam bawah sadar anda adalah suatu wadah penerimaan informasi, korelasi antara informasi yang diterima dan penafsiran yang diberikan;
(5) Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi, oleh karena itu anda harus melatih daya ingatan secara terus menerus, ibarat otot yang harus terus dilatih agar menjadi kuat dan berfungsi baik.
Dari uraian diatas, maka mengkoordinir pemberdayaan memori merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam usaha bagaimana anda menggunakan otak secara produktif tergantung dari pengertian anda dan cara penggunaannya, sehingga sel-sel otak anda dapat dimanfaatkan berpikir vertikal dan lateral dalam mewujudkan rencana pemberdayaan otak.
3.3. Mengkoordinir Pemberdayaan Naluri
Naluri merupakan sumber daya yang maha dahsyat yang terembunyi didalam otak di bawah sadar, ia merupakan anugrah Tuhan untuk dipakai secara bijaksana karena ia dapat berbentuk reaksi tindakan ke arah kebaikan dan keburukan. Jadi dalam usaha kita memperdayakan naluri dimaksudkan seberapa jauh kita memiliki kemampuan mengkoordinir dengan unsur otak yang lain agar menjadi produktif bagi dirinya maupun orang lain, disitulah letak keajaiban fitrah manusia.
Bentuk-bentuk keajaiban itu dapat berupa ingin tahu, ingin berkuasa, ingin memiliki, ingin meruntuh dan membangun, ingin berkumpul, ingin mempertahankan diri, ingin membunuh, ingin makan dan sebagainya, kesemuanya merupakan reaksi dalam tindakan yang mungkin disadari dan atau tidak disadari adanya.
Memperdayakan keajaiban dibawah sadar adalah harta yang ada dalam diri anda, galilah sepuas hati karena bukti telah menunjukkan kepada anda bahwa keberhasilan orang-orang besar di sepanjang jaman menunjukkan kemampuan mereka dalam berpikir dengan memanfaatkan naluri sebagai kunci keberhasilan.
Semua persoalan normal dan abnormal ada jawaban dibawah sadar, bila anda membangkitkan kekuatan bawah sadar berarti ia mampu menjadi pembangun tubuh dan menyembuhkannya, karenanya buatlah diri anda kedalam tidur setiap malam dengan gagasan kesehatan yang sempurna dan kekuatan bawah sadar sebagai pelayan yang setia akan mentaati keinginan anda.
Kita meyakini bahwa isi pikiran adalah sebab dan setiap kondisi adalah akibat, maka kalau anda ingin menghasilkan karya dan kerja yang lebih baik, camkanlah gagasan itu kedalam bawah sadar, maka ia akan merespon yang sesuai dengan keinginan anda. Jangan sekali-kali terbetik dalam pikiran anda dalam menghadapi masalah dengan cepat anda mengatakan tidak mampu memecahkannya. Ia akan menjawab sama dengan keinginan anda, oleh karena itu ibarat seorang nakhoda, ia harus memberikan perintah yang tepat. Perintah yang tepat ini adalah pikiran dan bayangan yang harus disampaikan kepada bawah sadar yang selanjutnya mengendalikan semua pengalaman anda.
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bawa hukum kehidupan adalah hukum keyakinan, berarti keyakinan adalah pikiran yang ada didalam otak sehingga yakinlah kekuatan dibawah sadar untuk menyembuhkan, memberi inspirasi, memperkuat dan membawa keberhasilan anda bila anda meyakini merubah cara berpikir adalah merubah nasib yang anda inginkan.
Akhirnya kita sampai pada satu pikiran mengkoordinir pemberdayaan naluri berarti kita meyakini bahwa baik atau buruk kehidupan ini sangat ditentukan oleh lahir dan batin yang saling mengisi dalam berpikir, untuk itu kita harus mampu memanfaatkan naluri sebagai sumber daya penggerak jiwa dalam kehidupan didunia dan di akhirat.
Dengan keyakinan itu pulalah kita harus mengendalikan naluri. Bila kita ingin mengendalikannya, maka timbul pertanyaan kepada diri kita, faktor-faktor apa yang sangat mempengaruhi kekuatan dari naluri itu. Jawabannya terdapat dari dalam diri dan dari luar diri sendiri.
Dari dalam diri adalah alat berpikir utama yang kita sebut dengan Kesadaran, Kecerdasan dan Akal. Ketika alat itu kita sebut unsur jiwa utama yang sangat dominan mempengaruhi pemberdayaan otak. Disamping itu kita juga mengenal kecakapan lainnya yang juga membantu kita berpikir yang kita sebut dengan Ingatan, Imajinasi, Cetusan dengan tiba-tiba, Firasat.
Sedangkan dari luar diri adalah Kontrol Sosial, Pendidikan dan Latihan, Hukum Formal dan Informal. Kedua unsur tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam usaha pengendalian naluri.
3.4. Mengkoordinir Pemberdayaan Emosi
Anda dapat membayangkan bila satu saat seseorang menjadi pemimpin dan kemudian tanpa anda diajak bicara lantas anda diberhentikan dari jabatan semula serta tidak jelas status berikutnya, maka apa yang terjadi adalah gejolak emosi yang timbul pada diri anda sebagai satu keadaan yang teransang dari organisme karena perubahan-perubahan yang tidak disadari hingga memperlihatkan perubahan perilaku anda.
Jadi yang menjadi pertanyaan kita adalah faktor-faktor apa saja yang mendorong emosional (berkaitan dengan ekspresi emosi) seseorang itu lahir yang berdampak perubahan perilaku. Jawabannya adalah kecerdasan emosional. Cobalah anda renungkan pendapat Robert K. Cooper Ph.D dan Ayman Sawaf dengan Difinisi yang dikemukakan olehnya sbb. KECERDASAN EMOSIOANAL adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Selanjutnya bila kita mendalami apa yang diuraikannya dalam “EMPAT BATU PENJURU KECERDASAN EMOSIONAL” (KESADARAN, KEBUGARAN, KEDALAM, ALKIMIA) yang telah kita utarakan pada bagian terdahulu, maka kesemua unsur tersebut dapat kita katakan sebagai faktor-faktor yang mempengarui tingkat kedewasaan emosional seseorang. Bila seseorang dapat meningkatkan kedewasaan emosional tersebut, maka emosional akan menjadi salah satu kekuatan penggerah dari kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan tranformasi disatu sisi dan disisi lain dapat berfungsi untuk menyelaraskan keseimbangan dalam tindakan dalam sikap dan perilaku.
Untuk memperdayakan sumber daya emosi yang ada pada diri kita sebagai salah satu faktor (kesadaran, kebugaran, kedalaman, alkimia) pendorong, maka kemampuan mengkoordinir keempat faktor yang saling mempengaruhi dalam meningkatkan kecerdesan emosional akan ditentukan oleh kemampuan berpikir.
Kita telah membicarakan metode berpikir (biasa, logis, ilmiah, fisafat dan theologis) disuatu sisi dan disisi lain mengenai pola pikir (vertikal dan lateral), dalam hal ini yang sangat dominan adalah berpikir theologis, tapi tidak berarti kita mengabaikan metoda dan pola pikir yang lain.
Dalam berpikir theologis, kita dihadapkan pada kenyataan disekitar kita dan yang ada pada diri kita dalam usaha mencari kepastian, disitulah letak kehidupan dalam mencari kebenaran. Kebenaran akan timbul bila kita mengenal tentang diri kita dan sekaligus kita dapat memiliki keyakinan tentang keberadaan Tuhan. Oleh karena itu memanfaatkan alat berpikir kesadaran, kecerdasan dan akal tidak dapat diaktualisasikan secara terpisah, melainkan secara bersamaan dan saling mengisi satu sama lainnya. Hanya dengan cara itulah kita dapat mengusahakan mengkoordinasikan faktor yang mempengaruhi emosional dalam pemberdayaan emosi secara produktif.
3.5. Pelaksanaan
Keberhasilan anda untuk merealisir seluruh perencanaan strategik yang telah ditetapkan, maka langkah kedua adalah mengorganisir seluruh sumber daya yang ada dalam diri anda secara produktif. Penulis berkesimpulan sumber daya yang terkandung dalam memori, naluri dan emosi adalah menjadi penggerak kita berpikir, oleh karena itu maka melaksanakan pemberdayaan otak (atas dan bawah) perlu diasah terus menerus.
Sejalan dengan pikiran diatas hanya dapat kita lakukan, bila kita meyadari sepenuhnya bahwa potensi otak kita baru dimanfaatkan sebesar 10% saja, banyak peluang untuk kita menggalinya sepuas hati kita, maka disitulah letak keyakinan kita untuk meletakkan landasan percaya diri sebagai sumber sukses dan kemandirian dalam membentuk perubahan sikap dan perilaku pada tingkat kedewasaan yang memiliki makna dalam hidup ini.
Jadi faktor keyakinan menjadi pendobrak untuk anda memulai, karena disitulah letak keimanan anda terhadap kemampuan anda untuk mempergunakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal dalam usaha anda untuk melaksanakan koordinasi terhadap sumber daya yang potensial belum dimanfaatkan secara produktif.
4. Menggerakkan Pemberdayaan Otak
4.1. Makna Menggerakkan
Suatu pemikiran dapat digerakkan oleh adanya perencanaan, selanjutnya kita memahami bagaimana menkoordinasikan pemanfaatan sumber daya otak yang baru dimanfaatkan menurut para ahli baru sebesar 1% dari potensi yang tersedia, oleh karena itu makna menggerakkan sebagai suatu usaha dituntun oleh perencanaan yang ada dan dengan kemampuan mengkoordinir maka berpikir dapat diarah disatu sisi untuk diterima oleh naluri dan disisi lain dapat menarik emosi anda untuk mengangkat memori anda dengan mengikut sertakan indera fisik anda.
Pada bagian terdahulu telah digariskan strategi untuk menggerakkan pemberdayaan otak untuk merealisir sasaran yang ditetapkan serta pelaksanaan program dengan seperangkat kebijaksanaan yang ditetapkan, kesemuanya itu merupakan sesuatu yang abstrak, oleh karena itu makna mengerakkan dalam pemberdayaan otak menjadi konkrit bila aktualisasi pemikiran dapat membayangkan atau menggambarkan sesuatu dalam pikiran.
Keberhasilan anda mewujudkan sesuatu gagasan melalui proses membayangkan sangat tergantung kepada kedalaman pemikiran anda, tambah luas anda berpikir akan memberikan ruang gerak dalam pemberdayaan otak, maka langkah-langkah menggerakkan dalam pemberdayaan otak adalah:
Pertama, anda harus berusaha membangkitkan kekuatan bawah sadar (otak dibawah sadar) dalam rangka menggambarkan ketetapan hati, konsentrasi dan kesabaran.
Kedua, Bertolak dari langkah pertama, maka anda harus mengambil keputusan artinya ia merupakan faktor penentu dalam proses tindakan berpikir selanjutnya. Keputusan apapun yang diambil harus diputuskan sebelum melangkah lebih lanjut. Jadi dengan keputusan, anda memiliki kejernihan pikiran untuk bertindak.
Ketiga, sekali keputusan diambil, anda harus menunjukkan sikap, jangan menoleh kebelakang, hanya dada satu jalan yaitu lurus ke muka, maka disitulah letak keyakinan dalam arti keimanan anda.
4.2. Menggerakkan Pemberdayaan Perubahan Diri
Pembaharuan untuk melakukan perubahan dalam berpikir tidak dapat dilakukan untuk suatu saat melainkan harus dilakukan secara terus menerus dalam usaha memupuk keyakinan diri. Dengan kepercayaan diri sebagai sumber sukses dan kemandirian terlihat dari perubahan sikap dan perilaku anda dalam menghadapi setiap persoalan yang mampu anda pecahkan Jadi perubahan diri hanya dapat digerakkan, bila anda meyakini hal-hal seperti yang anda yakini dalam bentuk:
(1) Anda memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat anda selesaikan atas kemampuan sendiri bukan oleh orang lain, maka disitulah letak daya dorong dalam diri anda seperti anda membuat sesuatu gagasan untuk berusaha, hanya menjadi terwujud bila anda menyadari sumber daya yang ada dalam pikiran anda;
(2) Sekali anda memiliki keyakinan berpikir untuk bertindak, maka disitu pula terletak keyakinan anda dalam melaksanakan perubahan secara berkesinambungan dan konsisten, jangan anda mundur selangkahpun bila terjadi hambatan dalam melaksanakannya;
(3) Keyakinan akan menjadi penompang kemampuan pribadi, maka disitu pulalah banyak tantangan anda akan dihadapi sebagai suatu cobaan dalam anda menghadapi setiap kendala, mampukah anda memecahkannya;
(4) Keyakinan akan kemampuan pribadi tidak boleh menjadi penghalang untuk setiap bantuan dari orang lain, karena disitu pulalah sikap positip dan perilaku assertif anda dalam memandang orang lain.
