MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF ENTREPRENEUR DALAM KEDEWASAAN SOSIAL
PENDAHULUAN
Menjadi pribadi yang dicinta diperlukan tingkat kedewasaan berpikir sehingga merasakan kedamaian dengan ruhani yang hidup, oleh karena itu kedewasaan sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang kedalam kehidupan manusia sebagai suatu keluarga besar dalam kehidupan kebersamaan yang harus didukung oleh kekuatan dari kedewasaan rohaniah sebagai pondasi.
Dengan pemikiran tersebut diatas, marilah kita memulai dari sudut kekuatan kedewasaan sosial dalam keluarga, yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku dalam usaha mewujudkan apa yang disebut dengan keharmonisan.
Jadi keharmonisan menjadi sumber kekuatan dalam kehiduan sosial dan keluarga, oleh karena itu sebagai wujud dari keharmonisan ditunjukkan oleh sikap dan perilaku kasih sayang, oleh karena itu dengan prinsip kasih sayang maka akan melahirkan sifat hubungan keluarga anatara suami isteri, ayah dan anak, anak dan orang tua, kemenakan, paman dsb, begitu juga usaha-usaha manusia hidup di tengah masyarakat.
Dengan demikian dalam meningkatkan kedewasaan sosial, juga berarti untuk mengangkat kekuatan berpikir berdasarkan kedewasaan rohaniah, maka setiap situasi hadapilah manusia itu sesuai dengan keadaan mereka. Maklumi apa yang tidak sengaja mereka lakukan. Ketahuilah, bahwa ini merupakan sunnatullah pada manusia dan kehidupan itu sendiri.
Oleh karena itu, bangkitkan kekuatan kebiasaan pikiran bahwa ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai pengalaman, keinginan sebagai niyat jauh lebih baik daripada tumpukan harta, karena mencintai harta benda adalah sifat binatang dan senang dengan kebiasaan pikiran adalah sifat manusia.
Jadi dengan meningkat kedewasaan sosial diharapkan menjadi wujud, jadilah seorang pemberani, berhati teguh dan berjiwa kuat serta memiliki semangat dan tekad. Janganlah anda sampai tertipu dengan cerita bohong, sehingga belajarlah dari pengalaman yang menggambarkan „adakah surga di rumahmu ?, maka disitu terletak gambaran mengenai tingkat kedewasaan sehingga renungkan pula makna „ ibu engkau begitu mulia“, dengan demikian ia dapat menjadi daya dorong dalam perjalanan hidup ini untuk menghindari kebisingan dan hiruk pikuk di dalam rumah dan tempat kerja anda, sehingga di antara tanda kebahagian adalah ketenangan, ketentraman dan keteraturan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan anda.
MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN SOSIAL
A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :
Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.
Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :
VISI Kedewasaan Sosial menggambarkan suatu pernyataan :
“Membangun CITRA dalam usaha menumbuh kembangkan keharmonisan dalam lingkungan sosial dengan BUDAYA yang berlandaskan dengan akhlak beragama dengan ARAH membentuk kasih sayang sebagai kekuatan untuk menggerakkan kebiasaan pikiran dengan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan keteladanan dalam hidup“
Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.
MISI Kedewasaan Sosial menggambarkan suatu pernyataan :
Sebaliknya dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :
„MEMPERHATIKAN kekuatan keharmonisan dalam menuntun sikap dalam mengkomunikasikan suara hati untuk MEMBIMBING dalam berperilaku yang sejalan dengan wujud kasih sayang, maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS sangat menentukan makna kebersamaan dalam pola pikir akan menjadi pendorong agar EKSPRESIF menjadi sudut pandangan dalam kehidupan lingkungan soisal“
Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :
Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :
Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan sosial dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :
- Mendalami arti penting kedewasaan sosial di sisi Allah
- Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan manusia
- Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan keluarga
- Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam mewujudkan usaha mengkomunikasikan kebersamaan dalam pandangan.
- Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan dalam meningkatan kedewasaan sosial.
- Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif dalam amalan lahir.
Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :
Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan dan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :
- Keharmonisan
- Keluwesan
- Kasih sayang
- Kebersamaan
- Kecintaan
- Kesilaturahmi
Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan sosial hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik- baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak / moral yang menuntun kehidupannya.
Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :
Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :
- Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir
- Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran
- Kemampuan melaksanakan komitmen
Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :
Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :
- Meletakkan landasan berpikir yang bersifat konsisten.
- Meletakkan landasan berpikir yang bersifat berkesinambungan.
Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah kjujuran“, merupakan langkah-langkah kebiasaan pikiran yang dapat mendukung pelaksanaan kebijaksaan, apa yang disebut :
- Melaksanakan kekuatan makna mempunyai rasa malu.
- Melaksanakan kekuatan makna memupuk rasa beryukur
Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kemampuan melaksanakan komitmen“ maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :
- Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua da masa usia lanjut.
- Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.
- Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.
- Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.
B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA
Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :
- Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
- Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
- Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif
C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI
Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalamperubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.
Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :
- Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
- Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
- Kebiasaan pikiran negatif karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.
D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN
Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :
- Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
- Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
- Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.
E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN
Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.
Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.
F. KEENAM MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA
Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.
PENUTUP
Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan sosial bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelancutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam yang mampu mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.
Dengan mengungkapkan pikiran diatas buatlah impian untuk menumbuh kembangkan kedewasaan sosial melalui kekuatan pikiran yang menyangkut :
- Merajut ikatan keluarga dan sosial dalam suatu keharmonisan
- Doronglah kedamaian dan kehangatan kedalam kekuatan silaturahmi.
- Wujudkan usaha dalam kesamaan pandangan,
bahwa impian bukanlah sesuatu yang mustahil, oleh karena itu pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia.
Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.
Leave a comment