Jadi dengan keempat karekteristik tersebut anda akan dituntun untuk terus menerus memperhatikan perubahan anda dalam bersikap dan berperilaku.
Bertolak dari apa yang kita utarakan diatas bahwa memupuk kemampuan pribadi dengan satu keyakinan atas percaya diri, itu tidak berarti kita menutup gejala-gejala ddalam kehidupan ini dalam usaha kita mengadakan perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan sikap dan perilaku itu sendiri seperti gejala-gejala dibawah ini dianggap menghambat perubahan :
(1) Mengharapkan hasil pekerjaan orang lain, dimana diri sendiri tidak mampu mengerjakannya;
(2) Membuat kesimpulan yang salah dengan menilai orang lain secara sepintas tanpa mendalami persoalannya;
(3) Terlalu kita mempercayai yang kita lihat dan kita dengar;
(4) Tidak memiliki kemampuan menilai orang lain itu lemah;
(5) Membuat patokan kesenangan diri sendiri dengan orang lain menerimanya;
(6) Menjadi kebiasan untuk menunda pekerjaan walaupun diperlukan;
(7) Tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar;
(8) Dan sebagainya.
Dengan memberikan contoh gejala-gejala yang kita utarakan diatas, anda dapat meyakini bahwa sesuatu dapat kita perbaiki bila kita menghendaki dengan satu pemikiran bahwa perubahan itu perlu kita lakukan, tanpa anda menggerakakan atau membangkitan kekuatan-kekuatan dibawah sadar anda tidak akan keluar dari keinginan untuk berubah, cobalah anda renungkan dan selanjutnya anda membuat semacam prosedur untuk anda melakukan interfensi terhadap gejala tersebut agar ia tidak tumbuh dan berkembang untuk menghambat pikiran anda untuk berubah.
4.3. Menggerakkan Pembrdayaan Kedewasaan Emosi
Menggerakkan emosi yang paling penting bagaimana manusia bertahan hidup, karena untuk dapat bertahan hidup anda akan dihadapkan kepada adanya aksi dan reaksi yang terkait dengan motivasi dan emosi. Hal tersebut menunjukkan akan kesadaran diri sendiri dan keinginan dan seberapa jauh anda dapat mengatasi lingkungan sekitarnya.
Cara satu-satunya dalam usaha untuk menghindari kesalahan dalam soal pengaturan emosi ini adalah dengan menaklukkan daerah ketegangan tubuh anda, maka anda menemukan kemampuan kepercayaan diri emosional.
Jadi menggerakkan pemberdayaan kedewasaan emosi, dimaksudkan agar anda memiliki kemampuan untuk seberapa jauh dapat mengendalikan emosi dan sekaligus akan menunjukkan keyakinan diri anda dalam menguasai diri.
Sehubungan dengan hal-hal yang kita utarakan diatas, maka keberhasilan seseorang dalam menguasai diri, pada dasarnya akan terlihat gejala-gejala seperti dibawah ini :
(1) Anda meyakini diri emosional sepanjang anda dapat mengidentifikasi gejala perasaan yang ditimbulkan karena konflik emosi yang tak dapat dikendalikan, sehingga mengarah hilangnya kepercayaan diri;
(2) Keyakinan diri toggak dari kemampuan menguasai perasaan. Perasaan yang dapat menghambat harus diungkapkan dalam sikap melalui proses mengkomunikasikan suasana hati kepada siapapun. Dengan cara itu memberikan ruang gerak tidak adanya konflik emosional;
(3) Keyakinan terhadap sikap anda yang positif dan perilaku yang asertif berarti anda meyakini bahwa anda dapat diterima ditengah-tengah orang lain sebagai suatu tanda keyakinan anda dalam menguasai kedewasaan emosi;
(4) Hanya secara terus menerus, seseorang dapat meyakini perubahan pada dirinya, bila ia meyakini perubahan dari gerakan-gerakan emosional dapat dikendalikan secara utuh;
(5) Bila anda meyakini setiap perubahan berarti anda maju selangkah dalam arti bahwa perubahan itu dapat membawa lingkungan yang menyenangkan bagi semua fihak.
Bilamana anda dapat menangkap dan mendalami gejala-gejala diatas serta merasakan tingkat kedewasaan emosional, katakanlah rendah itu berarti anda harus meyakini bahwa segala sesuatu dapat anda tingkatkan kepercayaan diri emosional anda agar motivasi dan perasaan dapat digerakkan sesuai dengan kemampuan anda berpikir dalam wawasan yang lebih luas, maka disitulah letak keinginan, ingin tahu apa penyebabnya.
Cobalah anda renungkan, apakah faktor yang dibawah ini menjadi penyebabnya :
(1) Anda menempatkan perasaan dibawah tingkat kemampuan anda sehingga bisa saja terjadi ketidakyakinan anda bahwa segala sesuatu dalam berpikir anda selalu membuat anda penuh dengan kebingungan yang berarti anda sulit membangkitkan kekuatan dibawah sadar (otak bawah sadar);
(2) Anda memiliki kepribadian yang suka menyendiri, kurang mau bergaul sama orang lain, sehingga anda kurang memanfaatkan berpikir secara luas hingga menutup kemungkinan anda mengungkapkan gagasan baru;
(3) Anda tidak memiliki keyakinan emosional, sehingga dalam berperilaku anda tidak menunjukkan perilaku asertif melainkan nonasertif, selalu memanfaatkan orang lain untuk menunjukkan keberadaan anda;
(4) Anda tidak memiliki keyakinan emosional, sehingga dalam berperilaku dalam hal tertentu bersifat agresif, ini menunjukkan anda memaksakan keinginan sendiri sehingga perilaku anda digiring ke arah subyektif dan tidak memiliki kemampuan berpikir secara postif;
(5) Anda selalu menempatkan perasaan yang tertutup bagi orang lain sehingga anda selalu memiliki wajah yang menurut anda orang lain tidak perlu mengetahuinya, akibatnya anda susah menghadapi perubahan.
Apa yang dapat anda lakukan untuk menggerakkan pemberdayaan emosi, bila anda meyakini benar bahwa gejala-gejala itu dimiliki oleh anda dan anda merasa perlu untuk mengadakan pembaharuan dalam perubahan kepribadian yang utuh, tidak ada jalan lain kecuali anda meyakini untuk:
(1) belajar secara terus menerus untuk mengenali perasaan anda, alat yang mungkin dapat dipergunakan cobalah mempergunakan EQ MAP.
(2) belajar berani mengungkapkan perasaan anda kepada orang lain, sehingga anda mendapatkan umpan balik dan seterusnya anda dapat merubah cara anda perpikir.
(3) mencoba mengembangkan sikap anda dalam arti secara terbuka anda mengkomunikasikan suasana hati secara terbuka kepada orang lain sehingga anda dapat menangkap perubahan sikap orang lain untuk dipahami.
Dari apa yang telah kita kemukakan diatas, maka anda harus meyakini bahwa keyakinan diri emosional akan banyak memainkan peranan dalam perubahan sikap dan perilaku untuk mendukung keberadaan anda dan oleh karena itu kemampuan menggerakkan akal yang berada di otak bawah sadar mendorong anda berpikir ke arah kesempurnaan menemukan tentang diri.
3.4. Menggerakkan Pemberdayaan Keyakinan Diri
Membentuk keyakinan diri akan sangat terkait dengan cara anda berpikir untuk melaksanakan keseimbangan lahir dan batin, maka disitu terletak anda memiliki suatu kepercayaan terhadap Tuhan, Sang Pencipta, dengan demikian anda meyakini adanya kebenaran hakiki bahwa Tuhan akan selalu berada dimana-mana.
Keyakinan diri anda akan teruji sepanjang anda berpikir untuk memerangi bujukan setan, disinilah letak kesulitan orang berpikir dalam mendalami suara hati yang paling sulit untuk diketahui keberadaannya, timbul/tenggelam, datang/pergi, tidak ada yang mengetahuinya, oleh karena itu menggerakkan pemberdayaan keyakinan diri menjadi suatu fenomena yang paling sulit akan anda hadapi, hanyalah dengan kepercayaan anda dapat menemukannya.
Mengembangkan keyakinan diri sebagai suatu pendorong berarti anda berpikir untuk menggerakkan keinginantahuan apa yang ada dibalik suara hati, maka akan timbul yang disebut dengan keimanan.
Bila anda mempergunakan alat berpikir yang kita sebut AKAL yang letaknya diotak bawah sadar, maka anda berpikir dalam kerangka untuk menemukan keimanan yang bersumber dari akal dan itu berarti anda harus memiliki pengetahuan tantang segala hal yang terkait dengan iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul, Hari Akhir, Takdir. Tetapi sebaliknya bila anda berpikir dalam kerangka untuk menemukan keimanan yang bersumber emosional (keimanan emosional) berarti anda mempergunakan alat pikir yang disebut dengan KESADARAN yang letaknya diotak atas sebelah kanan dalam usaha anda untuk memerangi perkara-perkara yang dapat menghancurkan anda hingga terlepas dari bujukan setan.
Jadi kemampuan anda untuk menggerakkan pikiran dalam menumbuhkan keyakinan diri seutuhnya akan terkait dengan kemampuan anda meningkatkan kepercayaan diri berdasarkan keimanan yang bersumber dari akal dan kesadaran yang berjalan seiring dan saling mengisi.
Ibarat “Segala Penjuru” Ada teman Abdul bertanya, Coba pikir mengapa orang-orang tak henti-hentinya pergi ke segala penjuru dunia begitu fajar tiba? Tapi coba bayangkan, kata Abdul, jika semua orang pergi hanya ke satu jurusan. Tidakkah bumi ini akan berat sebelah dan terpental? Begitulah ungkapan pikiran kita dalam mencari makna kebenaran.
3.5. Pelaksanaan
Menggerakkan pemberdayaan otak untuk mewujudkan perubahan dalam bersikap dan perilaku, emosi dan keyakinan diri hanya dapat diwujudkan bila anda menyadari sepenuhnya bahwa perubahan itu diperlukan. Untuk dapat menemukan kelemahan tentang diri, salah satu cara apa yang disebutkan dengan EQ MAP.
Tetapi yang paling penting adalah dalam kehidupan anda ditengah sosial, anda dapat merasakan pikiran-pikiran yang timbul tentang diri anda. Sikap dan perilaku orang lain memandang anda bila anda sedikit saja memperhatikan reaksi yang ditimbulkan dari komunikasi anda akan dirasaka sesuatu yang perlu anda bangkitkan dalam berpikir, maka anda melihat gejala-gejala yang dapat menimbulkan konflik pribadi.
Konflik pribadi hanya dapat diatasi sepanjang anda menyadari sepenuhnya ingin berubah dalam suasana dapat diterima oleh lingkungan dan oleh karena itu perlu diasah secara teratur kehidupan anda untuk melaksanakan perubahan yang diinginkan.
Perubahan akan terlaksana bila anda mau berpikir ke arah perubahan itu sendiri. Menggerakkan pikiran-pikiran yang dapat mempengaruhi dalam berpikir, bila pikiran lahir dan batin dapat diaktualisasikan dengan prinsip saling mengisi dan tidak berdiri sendiri.
5. Kontrol Pemberdayaan Otak
5.1. Makna Kontrol
Apa yang direncanakan, diorganisir, digerakkan, maka akhirnya kita sampai pada langkah akhir dalam pemberdayaan otak yang kita sebut dengan kontrol daya pikir. Kontrol dalam usaha meningkatkan pemberdayaan memori, naluri, dan emosi anda tidak lain dalam rangka untuk meningkatkan sikap positip dan perilaku asertif dalam masa umur anda.
Kita menyadari sepenuhnya dalam perjalanan hidup anda tidak akan terlepas dengan gejala atau situasi yang penuh dengan masalah normal dan atau abnormal yang perlu dipecahkan dalam pikiran anda, bila tidak konflik, kejengkelan, kekecewaan dan keraguan sangat memudahkan bujukan setan yang dapat mempengaruhi perkara-perkara yang dapat menghancurkan anda dan orang lain.
Didalam situasi seperti itu, bila anda menghadapinya, maka anda akan merasakan apa yang disebut dengan gelombang alfa (alfha wave) Pada posisi alfha (tahap pemikiran santai), maka belahan otak sebelah kanan berdasarkan KESADARAN yang digerakkan berfungsi lebih stabil KARENA INSTUISI daripada belahan otak sebelah kiri berdasarkan KECERDASAN KARENA BERPIKIR LOGIS.
Belahan otak sebelah kiri memiliki proses logis, deduktif dan intlektual. Yang lebih parah lagi banyak orang tidak menyadari bahwa kita juga memiliki otak bawah sadar berdasarkan AKAL yang sangat menentukan dalam proses kita mengambil keputusan dalam kita berpikir. Disinilah letak makna kontrol daya pikir akan berfungsi.
Cobalah renungkan kiasan berpikir “JAGALAH PINTU BAIK-BAIK” Suatu hari, ketika Abdul masih muda, ibunya hendak pergi. Tak lupa sebelum pergi memberi pesan. Abdul, selama kau tinggal sendiri di rumah, jagalah pintu baik-baik. Jangan sampai ada orang masuk. Apalagi sekarang ini banyak sekali pencuri. Abdul duduk dekat pintu. Sejam kemudian pamannya datang. Katanya kepada Abdul. “Di mana ibumu?”, “Pergi”, jawab Abdul. “Petang nanti kami sekeluarga akan mengunjungi ibumu. Tolong sampaikan, jangan sampai ia tidak ada di rumah Nanti”. Pamannya kemudian pergi. Abdul mulai berpikir, Ibuku bilang, jaga pintu rumah baik-baik. Paman berkata, tolong temui ibumu segera dan katakan aku akan datang sekeluarga. Lama ia berpikir. Akhirnya diambillah keputusan: Ia bongkar pintu rumah, lalu ia pikul kembali berjalan menemui ibunya.
Apa yang dapat kita tarik dari kiasan berpikir diatas, disinilah letak kelemahan pendidikan kita pula, anda merasakan seperti saya tidak pernah mendapat pelajaran tentang berpikir, betapa pentingnya pula makna kontrol daya pikir sebagai bagian dari pemberdayaan otak yang sangat memainkan peran penting untuk kehidupan anda.
5.2. Kontrol Pemberdayaan Daya Ingat
Salah satu fungsi yang sangat menonjol untuk meningkatkan kemampuan berpikir adalah memanfaatkan memori anda dalam pemberdayaan daya ingat karena ia memainkan peranan dalam usaha kita melakukan pembaharuan dalam perubahan bersikap dan berperilaku yang harus dikontrol melalui proses gerakan dari aktualisasi kesadaran, kecerdasan dan akal.
Mempertajam secara terus menerus daya ingat, anda akan mengetahui dibalik keingintahuan anda tentang kemampuan anda memanfaatkan berpikir untuk apa. Bila anda menyadarinya, itu berarti anda ingin terlepas dari ketidakpastian situasi atau gejala yang dapat mempengaruhi daya ingat anda untuk selalu berpikir dalam kerangka ingin memperbaiki keberadaan anda yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan anda.
Sejalan dengan apa yang kita utarakan diatas, maka kontrol dalam pemberdayaan daya ingat merupakan fungsi dalam anda menanggapi kebijakan, strategi terhadap program-program yang digariskan untuk melaksanakan sasaran-sasaran yang anda tetapkan sendiri untuk mengetahui, apakah perlu penyesuaian atau dihilangkan atau ditingkatkan dalam cara anda berpikir untuk memecahkan suatu masalah atau merealisasikan apa rencana yang telah anda pikirkan sendiri untuk kepentingan perubahan diri anda atau orang lain yang mempunyai kepentingan dengan anda.
Daya ingat merupakan salah satu pilar untuk membentengi diri dari bujukan setan, bilamana kontrol pemberdayaan daya ingat tidak berjalan seperti apa yang diharapkan dalam pikiran anda, itu berarti pikiran anda tidak berubah walaupun sudah diingatkan oleh pikiran anda sendiri, apa arti itu semua dalam pikiran anda? Jawabnya adalah sederhana karena alat berpikir dalam otak tidak berperan seiring dan sejalan satu sama lainnya. Mengapa? Tidak lain karena menggerakkan akal yang berada dibawah sadar tidak mampu mengkoordinir otak kiri (kecerdasan) dan otak kanan (kesadaran) dalam proses mengambil keputusan karena tidak didukung oleh kemampuan daya ingat yang kuat sehingga tidak mampu mengangkat memorinya, dalam mencari jawaban kebenaran hakiki.
Dengan demikian, daya ingat haruslah pula diasah sepanjang hidup, agar aktualisasi anda berpikir dalam keterkaitan mengontrol pemberdayaan daya ingat, maka siraman jiwa keagamaanpun mutlak diperlukan dalam usaha memanfaatkan alat berpikir menuju suatu arah mencari kebenaran hakiki, karena kita menyadari bahwa Allah SWT berada dimana-mana, tanpa dapat menghayati kepentingan jiwa keagamaan dalam hidup, juga tidak berarti untuk mengembangkan daya ingat dalam wawasan berpikir dinamis.
5.3. Kontrol Pemberdayaan Masa Depan
Anda akan dihadapkan kepada suatu situasi atau gejala bahwa kontrol dalam pemberdayaan masa depan akan menyangkut perubahan berpikir secara menyeluruh artinya anda tidak lagi berpikir dalam rangka reaktip terhadap semua persoalan yang terjadi, melainkan proaktip dalam menanggapi apa yang bakal terjadi dimasa depan.
Metoda berpikir (biasa, logis, ilmiah, filsafat, theologis) dan prosedur berpikir (konvensional, lateral) akan mempengaruhi anda untuk memotivasi terhadap emosi anda dalam melakukan perubahan dalam berpikir. Pikiran anda untuk berubah dalam usaha menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah mmerlukan waktu dalam melaksanakan perubahan dalam berpikir. Jadi disini kita dihadapkan kepada kendala waktu untuk berubah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Yang menjadi masalah sebenarnya bukan soal waktu melainkan kecepatan pikiran anda, adakah keinginan untuk berubah? Bila motivasi mendorong emosi yang dapat membuka pikiran anda bahwa keinginan berubah, maka apapun keputusan yang diambil, masalah waktu tidak menentukan melainkan kebulatan tekad anda untuk berubah secepatnya. Dengan demikian, maka pikiran yang timbul dari suatu suasana hati yang dapat diterima emosi anda adalah bagaimana kontrol dalam pemberdayaan masa depan akan sejalan dengan pikiran anda.
Hasil buah pikiran anda setelah memanfaatkan alat berpikir yang disebut kesadaran, kecerdasan dan akal telah mendukung pikiran anda, maka kontrol dilakukan secara tahap demi tahap untuk setiap aktivitas yang sudah direncanakan, diorganisir, digerakkan untuk mewujudkan perubahan dalam berpikir sehingga setiap tahap dari hasil kontrol bila dipandang perlu disana sini mungkin saja diadakan penyesuaian bila diperlukan.
Keberhasilan anda dalam melakukan perubahan dalam berpikir akan terletak seberapa jauh kemampuan anda untuk menggali tambang emas yang ada pada diri anda yaitu pikiran. Para ahli mengatakan orang baru memanfaatkan otak satu persen dari potensi yang ada. Yang menjadi masalah adalah keberanian anda untuk mengangkat pikiran yang terpendam didalam lubuk hati anda dan biasanya kebanyakan orang tidak berani berbuat untuk menggali pikiran itu dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh akal, jadi ada gejala pada orang sebelum berbuat sudah menyerah terlebih dahulu.
Mereka tidak mau belajar dari pengalaman dan kenyataan orang-orang yang sukses pada dasarnya dimulai dengan percaya diri, yang diikuti oleh keyakinan untuk melakukan sesuatu dengan menggerakkan pikiran-pikiran yang terpendam, yang pada dasarnya bermula keingintahuan dan berlanjut dari diskusi batin untuk mengangkat apa yang disebut dengan tanggung jawab pribadi yang terkait dengan kepentingan masyarakat disatu sisi dan disisi lain adalah mengangkat kreativitas berpikir, yang merupakan kunci anda untuk menjadi sukses dalam melaksanakan perubahan dalam berpikir.
5.4. Kontrol Pemberdayaan Tanggung Jawab
Sosial Dan Kreativitas
Dengan memperhatikan uraian pada bagian terdahulu, maka keberhasilan anda akan terletak pada kemampuan anda untuk menggerakkan pikiran yang terkait dengan perasaan tanggung jawab pribadi kedalam tanggung jawab sosial, sehingga ia memberikan dorongan sebagai motivasi penggerak utama agar anda dapat berbuat sesuatu baik memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan orang lain, hanya saja persoalan masa depan akan tergantung kemampuan anda mengidentifikasi peluang yang diharapkan.
Oleh karena itu, pemberdayaan tanggung jawab sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang dalam pikiran anda, akan ditentukan oleh tingkat kedewasaan KESADARAN dalam jiwa anda. Kesadaran sebagai alat berpikir harus bisa menggerakkan perasaan dan motivasi diri anda untuk memanfaatkan sumber daya otak yang memiliki potensi yang tersembunyi dalam bentuk kebesaran jiwa yang hanya diketahui oleh anda sendiri melalui suatu proses yang digerakkan oleh panggilan tanggung jawab sosial anda.
Sekali anda membuat keputusan-keputusan strategik dalam visi hidup anda, seharusnya pikiran abstrak tersebut harus dapat diaktualisasikan oleh anda, maka seperti kita katakan tanamkan keyakinan diri anda agar pikiran imajinasi anda kedalam ketetapan hati, konsentrasi dan kesabaran untuk menggerakkan suara hati didalam lubuk hati menjadi terbuka untuk dipikirkan.
Dengan demikian, maka peran kontrol daya ingat memainkan peran aktif untuk selalu mengingatkan kesadaran dalam jiwa anda untuk memberdayakan kesadaran akan tanggung jawab sosial itu menjadi suatu kenyataan bukan lagi suatu bayangan hitam yang ada di lubuk hati anda.
Mutiara kalbu itu menjadi bersinar manakala disiram oleh percaya diri anda sebagai sumber sukses dan kemandiran dalam anda berpikir. Jadi pikiran anda adalah kunci untuk membukanya, disitu pulalah letak kebesaran jiwa anda untuk berusaha mewujudkan menjadi satu kenyataan bahwa hidup ini harus didorong secara terus menerus dalam berpikir karena pikiran itulah yang mengingatkan kesadaran anda untuk berbuat atau bertindak.
Tanggung jawab sosial telah mengangkat kesadaran anda dan pikiran anda telah termotivasi untuk mewujudkan dalam tindakan berpikir nyata, maka disitulah anda akan memanfaatkan pikiran imajinasi anda kedalam bentuk berpikir lateral, tapi itu tidak berarti anda berhenti dalam berpikir vertikal. Kebesaran-kebesaran jiwa hanya akan terungkap dari tambang emas yang ada pada diri anda yaitu pikiran. Pikiran itu yang kita sebut KREATIVITAS sebagai penggugah yang ada didalam otak atas sebelah kanan.
Kontrol daya ingat akan mendorong keberhasilan anda dalam menggerakkan daya kreativitas itu, oleh karena itu prosedur berpikir harus dimanfaatkan dalam pikiran anda untuk maju dalam usaha meraih peluang dimasa depan, jangan anda diamkan pikiran itu. Tanpa keinginan untuk maju, pikiran anda akan selalu dikungkungi oleh perasaan yang akan memadamkan pikiran anda karena terjerat atau ditakuti oleh bayang-bayang ketidakmampuan anda untuk menggerakkan pikiran, jadi bangkitkan prosedur berpikir lateral.
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, maka ia mengingatkan dalam masa umur seseorang untuk berbuat baik untuk didunia dan diakhirat dan kesemuanya tergantung pada diri anda sendiri. Kunci keberasilan anda membangun kepribadian yang utuh, juga tergantung pada diri anda pula.
Oleh karena itu siramlah jiwa anda kedalam jiwa keagamaan dalam pikiran anda untuk mewujudkan butir-butir kebesaran jiwa seperti tangggung jawab sosial, keyakinan, tekad berbuat sesuatu, percaya diri, berkeinginan untuk berubah dan seterusnya.
5.5. Pelaksanaan
Sukses anda dalam berpikir untuk mengembangkan kontrol dalam pemberdayaan otak sebagai langkah akhir dari keterampilan manajemen pemberdayaan otak, tidak lain dalam usaha anda untuk melakukan perubahan diri secara berencana.
Pikiran itu timbul, sudah tentu terkait dengan kebutuhan anda untuk ingin berubah sejalan dengan perubahan lingkungan anda, tapi bagaimanapun dibalik itu sudah merupakan kebutuhan anda dimana dalam masa tua anda ingin tetap dapat memanfaatkan otak secara terus menerus sebagai langkah untuk tidak menjadi pikun kecuali alasan-alasan medis.
Sejalan dengan yang kita utarakan diatas, maka kontrol dalam pemberdayaan otak perlu anda tingkatkan dalam berpikir, tanpa aktivitas itu sangat sulitlah anda akan keluar dari kebuntuan berpikir.
Bila kebuntuan berpikir itu datang pada diri anda, maka anda dengan cepat melangkah untuk bertindak dengan menyatakan pada diri anda bahwa hanya sampai disinilah kemampuan saya berpikir, itu artinya apa bagi anda, tidak lain anda telah dihinggapi suatu penyakit “kalah sebelum berperang” sebagai akibat anda tidak mampu membendung bujukan setan dalam diri anda sendiri yang mempengaruhi pikiran anda.
Jauhkanlah pikiran “kalah sebelum berperang” dari potensi otak anda, bangkitlah anda dengan kontrol dalam pemberdayaan daya ingat, masa depan, tanggung jawab sosial dan kriativitas untuk menimbulkan perasaan dan motivasi dalam pikiran anda. Jadi bila pikiran anda digerakkan dan kontrol dapat melakukannya, maka sukses ada ditangan anda sendiri.
Jadi sukses anda untuk melaksanakan kontrol dalam pemberdayaan daya ingat dalam usaha untuk mewujudkan kenyataan masa depan akan sangat dimotivasi oleh tanggung jawab sosial dan kreativitas anda.
BAB. IV TUMBUHKAN KEDEWASAAN PERAN PENGUASA
1. Pentingnya Mendewasakan Peran Penguasa
Setiap pemain peran dalam struktur formal seperti peran legislatif, yudikatif dan eksekutif serta pengusaha milik negara atau swasta begitu pentingnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sadarkah anda bahwa kuasa Allah Swt. dan kalamnya sangat luhur yang telah memberikan nikmat-nikmatnya dan menanamnkan bibit iman kedalam dadamu yang jernih. Iman itu disimpan dan dititipkan kedalam hati sanubari padamu, kemudian Dia mngokohkan posisimu dengan mendidik bibit iman itu. Dia juga memerintahkanmu untuk menyirami iman dengan air ketataan samapai iman itu menjadi pohon yang akarnya menancap di dasar bumi yang terdalam dan canang-cabangnya menjulang menembu langit yang tinggi.
Dalam kehidupan berbangsa dan negara Indonesia dimana pemain peran jiwanya banyak dengan topeng kepalsuan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sikap dan perilakunya menimbulkan kemiskinan bagi manusia lainnya, itulah kenyataan di Indonesia.
Oleh karena itu, dituntut bagi mereka untuk mendewasakan pikirannya, cobalah renungkan apa yang terungkap dalam QS. 14 : 24” Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”
Dengan begitu kita dapat membayangkan bahwa akar pohon itu tidak dikokohkan dengan iman dan cabang-cabangnya tidak sempurna, maka dikhawatirkan pohon itu roboh ditimpa hembusan angin maut yaitu angin topan, lalu angin itu mencabut pohon iman ketika sedang menghadapi ajal. Akibatnya hidup dalam keadaan tidak beriman dan kita berlindung pada Allah dan ia menemui Tuhannya dengan tidak baik.
Sejalan dengan pikiran diatas, renungkan sisa umur hidup anda untuk mendewasakan apa-apa yang dapat anda perbuat untuk mendewasakan jiwa anda pada tingkat kesadaran inederawi yang paling rendah di mata Tuhan, sehingga anda memahami makna hidup di dunia ini.
Jadi ingatlah dalam kekuatan kebiasaan pikiran anda bahwa sesungguhnya pohon ini memiliki sepluh akar dan sepuluh cabang. Akarnya adalah keyakinan dengan hati dan cabangnya adalah perbuatan dengan anggota tubuh.
Dengan demikian mendewasakan tingkat kesadaran dalam memainkan peran haruslah ditopang oleh 10 Akar yang mencakup :
1) Kaidah iktikad (pangkal iman) artinya ketahui ssungguhnya engkau adalah makhluk dan kamu memiliki Tuhan yang Maha Pencipta. Dia yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya;
2) Penyucian sang maha pecipta artinya ketehuilah bahwa Allah Dzat Maha Pencipta, yang penyebutanNya Luhur, tidak memiliki bentuk juga tidak paduan ;
3) Maha kuasa artinya sesungguhnya Allah Swt. Menguasai segala sesuatu. KekuasaanNya dalam kesempurnaan yang tiada batas ;
4) Maha mengetahui artinya Dia Maha Mengetahui segala yang diketahui, IlmuNya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di ketinggian hingga batas bentang Tsurayya (bintang yang paling tinggi) ;
5) Maha mendengar ; 6) Maha melihat artinya sebagaimana adanya yang mengetahui segala yang diketahui, Dia sesungguhnya Maha mendengar setiap yang di dengar, melihat setiap yang dilihat. Dia endengar dan melihat dengan pandangan dan penglihatan yang Esa ;
7) Tentang kalam artinya Urusan Allah atas segala makhlk, bersifat menyeluruh dan berlaku dengan wajib. UrusanNya meliputi janji dan ancaman. Dia adalah Maha Benar dan urusanNya adalah KalamNya. Sebagaimana Dia disifati Dzat Yang Maha Alim, Maha Berkehendak,, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat, maka Dia adalah Dzat yang berbicara ;
8) Perbuatan-perbuatan Allah artinya seluruh apa yang ada di alam adalah makhluk Allah Swt. BersamaNya tidak ada sekut dan tidak ada pencipta. Hanya Dia satu-satuNya Dzat yang Maha Pencipta ;
9) Ingat akhirat artinya Allah Swt, menciptakan alam terdiri dua jenis yaitu jasad dan ruh. Jasa dijadikan sebagai tempat semayam ruh agar ruh dijadkan bekal perjalanan menuju akhirat dai alam ini. ;
10) Ingat Rasulullah artinay Ketika Allah menentukan ketentuan ini, menjadikan perbuatan, keadaan, upaya dan perilakunya, yang sebagian menjadi sebab kbahagiannya dan sebahagian lagi menjadi sebab kesengsaraannya, sementara manusia tidak kuasa mengetahui semua itu dari dirinya sendiri, maka Allah Swt. Denga keutamaan, rahmat dan anugerahNya menciptakan para malaikat. Para Malaikat ini diutus kepada orang-orang tertentu yang telah dipastikan kebahagiannya sejaka zama azali. Mereka ini adalah para Nabi. Mereka diutus kepada umat manusia untuk menjelaskan jalan kebahagian dan kesengsaraan, agar manusia terhadap Allah tidak memiliki celah untuk membantah, kemudian nabi kita Muhammad saw diutus sebagai Nabi pamungkas.
Ketahuilah pemain peran penguasa, bahwa ma’rifat dan keyakinan dalam hati manusia merupakan pangkal atau akar iman. Ketaatan dan keadilan yang diperagakan tujuh anggota tubuh manusia adalah cabang-cabang iman. Apabila salah sau cabang pohon iman layu, maka ini menunjkkan lemahnya akar pohon. Akar pohon yang lemah tidak mungkin berdiri kokoh jika menghadapi maut Sedangkan perbuatan badan merupakan tanda-tanda keimanan hati.
Amal perbuatan yang merupakan cabang iman adalah menghindari dari perkara-perkara haram dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang terkait 1) hubungan manusia dan Allah ; 2) hubungan antar sesama makhluk. Jadi kedua amalan batin dan lahir tersebut harus terus menerus didewasakan sepanjang usaha-usaha menuju perjalanan hidup abadi.
Gerakkan kekuatan kebiasaan berpikir untuk menyiram kesepuluh akar pohon tersebut dengan kekuatan iman yang harus ditegakkan agar cabang pohon iman dapat tumbuh sejalan dengan tuntutanan yang diajarkan.
2. Menjadikan Jati Diri Sejalan Kebiasaan Keadilan
Untuk meningkatkan kedewasaan berpikir dalam usaha menjadikan jati diri yang sejalan dengan kebiasaan keadilan, maka renungkanlah sepuluh dasar keadilan yang harus tertanam dalam jiwa agar mampu memberikan sinar hati yang bersih yaitu :
1) Mengethui ukuran-ukuran luasnya wilayah (teritorial) dan bahayanya. Wilayah adalah nikmat Allah. Barangsiapa menegakkan Kali wilayah, ia akan memperoleh kebahagian yang tiada batas dan tidak ada kebahagian sesudahnya. Barangsiap mengurangi pemenuhan haknya, ia akan mendapatkan kesengsaraan yang tidak ada kesengsaraan sesudahnya kecuali kufur kepada Allah.
2) Anda hendaknya rindu memandang para Ulama sepanjang masa dan senang mendengarkan nasihat mereka. Disamping anda hendaknya menghindari Ulama Su’ (jelek dan jahat) yang rakus pada dunia.
3) Seyogyanya anda tidak puas hanya dengan mengangkat tanganmu atau menghindarinya dari penganiayaan. Akan tetapi didiklah, teman-teman, dan para pekerja serta pembantmu. Janganlah kamu rela dengan perbuatan aniaya mereka. Sesungguhnya anda akan diminta tanggung jawab tentang perbuatan aniaya mereka sebagaimana anda juga ditanyai penganiayaan atas dirimu sendiri.
4) Seorang penguasa pada umumnya sombong. Bermula dari kesombongan, maka sifat pemarah gampang muncul. Kemarahan adalah hantu akal, juga menjadi musuh dan penyakitnya.
5) Dalam setiap realitas an tantangan yang sampai kepadamu, ada satu persoalan yang hendaknya anda sadari bahwa anda adalah satu diantara sejumlah rakyat. Sedangkan penguasa ada dipihak selainmu. Stiap apa yang anda tidak senang menimpa dirimu, anda juga harus tidak senang bila hal itu mengenai salah seorang dari kaum muslim. Apabila sesuau yang tidak anda senangi menimpa dirimu menyenangkanmu jika menimpa mereka (kaum muslmin) maka anda adalah orang-orang yang khianat terhadap rakyatmu dan menipu penduduk yang tinggal di wilayahmu.
6) Hendaknya anda (penguasa) tidak merendahkan orang-orang butuh ( berhajat) yang menunggu dan berdiri di depan pintumu. Jauhilah bahaya ini. Tidaklah membahayakanjanganlah kamu menyibukkan diri dengan menghabiskan waktu untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah. Sesungguhnya memenuhi hajat kaum muslimin lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah.
7) Janganlah membiasakan dirimu sibuk dengan syahwat, seperti memakai pakaian yang megah-megah dan makan makanan yang lezat-lezat. Anda seharusnya membiasakan puas dalam segala hal, karena tidak ada keadilan tanpa qana’ah (puas).
8) Anda juga memungkinkan melakukan berbagai pekerjaan hendaknya anda kerjakan dengan halus dan lembut. Janganlah anda melakukannya dengan kasar dan bengis.
9) Hendaknya bekerja keras sampai rakyatmu senang anda menjalankan pemerintahan dengan menetapi syari’ah. Seharusnya penguasa tidak tergoda oleh siapa saja yang datang kepadamu dan memuji-mujimu, hendaknya ia juga tidak tidak yakin bahwa rakyat sama dengannya dan mereka diduga senang dengannya.
10) Janganlah penguasa mencari ridha manusia dengan menentang syara’, sesungguhnya orang yang murka sebab menentang syara’, murkanya tidaklah membahayakan.
3. Menjadikan Pikiran Dalam Ketataan Dan Berpikir Positif
Sejalan dengan pemahaman anda tentang pangkal pohon iman dan cabang-cabangnya sebagai pondasi untuk melaksanakan kebiasaan kedilan, maka disitu ada dua sumber mata air yang diketahui bahwa dari dua sumber inilah pohon keimanan memperoleh air.
Mata air pertama, apa yang kita sebut “Mengenal dunia” :
Ketahuilah wahai penguasa dunia, bahwa dunia adalah rumah kediaman dan bukan tempat abadi. Sedangkan manusia adalah musafir. Tempat pertama yang disinggahi adalah perut ibunya dan tempat terakhirnya adalah liang kubur.
Mata air kedua, apa yang disebut “Mengetahui nafas yang akhir” :
Ketahuilah wahai penguasa, sesungguhnya Bani Adam ada dua kelompok, Pertama kelompok yang memandang realitas kondisi dunia dan mereka berangan-angan memiliki umur yang panjang dan kelompok kedua adalah orang-orang berakal yang menjadikan nafsu akhir pusat perhatian agar mereka bisa melihat tempat akhir apa yang menjadi tempat kembali mereka dan bagaimana mereka bisa keluar dari dunia dan berpisah dengannya, sementara iman mereka masih selamat. Disamping itu, mereka juga ingin mengetahui sesuatu apa yang menyertai mereka dalam kubur mereka dan hal apa ang ditinggalkan untuk musuh-musuh mereka lalu bencana dan hukuman menimpa mereka.
Dengan mengungkapkan kedua pemikiran diatas diharapkan setiap manusia haruslah menyadari apa arti keberadaannya di muka bumi, oleh karena itu bangkitkan daya kemauan yang kuat untuk mewujudkan sebagai penguasa untuk menjadikan pikiran dalam ketaatan dan berpikir positif.
4. Keadilan Mewujukan Politik Dalam Perjalanan Hidup
Menjelang Pemilu 2014, kita akan dihadapkan gelombang perubahan yang komplek dan cepat yang terkait dengan „Dinamika Sosial Politik Lokal“. Disatu sisi kita dihadapkan pada „dinamika perubahan“ artinyan bila kita tidak dapat menangkap perubahan itu berarti kita akan kehilangan peluang untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI, jangan sampai kita kehilangan napas karena bila kita salah melangkah dalam dahur hidup kematian demokrasi. Pada sisi lain kita dihadapkan pada situasi „dinamika sosial“ dan „dinamika politik“ yang menggambarkan gerak masyarakat yang menimbulkan perubahan secara berkelanjutan dalam tata kehidupan lokal dari masyarakat yang bersangkutan.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka dituntut dalam era reformasi ini, untuk membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan agar kekuatan pikiran dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku secara radikal sehingga dapat meretas jalan menjadi diri sendiri, dalam dinamika sosial politik lokal.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, marilah kita menyatukan pikiran yang terkait dengan „Dinamika Sosial Politik Lokal“ dalam peran kita sebagai masyarakat untuk menyatukan dinamika pembagunan gerak yang penuh gairah dan penuh semangat dalam melaksanakan Pemilu 2014 sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, untuk menyatukan pikiran dalam bersikap dan berperilaku, maka untuk memahami makna dari „Dinamika Sosial Politik Lokal“ diperlukan satu pendekatan yang kita sebut dengan pemahaman dari sudut huruf menjadi kata bermakna sebagai suatu pendekatan pengetahuan bukan ilmu agar kita tidak terjebak oleh pandangan ilmu dari dunia barat.
Jadi pendekatan ini bersandarkan pada pengetahuan dari keterampilan yang dipetik dari pengalaman yang dapat menjadi daya dorong kedalam dinamika kelompok sebagai sekelompok orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan pola pikir dalam dinamika sosial politik lokal.
Dengan pemahaman pendekatan yang diuraikan dibawah ini, diharapkan kita memiliki suatu persepsi dalam pola pikir yang sama untuk ikut serta dalam tuntutan perubahan yang sejalan dengan gerak „dinamika sosial politik lokal, sebagai suatu pembelajaran untuk mewujudkan peran penguasa yang mampu menjalankan keadilan.
5. Pemahaman Politik Bagi Peran Penguasa
Untuk membangun kepribadian manusia yang bertanggung jawab atas “kebebasan berkehendak dalam dinamika sosial politik nasional“ diperlukan perubahan pola pikir secara radikal artinya orang yang mampu menemukan tentang dirinya, maka ia akan selalu bertindak yang sejalan dengan apa yang diperlukan oleh tuntutan perubahan dalam melaksanakan demokrasi yang bertolak dari kerjasama dalam membuat impian menjadi suatu kenyataan.
Apa yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana dalam masa orde reformasi, pemimpin hanya memikirkan bagaimana merebut kekuasaan dengan begitu banyaknya lahir partai-partai baru, tapi terbayangkah olehnya mengenai pemberdayaan dinamika sosial politik nasional, yang menuntut perubahan pola pikir, dimana gerakan kelompok haruslah dapat memberikan motivasi baru kedalam apa yang disebut „demokrasi politik“ berlandaskan pola pikir yang radikal dalam menata hidup dengan kebebasan berpolitik.
Oleh karena itu untuk melaksanakan pemberdayaan dalam „Dinamika Sosial Politik Nasional“, maka diperlukan wawasan dalam pemahaman yang lebih mendalam. Sejalan dengan pemikiran tersebut dibawah ini akan diuraikan makna huruf dalam kata DINAMIKA, SOSIAL. POLITIK, sebagai suatu pendekatan. Dalam merumuskan makna huruf menjadi suatu kata yang bermakna kedalam untaian kalimat sebagai berikut :
Kata „DINAMIKA“ bila diuraikan dari huruf menjadi kata bermakna sbb.:
D menjadi (D)inamis ; I menjadi (I)nspirasi ; N menjadi (N)asional ;
A menjadi (A)ntusias ; M menjadi (M)anusia : I menjadi (I)katan ;
K menjadi (K)elompok ; A menjadi (A)turan
Untuk melaksanakan pemberdayaan DINAMIKA sebagai suatu konsep dalam melaksanakan perubahan, maka haruslah dipahami sebagai berikut :
DINAMIKA adalah (D)inamis dalam semangat dan tenaga dalam usaha menumbuh kembangkan (I)nspirasi yang bertolak dari kekuatan berpikir intuitif dalam mewujudkan kepentingan (N)asional untuk mendorong apa yang disebut dengan (A)ntusias dalam sikap dan perilaku (M)anusia kedalam (I)katan komunitas (K)elompok berdasarkan (A)turan yang disepakati bersama.
Kata „SOSIAL“ bila diuraikan dari huruf menjadi kata bermakna sbb.:
S menjadi (S)ekelompok ; O menjadi (O)rang ; S menjadi (S)emangat ;
I menjadi (I)ntensitas ; A menjadi (A)komodasi ; L menjadi (L)ingkungan
Untuk melaksanakan pemberdayaan SOSIAL sebagai suatu konsep dalam melaksanakan perubahan, maka haruslah dipahami sbb. :
SOSIAL adalah komunitas yang menggambarkan (S)ekelompok dimana didalamnya (O)rang-orang yang memiliki (S)emangat dengan (I)ntensitas yang mampu membangun (A)komodasi sebagai proses penyesuaian sosial (L)ingkungan.
Kata “POLITIK bila diuraikan dari huruf menjadi kata bermakna sbb.:
P menjadi (P)embela ; O menjadi (O)rang ; L menjadi (L)indungan ;
I menjadi (I)ngkar ; T menjadi (T)anggung jawab;
I menjadi (I)ngat ; K menjadi (K)arunia
Untuk melaksanakan pemberdayaan SOSIAL sebagai suatu konsep dalam melaksanakan perubahan, maka haruslah dipahami sbb. :
POLITIK adalah suatu konsepsi yang menggambarkan peran politikus sebagai (P)embela kepentingan (O)rang untuk memberikan (L)indungan yang sejalan dengan tugas dan tanggung jawab agar tidak (I)ngkar dalam ucapan dan perbuatan sebagai (T)anggung jawab moral agar (I)ngat atas suatu (K)arunia yang diamanahkan sebagai seorang politikus.
Jadi dengan pemahaman makna kata menjadi untaian kalimat diatas dapat mendorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun menjadi wujud dalam kesamaan persepsi memandang yang kita maksudkan “Dinamika Sosial Politik Nasional” sebagai alat perjuangan untuk menyatukan kepentingan manusia bukan tujuan merebut kekuasaan
Dengan kesamaan persepsi diatas, kita harapkan terbentuk suatu pola pikir yang terpola agar kita secara bersama-sama mampu mengidentifikasi gelombang situasi dalam dinamika sosial politik nasional untuk merumuskan secara jelas masalah-masalah persfektif, posisi dan kinerja yang menjadi tantangan kita bersama bagaimana kita saling bersinergi untuk memberikan peran pemberdayaan dalam dinamika sosial politik nasional.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka pendekatan yang kami ungkapkan diatas diharapkan dapat memberikan daya dorong dalam perubahan pola pikir yang sangat kita butuhkan bersama, menjadi satu kekuatan pikiran untuk menumbuh kembangkan kekuatan sikap dalam kerjasama membuat impian menjadi kenyataan, bila kita memiliki persepsi yang sama dalam semua impian untuk berani berubah sesuai dengan tuntutan perubahan.
6. Pemahaman Dinamika Sosial Politik Nasional
Bertitik tolak dari pemahaman kata DINAMIKA, SOSIAL, POLITIK diatas, maka kita dapat merumuskan pemahaman kita secara yang lebih berwawasan melihat setiap peristiwa yang terkait dengan pemikiran dalam persfektif (jangka panjang), posisi (jangka menengah) dan kinerja (jangka pendek) dalam mengamati masalah-masalah yang timbul dalam “Dinamika Sosial Politik Nasional.
Oleh karena itu, yang kita maksudkan DINAMIKA SOSIAL POLITIK Nasonal adalah wujud perubahan yang diinginkan dalam suatu tantanan DINAMIKA sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekelompok SOSIAL dengan penuh gairah dan penuh semangat dalam pola pikir yang terus ada untuk memanfaatkan kekuatan POLITIK menjadi alat untuk dapat menyatukan sikap dan perilaku yang menimbulkan perubahan dalam kelompok masyarakat Nasional.
Jadi dengan pemahaman makna kata menjadi untaian kalimat diatas dapat mendorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun menjadi wujud dalam kesamaan persepsi memandang yang kita maksudkan “Dinamika Sosial Politik Nasional” sebagai alat perjuangan untuk menyatukan kepentingan manusia bukan tujuan merebut kekuasaan
Dengan kesamaan persepsi diatas, kita harapkan terbentuk suatu pola pikir yang terpola agar kita secara bersama-sama mampu mengidentifikasi gelombang situasi dalam dinamika sosial politik lokal untuk merumuskan secara jelas masalah-masalah persfektif, posisi dan kinerja yang menjadi tantangan kita bersama bagaimana kita saling bersinergi untuk memberikan peran pemberdayaan dalam dinamika sosial politik nasional.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka pendekatan yang kami ungkapkan diatas diharapkan dapat memberikan daya dorong dalam perubahan pola pikir yang sangat kita butuhkan bersama, menjadi satu kekuatan pikiran untuk menumbuh kembangkan kekuatan sikap dalam kerjasama membuat impian menjadi kenyataan, bila kita memiliki persepsi yang sama dalam semua impian untuk berani berubah sesuai dengan tuntutan perubahan.
7. Pembelajaran Demokrasi Dalam Peran Penguasa
Sejak kita memasuki dalam era reformasi sampai kini baik oleh Pemerintah maupun Partai tidak ada usaha-usaha secara jelas untuk memberikan arah pembelajaran tentang demokrasi.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kami mencoba untuk memberikan satu pemikiran mengenai konsep pembelajaran demokrasi sebagai pilar penting dalam dinamika sosial politik lokal dilihat dari sisi persfektif sebagai suatu pemikiran yang kami ketengahkan disini bahwa mungkin kita tidak dapat mengubah situasi lokal dan nasional yang kita lihat di sekeliling anda, tetapi kita dapat mengubah cara kita memandang wajah Indonesia didalam diri kita.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa apa yang sedang bergolak dalam pikiran para pemimpin partai saat ini dalam proses untuk memberikan apa yang disebut pembelajaran demokrasi, dimana kami tidak terbayangkan sampai di mana anda hari ini dan akan sampai ke mana anda besok akan ditentukan oleh pikiran anda.
Tapi sebaliknya kami disini mencoba menyampaikan suatu konsep yang selama ini telah menjadi perenungan kami dan dilaksanakan dalam wujud nyata dalam kehidupan sehari-hari bagi warga
Seperti halnya untuk melaksanakan pemberdayaan Demokrasi bila kita uraikan dari unsur kata yang bermakna sbb.
Kata D menjadi (D)ewasa ; Kata E menjadi (E)mosional ;
Kata M menjadi (M)emahami ; Kata O menjadi (O)rang ;
Kata K menjadi (K)erjasama ; Kata R menjadi (R)asional ;
Kata A menjadi (A)kal ; Kata S menjadi (S)sistem ;
Kata I menjadi (I)ntergritas
Makna kata tersebut mendorong kekuatan berpikir anda untuk mendalami demokrasi dalam pemahaman huruf menjadi untaian kalimat yang bermakna sebagai berikut :
(D)ewasa dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses berpikir yang tidak ditentukan oleh umur manusia tapi lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dari manusia itu sendiri. Jadi muda dan atau tua dalam bersikap dan berperilaku sangat dipengaruhi oleh kedewaasan berpikir yang bersangkutan sehingga terlihat dari ucapannya dengan perbuatan. Dengan demikian Dewasa dalam berpikir juga ditentukan oleh peran lingkungan anda berada tapi tergatung pula prinsip hidup yang anda jalankan. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kedewasaan berpikir dalam rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.
(E)mosional dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses mengendalikan emosi yang mempengaruhi sikap dan perilaku sangat tergatung kepada kemampuan mereka dalam meningkatkan arti kecerdasan emosional pada potensi manusia sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, betapa pentingnya meningkatkan apa yang disebut dengan “kecerdasan emosional” agar memberikan daya dorong yang kuat dalam meletakkan kekuatan pondasi dalam :
Pertama, apa yang disebut “kesadaran emosi” dalam membangkitkan hal-hal yang berkaitan dengan kejujuran, energi, intuisi dan umpan balik.
Kedua, apa yang disebut “kebugaran emosi” dalam membangkitkan hal-hal yang berkaitan dengan penampilan autentik, radius kepercayaan, ketidakpuasan konstruktif, ketanguhan dan pembaharuan.
Ketiga apa yang disebut “kedalaman emosi” dalam membangkitkan hal-hal yang berkaitan dengan potensi unik dan pangglan hidup, komitmen tanggng jawab dan kesadran, integritas terapan, pengaruh tanpa otoritas.
Keempat apa yang disebut dengan “alkimia emosi” dalam membangkitkan hal-hal yang berkaitan dengan aliran intuitif, alih waktu reflektif penginderaan peluang, menciptakan masa depan.
(M)emahami dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam proses kemampuan peran anda dalam mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kemampuan berpikir dalam memahami kepentingan untuk mendalami setiap setuasi yang berubah dan mampu mengidentifikasinya kedalam rumusan masalah.
(O)rang dalam Demokrasi adalah manusia yang secara terus menerus berkemauan untuk memahami arti keberadaannya dalam suatu komunitas dalam memahami siapa, darimana dan kemana. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman yang mendalam mengenai makna manusia itu sendiri.
(K)erjasama dalam Demokrasi adalah pangkal usaha bersama untuk membangkitkan impian menjadi suatu kenyataan, tanpa itu tidak akan tumbuh kemajuan dalam membangun kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku. Oleh kerena itu dituntut secara terus menerus untuk terus berusaha mengembangkan bagaimana caranya agar dapat diwujudkan kerjasama yang lebih baik.
(R)asional dalam Demokrasi adalah dorongan dari pengalaman yang dapat mengungkapkan kebutuhan yang didasarkan pada pikiran yang logis yang ditunjukkan hasil analisis yang seksama dan cermat dari pikiran yang sehat, tertib, dan teratur. Oleh karena itu, maka diperlukan peningkatan secara teratur pemikiran yang bersifat rasional dalam menanggapi sauatu situasi.
(A)kal dalam Demokrasi adalah pengaruh kekuatan jiwa dalam memanfaatkan alat pikiran untuk menggerakkan proses dalam membuat keputusan, bagaimana seharusnya dijalankan dengan proses kesadaran dan kecerdasan secara terintergrasi kedala proses berpikir.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan yang terus menerus untuk memanfaatkan kekuatan alat pikir dari kesadran, kecerdasan dan akal dalam proses berpikir.
(S)istem dalam Demokrasi adalah pedalaman suatu paham yang menjurus kepada penataan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara seharusnya kekuatan pikiran yang diaktualisasikan atas dasar sistem yang memiliki unsur sebagai sub-sistem yang saling keterkaitan satu sama lain sehingga membentuk suatu totalitas. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha yang dapat mendorong secara terus menerus untuk memanfaatkan suatu pola pandang ke dalam suatu sistem.
(I)ntergritas dalam Demokrasi adalah membangun kebersamaan dalam sikap dan perilaku kedalam komitmen yang datang dari diri sendiri bukan sesuatu yang dipaksakan menjadi kebiasaan dalam membentuk keutuhan, keterpaduan dan kebulatan. Oleh karena itu, peningkatan integritas individu menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendasar dalam memahami akna nilai dalam bersikap dan berperilaku.
Dengan bertitik tolak dari pemahaman kata tersebut dalam demokrasi, maka dapat kita rumuskan pemahaman yang mendalam mengenai wawasan kita, apa yang kita maksudkan ber-DEMOKRASI dalam suatu pola pikir yang dapat menuntun kita ke arah tindakan yang positip.
Jadi yang kita maksudkan DEMOKRASI disini adalah suatu konsep yang dapat memberikan daya dorong untuk berpikir lebih (D)ewasa dalam setiap situasi dengen menggerakkan kecerdasan (E)mosional dalam berpikir agar secara sadar dapat dengan cepat (M)emahami makna dalam kebebasan berkehendak bagi setiap (O)rang yang berada dalam suatu komunitas agar ada kesiapan melaksanakan (K)erjasama dalam wujud yang lebih baik secara (R)asional dalam suatu proses keputusan melalui (A)kal dengan suatu pendekatan berpikir kedalam (S)istem dalam rangka mewjudkan (I)ntegritas sebagai nilai yang dapat dipahami bersama.
Dengan melaksanakan pemberdayaan DEMOKRASI sebagai suatu model untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku diperlukan suatu pemikiran untuk mengembangkan pembelajaran demokrasi dalam „Dinamika sosial politik lokal“ diperlukan seperangkat pengetahuan dari pengalaman sebagai keterampilan untuk memberikan arah perubahan yang sejalan dengan pendekatan yang telah kita rumuskan pada bagian terdahulu.
Oleh karena itu, maka diperlukan wawasan demokrasi dengan arah persfektif yang jelas sebagai pedoman dalam pembelajaran agar wujud pelaksanaan demokrasi yang sejalan dengan usaha-usaha menemukan jati diri manusia Indonesia seutuhnya agar kita terlepas dari doktrin liberalisasi, dengan harapan dari perubahan pola pikir tersebut diatas dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku kedalam pola pikir baru secara radikal. .
Dengan membangun kebersamaan dalam melaksanakan pemberdayaan demokrasi diperlukan suatu pendekatan sistem yang mengungkapkan kebutuhan dari sisi prosesnya, tapi tidak berarti kita keluar dari sisi kontennya, sehingga dalam mensiati jiwa manusia sebagai sistem, maka bagaimana kita mampu untuk mengintergrasikan manusia kedalam sub-sistem yang ada dan memiliki sifat ketergantungannya yang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan pemikiran jiwa subjektif dan jiwa objektif, itulah pentingnya melihat dari proses.
Untuk memberikan daya dorong kedalam pola pikir yang radikal dalam kebersamaan untuk membahas manusia dalam sub-sistem maka diperlukan usaha-usaha kerjasama yang lebih terfokuskan untuk melaksanakan pemberdayaan demokrasi secara konseptual dalam lingkungan „Dinamika Sosial Politik Lokal.
Hal ini hanya dapat kita capai bila program-program untuk melaksanakan pemikiran diatas, bila terdapat kebersamaan persepsi dalam memandang „Demokrasi“ dengan arah perfektif yang jelas dan dapat diterima, sehingga semua pihak akan dapat memberikan konstrubusinya bagi semua pihak yang ingin mewujudkan era reformasi menjadi impian yang dapat mengubah pola pikir menjadi satu kenyataan.
8. Kedewasaan Akhlak Dalam Pembelajaran
Politik dan Kekuasaan Kepemimpinan Penguasa
Bertitik tolak dari pemahaman kata DINAMIKA, SOSIAL, POLITIK diatas, maka kita dapat merumuskan pemahaman kita secara yang lebih berwawasan melihat setiap peristiwa yang terkait dengan pemikiran dalam persfektif (jangka panjang), posisi (jangka menengah) dan kinerja (jangka pendek) dalam mengamati masalah-masalah yang timbul dalam “Dinamika Sosial Politik Nasional.
Oleh karena itu, yang kita maksudkan DINAMIKA SOSIAL POLITIK Nasonal adalah wujud perubahan yang diinginkan dalam suatu tantanan DINAMIKA sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekelompok SOSIAL dengan penuh gairah dan penuh semangat dalam pola pikir yang terus ada untuk memanfaatkan kekuatan POLITIK menjadi alat untuk dapat menyatukan sikap dan perilaku yang menimbulkan perubahan dalam kelompok masyarakat Nasional.
Jadi dengan pemahaman makna kata menjadi untaian kalimat diatas dapat mendorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun menjadi wujud dalam kesamaan persepsi memandang yang kita maksudkan “Dinamika Sosial Politik Nasional” sebagai alat perjuangan untuk menyatukan kepentingan manusia bukan tujuan merebut kekuasaan
Dengan kesamaan persepsi diatas, kita harapkan terbentuk suatu pola pikir yang terpola agar kita secara bersama-sama mampu mengidentifikasi gelombang situasi dalam dinamika sosial politik lokal untuk merumuskan secara jelas masalah-masalah persfektif, posisi dan kinerja yang menjadi tantangan kita bersama bagaimana kita saling bersinergi untuk memberikan peran pemberdayaan dalam dinamika sosial politik nasional.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka pendekatan yang kami ungkapkan diatas diharapkan dapat memberikan daya dorong dalam perubahan pola pikir yang sangat kita butuhkan bersama, menjadi satu kekuatan pikiran untuk menumbuh kembangkan kekuatan sikap dalam kerjasama membuat impian menjadi kenyataan, bila kita memiliki persepsi yang sama dalam semua impian untuk berani berubah sesuai dengan tuntutan perubahan.
Dengan demikian yang menyangkut pembelajaran politik dan kekuasaan dalam „dinamika sosial politik nasional“. menjadi issu sehingga perlu kita angkat karena dalam era reformasi telah tumbuh partai yang begitu banyak, dimana demokrasi telah disalah gunakan kedalam demokrasi politik.
Keadaan tersebut telah menyebabkan manusia yang memilki peran hanya sekedar untuk mengejar kepentingan individu dan kelompok, yang terpikirkan hanya memikirkan kepentingan pribadi untuk merebut jabatan Presiden dan wakil presiden sebagai politikus, tapi tidak pernah membayangkan dengan kekuatan pikirannya untuk memerangi dan atau melepaskan diri dari pola pikir kapitalisme.
Mampukah kita menarik dari kesusahan mendapatkan pengalaman, dari kesalahan mendapatkan kesempurnaan dari kekhilafan dapat berbuah kesadaran. Hal ini diharapkan memperkuat daya kemauan, apabila semuanya ini dilakukan dengan segala keinsyafan, maka rasa tanggung jawab akan tertanam didalam dadanya sebagai seorang politikus.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa dalam masa era reformasi tidak ada perubahan yang terjadi untuk meletakkan landasan yang kuat untuk membangun demokrasi politik seperti apa yang diharapkan. Bahkan konflik terus berkembang sebagai suatu situasi yang diciptakan untuk mempertahankan status quo disatu sisi dan disisi lain KKN terus berkembang ke seluruh pelosok kehidupan berbangsa dan bernegara setelah otonomi daerah dijalankan.
Pasca pemilu 2004, dikatakan proses demokratisasi berjalan pada jalur dan arah yang benar kedalam transformasi kehidupan sosial politik. Inilah satu kesalahan besar yang ditunjukkan dalam kebebasan berkehendak yang tidak bertanggung jawab, yang berdampak masyarakat dan Negara makin menuju daur hidup kematian demokrasi dengan tingkat kemiskinan yang terus menerus bertambah.
Bagaimana bila sebuah kesempatan datang untuk melaksanakan perubahan setelah pasca pemilu 2009 muncul ditangan orang yang berperan tidak memiliki kompetensi yang sejalan dengan tuntutan dari perubahan abad ini dalam menuju masyarakat pengetahuan sedangkan tantangan begitu besar bagi bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 ini.
Itulah suatu bukti dari pengalaman yang mengajarkan kepada kita masa lampau bahwa demokrasi politik dijadikan tujuan hanya untuk merebut kekuasaan demi kepentingan individu dan kelompok, sehingga tidak ada usaha konstribusi dalam usaha melaksanakan pemberdayaan demokrasi politik sebagai alat untuk menyatukan kebersamaan dan keseimbangan kepentingan.
Dengan situasi tersebut diatas, marilah kita bersama-sama untuk memberikan konstribusi pemikiran agar perubahan dalam pola pikir secara radikal dapat dilaksanakan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak bila kita ingin membangun kerjasama membuat impian menjadi satu kenyataan melalui pelaksanaan demokrasi politik kedalam satu sistem yang mendorong manusia kedalam sub-sistem sesuai dengan kebutuhan dalam pembangunan yang terintergrasi dan konsisten menjalankan konsep dari paham pandangan yang disetujui bersama.
Sejalan dengan pemikiran yang kita ungkapkan diatas, mendorong kita secara bersama-sama dalam dinamika sosial politik lokal untuk dapat memberikan konstribusi pembelajaran politik dan kekuasaan dalam usaha untuk mempengaruhi pola pikir yang dapat mendorong ke arah prubahan yang lebih baik.
Kita sadari bahwa Politik adalah seperangkat ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan seperti sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan. Oleh karena itu setiap politikus adalah ahli politik dan ahli kenegaraan sehingga ia harus mampu menunjukkan keteladanannya dalam cara bertindak. Gambaran inilah yang kita perlukan dalam dinamika sosial politik lokal yang perlu kita sebar luaskan menjadi suatu wawasan demokrasi politik yang bertanggung ke masa depan.
Dalam praktek politik tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam memecahkan semua persoalan, tapi pengalaman juga menunjukkan bahwa menjadi politikus lebih menekankan untuk kepentingan kelompok dan individu, dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut maka tumbuh dan berkembang kebiasaan menjadi manusia yang kiblat kepada manusia bukan kepada prestasi yang dikehendaki oleh Allah Swt. Sejalan dengan itu banyak politikus lupa sebagai manusia, siapa, darimana dan kemana. Itulah satu kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan politikus yang bertanggung jawab ke masa depan.
Sebagai konsep pemkiran yang akan kami ketengahkan dibawah ini, bertitik tolak dari rumusan yang telah kita utarakan pada bagian terdahulu bahwa „POLITIK adalah suatu konsepsi yang menggambarkan peran politikus sebagai (P)embela kepentingan (O)rang untuk memberikan (L)indungan yang sejalan dengan tugas dan tanggung jawab agar tidak (I)ngkar dalam ucapan dan perbuatan sebagai (T)anggung jawab moral agar (I)ngat atas suatu (K)arunia yang diamanahkan sebagai seorang politikus“.
Dengan wawasan dari rumusan tersebut diatas, maka dapat kita uraikan lebih lanjut kedalam suatu pemikiran untuk memperdalam wawasan tersebut sebagai berikut :
(P)embela dalam politik adalah peran politikus untuk memperjuangkan keharusan adil dan tidak memihak dalam menetapkan hukum yang harus dijalankan. Jadi harus mampu untuk mengambil keseimbangan dalam kepentingan.
(O)rang dalam politik adalah manusia yang secara ikhlas melakukan aktivitas politik bukan sekedar bayangan mimpi yang tidak jelas.
(L)indungan dalam politik adalah tugas dan tanggung jawab yang harus diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya.
(I)ngkar dalam politik adalah ucapan dan perbuatan tidak sejalan dalam bersikap dan berperilaku.
(T)anggung jawab dalam politik adalah ucapan dan perbuatan sejalan dengan tanggung jawab yang dibebankan dan oleh karena itu melaksanakan kekuasaan dengan bijaksana.
(I)ngat dalam politik adalah suatu peringatan kepada kematian untuk memberikan daya dorong untuk memperbaiki sikap dan perilaku dan cinta pada orang miskin.
(K)arunia dalam politik adalah apapun yang terjadi sebagai seorang politikus menyadari sepenuhnya makna manusia sebagai siapa, darimana dan kemana untuk meletakkan kekuatan karunia dalam prjalanan hidup.
Dengan pemahaman unsur kata politik menjadi untaian kalimat yang bermakna diatas diharapkan menjadi daya dorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun agar wujud pemberdayaan politik menjadi suatu kenyataan sebagai alat penyatu kepentingan ummat manusia bukan tujuan merebut kekuasaan belaka.
Dalam praktek politik tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam memecahkan semua persoalan, tapi pengalaman juga mnunjukkan bahwa menjadi politikus lebih menekankan untuk kepentingan kelompok dan individu, dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut maka tumbuh dan berkembang kebiasaan menjadi manusia yang kiblat kepada manusia demi kekuasaan.
Kekuasaan dalam berpolitik merupakan satu kesatuan yang akan terkait dalam tanggung jawab, wewenang, standar yang terbaik, pelatihan dan pengembangan, pengetahuan dan informasi, umpan balik, pengakuan, kepercayaan, kegagalan, harapan.
Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan prinsip-prinsip dasar yang harus menjadikan kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku. Untuk mendorong prinsip-prinsip tersebut dijalankan sesuai dengan arah persfektif, maka diperlukan suatu pendekatan melalui pemahaman unsur huruf dalam kata kekuasaan itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan untuk membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan dengan meretas jalan melalui pemahaman atas unsur kata dalam „kekuasaan“ itu sendiri sebagai berikut :
K menjadi (K)elola dalam Kekuasaan ;
E menjadi (E)kspert dalam Kekuasaan
K menjadi (K)olaborasi dalam Kekuasaan ;
U menjadi (U)mat dalam Kekuasaan
A menjadi (A)manah dalam Kekuasaan
S menjadi (S)ombong dalam Kekuasaan
A menjadi (A)ngkuh dalam Kekuasaan
A menjadi (A)zab dalam Kekuasaan
N menjadi (N)iat dalam Kekuasaan
Bila diuraikan lebih lanjut makna kata tersebut kedalam untaian kalimat yang bermakna sebagai model untuk mningkatkan wawasan berpikir seperti dibawah ini :
(K)elola dalam Kekuasaan adalah pemain peran harus mampu mengelola kekuasaan yang terkait tanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dibuatnya.
(E)kpert dalam Kekuasaan adalah pemain peran dengan keahlian untuk menjalankan kekuasaan melalui pelimpahan wewenang yang sejalan dalam struktur.
(K)olaborasi dalam Kekuasaan adalah pemain peran melaksanakan kerja sama yang sejalan dengan standar yang terbaik
(U)mat dalam Kekuasaan adalah pemain peran mendorong setiap orang untuk menikuti pelatihan dan pengembangan.
(A)manah dalam Kekuasaan adalah pemain peran disatu sisi mampu memanfaatkan pengetahuan dan informasi dan disisi lain memilki kemampuan untuk memberikan umpan balik dari pelaksanaan keputusan.
(S)ombong dalam Kekuasaan adalah pemain peran dalam bersikap dan berperilaku sejalan dengan pengakuan dirinya.
(A)ngkuh dalam Kekuasaan adalah pemain peran dalam bersikap dan berperilaku sejalan dengan keercayaan yang diberikan.
(A)zab dalam Kekuasaan adalah pemain peran dalam bersikap dan berperilaku akan selalu menerima kegagalan sebagai sesuatu pelajaran.
(N)iat dalam Kekuasaan adalah pemain peran dalam bersikap dan berperilaku haruslah sejalan dengan kebiasaan yang dilandasai oleh niat yang benar.
Dengan pemahaman unsur kata kekuasaan menjadi untaian kalimat yang bermakna diatas diharapkan menjadi daya dorong kedalam apa dan bagaimana proses berpikir itu terbangun agar wujud pemberdayaan keuasaan menjadi suatu kenyataan sebagai alat penyatu kepentingan ummat manusia bukan tujuan menjalankan kekuasaan yang tidak sejalan dengan arah yang ditetapkan.
Oleh karena itu, pemimpin masa depan haruslah mampu menjalankan kekuasaan secara bijaksana yang akan terkait dalam tanggung jawab, wewenang, standar yang terbaik, pelatihan dan pengembangan, pengetahuan dan informasi, umpan balik, pengakuan, kepercayaan, kegagalan, harapan sebagai suatu ukuran keberhasilan.
BAB. V KRETERIA DALAM PEMILIHAN PENGUASA
1. Dasar Pemikiran
Dapatkah anda membayangkan 34 partai peserta pemilu 2009 dan betapa besar dana yang harus dikeluarkan dalam rangka pesta demokrasi serta mungkinkah gulput akan meningkat serta berdampak ketidak puasan jiwa. Kenyataan inilah yang kita hadapi dalam reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara dimana daur hidup Negara makin terpuruk.
Why ? tidak lain karena pemimpin partai belum siap menerima demokrasi sebagai alat melaksanakan reformasi perubahan pola pikir yang radikal kedalam sikap dan perilaku yang mementingkan kepentingan individu dan kelompok bukan bangsa / Negara.
When ? tidak lain karena pola pikir pemimpin dan pengikutnya sebelum dan sesudah merdeka dalam orde lama, orde baru, orde reformasi telah menjadi budaya sikap dan perilaku yang kiblat kepada manusia / atasan-nya, sulit untuk berubah.
What ? tidak lain karena tidak satupun partai memberikan pembelajaran demokrasi, sehingga demokrasi hanya suatu retorika belaka, ditambah lagi ketidak jelasan peran pendidikan formal dan non-formal yang ada.
How ? tidak lain karena pemimpin masa lalu tidak memiliki kemampuan mengidentifikasi situasi dan merumuskan masalah mana yang kritis, pokok dan insidentil, sehingga setiap pemecahan masalah menimbulkan masalah baru.
Who ? tidak lain karena pemimpin eksekutif, legislatif dan yudikatif dan pelaku ekonomi tidak memiliki kepekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, mampukah dari 34 partai dalam usaha untuk menyadarkan kepada para anggotanya mengikuti pemilihan umum 2009 baik memilih anggota legislatif maupun pemimpin nasional, hanya saja yang menjadi masalah besarkah partisipasi masyarakat dalam peran mengikuti pesta demokrasi 2009 dalam rangka melihat masa depan yang penuh ketidakpastian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menjelang pesta demokrasi atas pelaksanaan PEMILU 2009, kita dihadapkan dengan isu politik yang banyak dibicarakan oleh orang yang resah dengan peran kepemimpinan nasional masa depan yang sangat menentukan arti kebangkitan Indonesia baru, Isu yang berkembang membicarakan tentang Politikus Busuk. Dua kata tersebut, memang tidak sedap kedengarannya dan hanya mengarah kepada satu peran artinya politikus mengandung arti ahli politik, ahli kenegaraan atau orang yang berkecimpung di bidang politik, sedang busuk artinya berbau tidak sedap, jahat, buruk. Selain dari itu timbul pula isu yang berkaitan pemimpin nasional sudah waktunya ditangan kaum muda.
2. Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Indoneia Baru
Kita menyadari sepenuhnya, kekuatan ekonomi mungkin bersumber dari AS dan dalam banyak hal menuju ke Eropah dan Pasifik, disinilah letak peluang yang harus kita rebut dalam kurun waktu 10 tahun untuk kita bangkit dalam menemukan Kepribadian Bangsa Indonesia sebagai Negara yang ikut menentukan kebangkitan Ummat Islam di dunia.
Oleh karena itu untuk dapat meraih peluang-peluang di kawasan Asia – Pasifik, yang kita bangun dalam tatanan baru dalam kekuasaan yang bersifat kologial berdasarkan synergy individu menjadi inovasi kekuasaan negara, karena itu kita bayangkan mundur 20 tahun kebelakang karena kita dihadapkan mencari Kepemimpinan pada semua tingkat yang dapat mendukung secara utuh langkah reformasi yang ingin kita perjuangkan dalam menata Bangsa Indonesia itu. Mengapa hal ini kita ungkapkan sebagai sentral permasalahan yang bersifat strategis karena tidak mudah merubah sikap dan perilaku dari keperibadian yang kiblat kepada manusia menuju kepada kiblat kepada prestasi yang di ridhoi oleh Maha Kuasa.
Sejalan dengan pemikiran diatas, bila kita ingin meletakkan landasan yang kuat setelah Pemilu 2009, maka kita membutuhkan Kepemimpinan nasional bukan sekedar merebut kekuasaan demi kepentingan individu dan kelompok melainkan yang mampu meletakkan landasan kolaborasi untuk kepentingan bangsa dan negara dalam membangun Indonesia baru dengan kekuatan pikiran sbb. :
1. Merebut peluang untuk kemenangan kelompok reformis agar mampu meletakkan landasan sikap dan perilaku yang berkesinambungan untuk kebangkitan ummat beragama dan bangsa Indonesia, bila kesempatan berlalu maka kita tidak dapat merebut dari kelompok status quo, ini berarti kita akan mundur lagi dalam 10 tahun.
2. Kita syukuri rahmat Tuhan yang memberikan langkah awal untuk menyatukan perubahan sikap dan perilaku untuk mewujudkan demokrasi sebagai strategi perjuangan, bila kita menghilangkan peran kepemimpinan yang tidak bermoral.
3. Kita syukuri rahmat Tuhan yang memberikan langkah kedua sebelum PEMILU dengan kesepakatan untuk menggalang kekuatan untuk menahan lajunya keinginan yang mempertahankan status quo oleh kepemimpinan tidak bermoral.
4. Perlu menyiapkan strategi untuk memenangkan dalam PEMILU dalam membentuk opini bahwa kemajuan masa depan sangat tergantung keinginan bersama mewujudkan demokrasi sebagai alat perjuangan oleh peran kepemimpinan yang bermoral.
5. Meningkatkan acara dialog yang produktif untuk menyepakati prinsip-prinsip untuk berkolaborasi demi kebangkitan demokrasi, yang sejalan dengan tuntutan perubahan yaitu prinsip-prinsip proses perubahan, prinsip-prinsip mentransformasi perubahan, dan prinsip-prinsip perbaikan yang berkelanjutan. Selanjutnya dapat ditindak lanjuti untuk forum diskusi untuk melahirkan rumusan-rumusan ksepakatan.
Kita sadari bahwa reformasi kehidupan bernegara telah bergulir, sejak tumbangnya rezim orde baru, dengan penuh harapan akan ada perubahan secara radikal dalam berpikir, tapi kenyataan yang kita hadapi sampai saat ini bahkan dalam menuju Pemilu 2014, banyak pemimpin yang mengaku beragama Islam sendiri memperlihatkan gaya yang saling salah menyalahkan satu sama lain dan tidak jarang menyerang tentang peribadi seseorang.
Dengan memperhatikan hal-hal yang kita utarakan diatas, agar kita mampu membangun Indonesia Baru, sangatlah ditentukan oleh keberhasilan ummat menentukan pilihan peran Kepemimpinan yang bermoral. Begitu resahnya orang-orang yang peduli akan reformasi, maka lahirlah isu-isu yang sedang dikumandangkan apa yang disebut dengan POLITIKUS BUSUK. Sejalan dengan pemikiran itu apa yang dapat kita lakukan pada saat sekarang ini dan harapan apa yang dapat kita bayangkan ditengah kemelut pelaksanaan reformasi kehidupan bernegara yang sedang kacau balau ini.
Oleh karena itu marilah kita mendukung pemikiran dalam mensosialisasikan isu politikus busuk menjadi mencari KEPEMIMPINAN YANG BERMORAL, agar perubahan yang kita harapkan bukanlah sekedar perubahan hanya membuat kebijakan-kebijakan yang hanya kepentingan sesaat, melainkan perubahan-perubahan untuk kepentingan jangka panjang yang harus ditopang dengan komitmen bersama dan juga tidak mempertentangkan keharusan sudah waktunya kaum muda yang tampil 2014.
Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan untuk mempertemukan kesenjangan dalam pola pikir yang sejalan dengan tuntutan perubahan sikap dan perilaku dalam menatap masa depan yang kita dihadapkan disatu sisi memilih anggota legislatif secara tidak langsung disisi lain pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung yang menekankan dari partai.
3. Pendekatan Dalam Memecahkan Kesenjangan Berpikir
Pola pikir yang tumbuh dan berkembang dalam masa orde baru dan masa reformasi dalam mentalitas bangsa Indonesia, pada dasarnya dapat kita kelompokkan menjadi : Pertama, pola pikir yang berlandaskan kiblat kepada manusia dalam hubungan antara atasan dengan bawahan atau pengikut ; Kedua, pola pikir yang berlandaskan kiblat kepada karya yang diridhoi oleh Allah Swt.
Pengalaman telah menunjukkan kehancuran yang kita alami sampai saat ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena mereka tidak dapat melepaskan diri dalam pola pikir untuk bersikap dan berperilaku yang berlandaskan kiblat kepada manusia, walaupun katanya kita telah memasuki alam demokrasi. Setiap peran yang dimainkan oleh mereka dalam kedudukan baik di pemerintahan maupun swasta sangat mengagungkan benda dan kekuasaan dalam kehidupan demi untuk memperlihatkan status sosial yang bertentangan ajaran agama yang dipeluknya.
Sejalan dengan pemikiran yang telah kita ungkapkan diatas, maka salah satu pendekatan yang dapat kita pergunakan adalah menyamakan persepsi berpikir kedalam kesepakatan untuk merumuskan kereteria apa yang dapat dipergunakan untuk menilai kepemimpinan seseorang dalam menatap masa depan sbb. :
1. Kedewasaan rohaniah, dengan bobot : 20
1.1. Kejujuran dengan nilai (4)
1.2. Rasa cinta (4)
1.3. Bersyukur (4)
1.4. Sabar (4
1.5. Silahturami (2)
1.6. Memahami aturan main (2)
2. Kedewasaan sosial, dengan bobot : 20
2.1. Keteladanan dengan nilai (4)
2.2. Kebenaran (4)
2.3. Kepekaan (4)
2.4. Gaya hidup (4)
2.5. Berkarya untuk ummat (4)
3. Kedewasaan emosianal dengan bobot : 20
3.1. Kesadaran emosi dengan nilai : (5)
3.2. Kebugaran emosi (5)
3.3. Kedalam emosi (5)
3.4. Alkimia emosi (5)
4. Kedewaan intelektual dengan bobot : 10.
4.1. Ilmu dengan nilai : (2)
4.2. Pengetahuan (2)
4.3. Penguasaan informasi (2)
4.4. Penguasaan bahasa (2)
4.5. Penguasaan kumputer (2)
5. Kedewasaan dalam KKN dengan bobot 10:
5.1. Korupsi dengan nilai : (4)
5.2. Kolusi (3)
5.3. Nopotisme (3)
6. Kedewaan dalam hukum dengan bobot : 10
6.1. Pemahaman tentang hukum dengan nilai : (4)
6.2. Pemahaman perlakuan hukum (3)
6.3. Menjalani hukuman (3)
7. Kedewasaan dalam melaksanakan prinsip2 kepemimpinan : 10
7.1. Kolaborasi dengan nilai : (1)
7.2. Komitmen (2)
7.3. Komunikasi (1)
7.4. Kreatifitas individu (1)
7.5. Kreatifitas kelompok (1)
7.6. Inovasi organisasi (1)
7.7. Analisis masa depan (1)
7.8. Merespon dalam antisipatif (1)
7.9. Proses pengambilan keputusan (1)
Untuk menerapkannya, maka setiap unsur yang disebutkan diatas dijabarkan lebih lanjut, misalkan menjabarkan kedewasaan rohaniah.
Kreteria ini merupakan tonggak utama yang memberikn sinar kejiwaan seseorang, apakah ia mampu mengenal tentang dirinya, sebagai awal untuk apa ia hidupini dan bagaimana ia harus menjalankan dalam kehidupan sesuai dengan ajaran agama yang dipahaminya.
1.1. Kejujuran dengan nilai 4 :
Kejujuran merupakan sumber membentuk individu yang memiliki intergritas dan komitmen dalam berkarya sesuai dengan niatnya dalam bertindak :
• Berperilaku amar ma’ruf dan nahi munkar (4)
• Berperilaku amar ma’ruf tanpa melaksanakan nahi munkar (2)
• Berperilaku tanpa berprinsip hidup (0)
Dan seterusnya. Selanjutnya dibuat daftar perhitungan skor yang menunjukkan jumlah nilai.
4. Kesiapan Dalam Pelaksanaan
Gagasan ini dilontarkan untuk menghindari silang pendapat yang terkait dengan isu-isu yang telah dikemukakan diatas, maka dalam usaha mencari solusi keresahan terhadap ketidak puasan yang ada dipelopak mata ini terhadap orang-orang yang sedang merebut peran dan kekuasaan yang sudah tidak dapat dipercaya lagi, maka sangat sulit untuk menyadarkan bagi orang-orang untuk belajar mengenal tentang dirinya, sebaiknya kita tidak usah membuat isu-isu yang dapat mendorong orang menjadi golput dan penuh kebingungan yang akan menimbulkan masalah baru dalam kita ingin memenagkan pelaksanaan PEMILU 2014.
Oleh karena itu, marilah kita merumuskan kesatuan visi dalam sikap dan misi dalam perilaku melalui proses perumusan Kreteria Kepemimpinan Bermoral, setelah itu kita aplikasikan dalam kehidupan untuk mendidik pemilih setelah daftar nama calon diumumkan untuk dibentuk satu komite menilainya sesuai dengan kreteria yang ditetapkan secara kuantitatip untuk disebar luas kepada masyarakat tentang informasi yang dapat dipergunakan oleh pemilih mengambil keputusan.
Dorongahlah ummat sebagai pemilih yang sadar dalam menentukan pilihan sang penguasa karena kedudukan manusia dalam abad 21 ini lebih serasi dan lebih kokoh daripada kedudukannya dalam abad sebelumnya karena masa lalu tidak mendorong manusia untuk membahas kedudukannya di tengah alam wujud, di tengah semua makhluk yang hidup di muka bumi, di tengah makhluk sejenisnya dan masyarakat tempat ia hidup. Begitulah arti pemain peran penguasa yang akan kita pilih memainkan peran yang begitu penting dalam menemukan jati dirinya sendiri sejalan dengan kemampuannya mengangkat derajat orang lain.
Jadi keberhasilan pemilu 2014, akan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang mampu mendorong organisasi pelaksana pemilu dibangun kedalam sistem yang transparan, pemimpin penguasa juga transparan dan pengikut pemilu termasuk pemilih juga transparan.